NasionalPemerintahan

Geliat Ekonomi Terus Bergerak, INAPRO 2020 Jadi Bukti Pandemi di Surabaya Dapat Dikendalikan

21
×

Geliat Ekonomi Terus Bergerak, INAPRO 2020 Jadi Bukti Pandemi di Surabaya Dapat Dikendalikan

Sebarkan artikel ini

SURABAYA (Suarapubliknews) – Kota Surabaya dipercaya menjadi tuan rumah penyelengaraan Indonesian Product Expo 2020 (INAPRO 2020). Pameran produk pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) di Jawa Timur itu skses digelar mulai tanggal 19-22 November 2020 di Convention Hall Grand City Surabaya. Tentunya, ini menjadi bukti geliat ekonomi di Kota Pahlawan terus bergerak dan pandemi dapat dikendalikan.

Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini menyampaikan terima kasih dan mengapresiasi kepada seluruh pihak yang telah menyelenggarakan acara tersebut. Menurut dia, meski di tengah pandemi, ekonomi tidak boleh sampai turun. Karena itu, penanganan maupun pencegahan Covid-19 harus tetap berjalan dengan protokol kesehatan ketat.

“Saya percaya dengan protokol yang baik, maka kita bisa atasi (masalah ekonomi) itu. Kenapa kita harus berani (buka)? Karena kalau tidak, maka kalau ekonomi sudah jatuh akan jauh lebih berat dari pandemi itu sendiri. Jadi karena itu kenapa saya apresiasi buka (gelaran) ini,” kata Wali Kota Risma dalam closing ceremony INAPRO 2020 di Convention Hall Grand City Surabaya, Minggu (22/11/2020).

Sebagai Presiden Belt Road Local Cooperation (BRLC), Wali Kota Risma mengaku banyak sekali belajar dari perekonomian di seluruh dunia. Menurutnya, yang harus dilakukan pelaku usaha adalah bagaimana membuat produk itu murah dan efisien sehingga mampu bersaing dengan kota-kota lain di dunia.

“Karena itu saya ingin menyampaikan kepada panjenengan (anda) semuanya, ayo kita gerak terus. Memang kita harus lebih cepat, lebih efisien dan tentunya menjadi efektif,” terang dia.

Menurut dia, peluang usaha itu ada dan telah dibuka, tinggal masyarakat mau atau tidak untuk mengambil peluang tersebut. Apalagi dalam setiap hari, perputaran uang di Kota Surabaya mencapai sekitar Rp 11 triliun. Jika peluang itu tidak diambil, maka orang lain yang akan mengambil peluang itu.

“Masalahnya adalah sanggupkah kita kemudian bersaing. Jadi, (produk) bagus saja tidak cukup. Tapi bagaimana efisien itu akan menentukan kita akan berhasil di pasaran atau tidak,” papar dia.

Karena itu, ia berharap kepada masyarakat agar bisa survive dalam kondisi apapun. Pandemi ini harus dijadikan sebuah pembelajaran. Ia mencontohkan, saat awal pandemi, industri, hotel maupun restoran sempat menurun. Nah, berkaca dari pengalaman itu, maka pelaku usaha harus dapat survive bagaimana mengubah kondisi itu agar ke depan jangan sampai kembali turun.

“Kita harus bisa survive pada kondisi apapun. Jadi kita harus segera merubah mental kita dan apapun. Kita tidak tahu apa yang terjadi di masa depan. Namun kita tidak boleh pasrah pada keadaan,” pesan dia.

Kepada para pelaku usaha, Wali Kota Risma juga berpesan agar mereka dapat terus belajar. Sebab, tidak ada yang langgeng di dunia ini kecuali perubahan. Jika pelaku usaha dapat men-switch dan mengatisipasi segala kemungkinan terburuk, maka mereka tidak akan sampai terpuruk.

“Jadi karena itu tidak ada yang salah kita belajar terus dan belajar terus. Mari kita bersama-sama belajar. Tidak ada kata tua, tidak ada kata terlambat untuk belajar. Kita tidak boleh puas dan berhenti sampai di sini,” tuturnya.

Bagi Wali Kota Risma, gelaran INAPRO 2020 telah menunjukkan bahwa kondisi pandemi di Surabaya dapat dikendalikan dengan protokol ketat. Tentunya capaian ini merupakan hasil kerja keras seluruh pihak, baik pemerintah, stakeholder maupun masyarakatnya.

“Artinya bahwa sebetulnya kita bisa mulai berjalan. Karena kalau ini tidak kita digaungkan, tidak digerakkan, maka ekonomi kita akan turun. Ini waktu yang tepat untuk Surabaya bisa curi start. Karena kalau kita bisa curi start, maka kita akan ada insentif,” jelas dia.

Bahkan, Wali Kota Risma menyebut, saat ini hampir semua sektor industri di Surabaya sudah mulai bergerak. Walaupun seperti industri konsumtif sebelumnya sempat mengalami penurunan, namun saat ini sudah mulai naik.

“Memang ada yang konsumtif itu (turun), tapi relatif sudah mulai naik yang bukan kebutuhan pokok. Sekarang jangan dilihat kebutuhan pokok itu hanya sandang, papan, dan pangan. Kayak gadget itu juga menjadi salah satu kebutuhan pokok sekarang ini,” pungkasnya. (q cox, And)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *