Politik

Hadir di Guangzhou International Sister City Development Forum, Ini Cerita Riswanto

37
×

Hadir di Guangzhou International Sister City Development Forum, Ini Cerita Riswanto

Sebarkan artikel ini

GUANGZHOU (Suarapubliknews.net) – Utusan Pemkot Surabaya di acara Guangzhou International Sister City Development Forum kali ini ada empat orang. Dua dari unsur DPRD masing-masing adalah Riswanto anggota Komisi C dan Fatkhurrahman anggota Komisi A.

Sementara dua orang lainnya dari jajaran Pemkot adalah Suprayitno Camat Bulak dan Budi Basuki Kepala Seksi Pengujian Dishub Kota Surabaya. Acara dilaksanakan sejak tanggal 25 – 31 Oktober 2016 di Baiyun International Convex.

Kepada Suarapubliknews.net, Riswanto menceritakan jika kehadirannya di kota Guangzhou-China dalam rangka menghadiri undangan pemerintah China terkait diselenggarakannya Guangzhou International Sister City Development Forum, yang melibatkan seluruh negara sahabat dan sister city.

“Total peserta 32 utusan, dari 16 negara perwakilan seperti dari semua benua, Asia, Eropa, USA, Australia, dan Afrika), Ada dua agenda, yakni Sister City dan Maritime Silk Road, semacam poros maritim jalur sutra,” jelasnya, Jumat (28/10/2016)

Riswanto menjelaskan bahwa materi untuk Sister City membahas soal Human Habit dan Human Environment, sementara untuk Maritime Silk Road mengupas seputar pentingnya pelabuhan.

“Untuk sister city, pembahasan seputar bagaimana membangun peradaban kota yang ramah lingkungan, dan paling cocok untuk Surabaya soal revitalisasi semua sungai, Dan membuka ruang terbuka hijau, Tapi untuk Maritime Silk Road hanya sebagai partsipan, karena pelabuhan di Kota Surabaya kecil dan itupun telah dioperasikan oleh kementrian,” tandasnya.

Sebagai utusan Kota Surabaya-Indonesia, Riswanto sempat mengaku kecewa, karena ketika utusan asal Kota Surabaya mendapatkan giliran untuk mempromosikan pariwisata di forum internasional ini, menurutnya terkesan tidak mempersiapkan diri dengan baik.

“Ini forum internasional, seharusnya dipersiapkan dengan baik, promosi wisata kok hanya dengan pidato lisan, sementara semua utusan dari negara lain menggunakan sarana power point, ini patut disayangkan, karena ini kesempatan juga,” keluhnya. (q cox)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *