NasionalPemerintahanPeristiwaPolitik

Harlah Bung Karno 6 Juni, PDIP Gelar Kenduri di Rumah Lahir “Putra Sang Fajar”

104
×

Harlah Bung Karno 6 Juni, PDIP Gelar Kenduri di Rumah Lahir “Putra Sang Fajar”

Sebarkan artikel ini

SURABAYA (Suarapubliknews) – Keluarga besar PDI Perjuangan menggelar puncak peringatan Hari Lahir Bung Karno, di rumah kelahiran “Putra Sang Fajar” di Jalan Pandean IV/No 40, Kelurahan Peneleh, Kecamatan Genteng, Senin (6/6/2022) siang.

Hadir sejumlah tokoh PDI Perjuangan, diantaranya Ketua DPP PDI Perjuangan Djarot Saiful Hidayat, anggota DPR RI dan mantan Wali Kota Surabaya Bambang DH, Ketua DPC PDI Perjuangan Surabaya yang juga Ketua DPRD Surabaya, Adi Sutarwijono, Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi dan Wawali Surabaya, Armuji.

Juga hadir mantan wali kota dan wakil wali kota Surabaya Whisnu Sakti Buana, Sekretaris DPD PDIP Jatim Sri Untari, serta sejumlah anggota DPRD Surabaya, dan tokoh agama diantaranya Ketua PD Muhammadiyah Kota Surabaya Hamri Al Jauhari.

Selain dihadiri tokoh PDI Perjuangan, dalam acara tersebut juga dihadiri ratusan kader PDIP Surabaya dari 31 PAC PDIP. Setiap PAC PDIP juga membawa nasi tumpeng, yang dimakan secara bersama-sama dalam momen spesial tersebut.

Dalam kegiatan itu, juga diperkenalkan yel-yel “Bung Karno Arek Suroboyo”. Itu ketika Ketua DPC PDI Perjuangan Kota Surabaya, Adi Sutarwijono, tampil ke panggung lantas mengenalkan yel-yel itu. “Bung Karno…,” teriak Adi. Seluruh yang hadir, serentak menyambut, “Arek Suroboyo!” Begitu yel-yel itu diteriakkan 3 kali.

Ketua DPP PDI Perjuangan, Djarot Saiful Hidayat, memberikan apresiasi dan terima kasih kepada DPC dan PAC PDIP Surabaya, yang telah menyelenggarakan acara peringatan Hari Lahir Bung Karno di rumah lahir “Putra Sang Fajar” di Pandean ini.

Dari daerah Pandean dan Peneleh ini, kata Djarot, telah lahir tokoh-tokoh bangsa Indonesia. Selain Bung Karno yang menjadi proklamator kemerdekaan Indonesia, ada juga Raden Hadji Oemar Said (HOS) Tjokroaminoto, lalu Menteri Luar Negeri dan Duta Besar RI di PBB, Ruslan Abdul Ghani. Selain itu ada juga WR Soepratman yang menciptakan lagu Indonesia Raya.

“Tidak berlebihan jika Surabaya mendapat gelar Kota Pahlawan. Api nasionalismenya betul-betul menggelora. Bung Karno kecil (catatan: plasenta atau ari-ari) ada (ditanam) di rumah kampung Pandean ini, semangatnya, ajaran-ajarannya, cita-citanya betul-betul jadi panduan bangsa ini, khususnya juga bagi kader-kader PDI Perjuangan,” ungkapnya.

“Maka, kita warisi apinya. Jangan abunya. Kita warisi semangat Bung Karno, yang berkobar-kobar mencintai rakyat, kaum marhaen, mencintai Indonesia dengan jiwa dan raga,” kata Djarot.

Dalam kesempatan itu, Mantan Gubernur DKI Jakarta tersebut juga mengucapkan terima kasih kepada ibu-ibu yang ada di Pandean dan Peneleh, yang telah memasak dengan resep warisan Bung Karno yakni “Mustika Rasa”.

“Ada 20 jenis makanan yang disajikan dan langsung habis. Hal itu menunjukkan jika makanan yang diolah dengan tangan terampil yang diambil dari resep makanan Bung Karno, berbahan yang tumbuh di Indonesia benar-benar makanan yang sehat dan bergizi. Apalagi jika masakan itu diolah dengan hati dan perasaan yang gembira,” katanya.

Sementara itu, Ketua DPC PDI Perjuangan Surabaya, Adi Sutarwijono mengatakan, ada tiga momen penting kenapa Juni ditetapkan sebagai Bulan Bung Karno. Pertama; pada 1 Juni menjadi Hari Lahir Pancasila, 6 Juni hari lahir Bung Karno dan 21 Juni hari wafatnya Bung Karno.

“Pada 1 Juni lalu saya mendapat instruksi Ketua DPP PDI Perjuangan, Pak Djarot Syaiful Hidayat, bahwa peringatan Bulan Bung Karno tahun ini dimulai dari Surabaya. Karena Bung Karno dilahirkan di Surabaya, 6 Juni 1901, tepatnya di rumah di kampung Jalan Pandean Gang IV No. 40,” kata Adi.

“Menindaklanjuti itu, kami langsung menggelar serangkaian acara. Seperti pada 4 Juni malam mengadakan diskusi dengan penggiat sejarah, yang isinya memperkuat data dan fakta, bahwa Bung Karno memang lahir di Surabaya,” ungkapnya.

Acara selanjutnya, kata Adi, pada Minggu 5 Juni pagi digelar acara Senam Indonesia Cinta Tanah Air atau SICITA, yang diikuti ratusan warga dan kader PDI Perjuangan. Lalu ada pembagian paket sembako, istighosah dan juga khataman Alquran.

“Tadi pagi di rumah kediaman Wali Kota Surabaya, dicetuskan lomba desain monumen Bung Karno. Dari lomba itu ada ide dan gagasan pengajaran kurikulum lokal bahwa Bung Karno adalah arek Surabaya. Pengajaran ini perlu disampaikan ke siswa SD dan SMP yang menjadi kewenangan Pemkot Surabaya,” katanya.

Adi berharap, peringatan hari lahir Bung Karno ini menjadi agenda resmi Pemkot Surabaya. Sehingga Pemkot Surabaya menggelar dan PDI Perjuangan juga menggelar peringatan serupa agar lebih meriah. “Kami berharap peringatan Juni Bulan Bung Karno pada tahun-tahun mendatang akan lebih meriah lagi,” katanya.

Sedangkan Wali Kota Surabaya, Eri Cahyadi dalam kesempatan itu mengatakan, api perjuangan Bung Karno harus terpatri di hati arek-arek Surabaya, khususnya kader PDI Perjuangan. Apalagi setelah ada pelurusan sejarah jika Bung Karno lahir di Surabaya.

“Nanti akan kita buat Kampung Sejarah di Kampung Pandean hingga Peneleh, yang melewati susur Kalimas. Di depan Pandean nanti akan kita buatkan dermaga. Kami targetkan pada 10 November waktu peringatan Hari Pahlawan, paket wisata Kampung Sejarah ini sudah selesai,” katanya.

Dengan adanya Kampung Sejarah ini, mantan Kepala Badan Perencanaan dan Pembangunan Kota (Bappeko) Surabaya ini berharap, masyarakat mengetahui jika Surabaya adalah tempat lahirnya proklamator kemerdekaan RI, Dr Ir Soekarno.

“Api perjuangan Bung Karno tidak boleh padam. Semangat ini harus kita gelorakan. Surabaya adalah Bung Karno, semangat Surabaya adalah semangat Bung Karno. Nanti akan kita masukkan dalam kurikulum pelajaran kita bahwa Bung Karno lahir di Surabaya,” tandasnya. (q co)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *