SURABAYA (Suarapubliknews) – Pandemi Covid-19 memberikan dampak yang lebih besar pada sejumlah aspek kehidupan Departemen Teknik Lingkungan Institut Teknologi Sepuluh Nopember mengadakan webinar dengan tema Perencanaan dan Penataan Permukiman Perkotaan Pasca Covid 19 Ditinjau dari Aspek Penataan Wilayah dan Lingkungan Hidup.
Kepala Dinas Perumahan Rakyat, Kawasan Permukiman, dan Cipta Karya Provinsi Jawa Timur Ir Baju Trihaksoro MM mengatakan bahwa konsep penataan kota pasti akan berubah dengan adanya pandemi ini. Air bersih sudah menjadi kebutuhan primer bagi masyarakat, mengingat frekuensi setiap orang untuk mencuci tangan akan lebih banyak.
Meningkatnya penggunaan air juga akan menambah kuantitas limbah air yang diproduksi, diikuti dengan limbah-limbah lainnya seperti sampah B3, masker, baju APD, tisu, dan disinfektan. “Karena sampah B3 ini termasuk berbahaya dan bisa dari rumah sakit, rumah tangga, hotel maka penanganannya harus ketat,” katanyanya.
Acara ini bersama dengan Ikatan Ahli Teknik Penyehatan dan Teknik Lingkungan Indonesia (IATPI) Jawa Timur dan Ikatan Nasional Konsultan Indonesia (INKINDO) mengungkapkan bahwa penataan wilayah permukiman perkotaan diperlukan karena kasus Covid-19 yang besar berada pada daerah perkotaan.
Ketua Satgas Covid-19 ITS Adjie Pamungkas ST MDev Plg PhD, mengungkapkan bahwa risiko bencana Covid-19 harus diintegrasikan ke dalam rencana pembangunan. Contohnya, pada kebijakan pembangunan, kesehatan publik haruslah menjadi persoalan utama.
Selain itu, perlu juga dilakukan re-thinking atau pemikiran ulang terhadap standar ruang personal dan standar sanitasi lingkungan. “Ini juga sangat penting karena ini akan menjadi pintu bagi kita untuk membuat regulasi bangunan yang detail,” terang Kepala Pusat Studi Mitigasi, Bencana, dan Perubahan Iklim ITS tersebut.
Dosen UPN Veteran Jawa Timur, Diyan Lesmana ST MT menambahkan, karena adanya pandemi ini dilakukan redefinisi pada kampung-kampung kota Surabaya, dan dilakukan redelineasi. Yang sebelumnya satu RT dianggap satu kampung, sekarang diperluas menjadi satu RW. “Hal ini terkait dengan kemampuan pemerintah dalam mengontrol wilayah,” katanya.
Selanjutnya, setiap kampung akan menerapkan protokol-protokol kesehatan. Seperti contohnya, di pintu masuk atau gerbang kampung akan dilakukan penyemprotan disinfektan kepada orang yang hendak masuk. “Dan juga di setiap pintu masuk akan disediakan tempat cuci tangan dengan sabun untuk orang yang hendak masuk,” tambah Divan.
Ketua IATPI Jawa Timur Prof Joni Hermana MSc ES PhD menerangkan bahwa keadaan sekarang bukanlah pasca Covid-19. Karena secara statistik, pandemi ini belumlah berlalu. “Pasca Covid-19 itu berarti kurvanya sudah menurun, sedangkan kita sekarang masih naik-naiknya. Kita ini masih jauh dari kata pasca jadi sesungguhnya kita sendiri yang menentukan kesehatan kita sendiri” ujarnya.
Di tengah ketidakpastian pandemi ini, kita harus bisa tetap optimis, dan melakukan yang terbaik untuk keberlangsungan kita. Kita juga harus bisa bersatu dan terus berkolaborasi untuk mencari jalan keluar. “Apalagi sekarang dengan adanya revolusi industri 4.0 kita sudah mampu untuk berkolaborasi dengan mudah. Kolaborasi ini sangat penting karena outcome atau hasilnya jelas akan lebih besar daripada bekerja sendiri,” pungkas mantan Rektor ITS ini. (q cox, tama dinie)