SURABAYA (Suarapubliknews.net) – Ekonomi Islam memiliki sejarah panjang di Indonesia. Bahkan perdagangan diyakini sebagai salah satu pintu masuk dan berkembangnya Islam di Nusantara.
Pengembang Indonesian Islamic Art Museum, Reno Halsamer mengatakan hal ini dapat terlihat dari banyaknya peninggalan bersejarah bernafaskan Islam di Indonesia. “Kalau diselusuri Islam masuk Nusantara melalui jalur perdagangan pada masa perkembangan Kerajaan Sriwijaya di abad ke 7,” katanya.
Hal ini pula yang melatarbelakangi hadirnya Indonesian Islamic Art Museum di Wisata Bahari Lamongan (WBL). Museum yang dibuka pada Desember 2016 menjelaskan secara runtut kebesaran Islam di seluruh dunia dan Indonesia kususnya.
“Suatu kebanggan kami dapat berperan aktif dalam gelaran Indonesia Syar’I Economic Festival, sebuah acara yang diperuntukkan untuk perkembangan ekonomi keislaman. Dan keberadaan museum kami adalah bagian dari pengetahuan sejarah tersebut,” lanjut Reno pada gelaran ISEF 2018 pekan lalu.
Reno berharap keikutsertaannya dalam gelaran ISEF dapat membuka wawasan dan nambah pengetahuan pengunjung. “Museum kami tak sekedar museum yang menampilkan barang-barang kuno, namun dengan teknologi informasi modern Augmented Reality (AR) pengunjung bisa menscan gambar-gambar yang ada di museum yang nantinya akan tampil dalam bentuk tiga dimensi,” lanjutnya.
Seorang pengunjung ISEF, Cacik Yuli mengatakan penasaran dengan koleksi lainnya yang ada di Indonesian Islamic Art Museum. “Pastinya pingin berkunjung kesana, selama ini paling malas kalau ke museum, cuma lihat barang – barang gitu dengan penjelasan membosankan. Dengan aplikasi ternyata lebih mengasikkan apalagi juga bisa dipake selfie,” katanya.
Kedepannya Reno menambahkan akan lebih mengembangkan teknologi yang sudah ada. Tak hanya gambar tiga dimensi yang dapat begerak, semua museum dibawah Yayasan D’Topeng Kingdom juga akan dilengkapi dengan penjelasan melalui audio yang langsung dapat dinikmeti pengunjung tanpa harus menunggu pemandu museum. (q cox, Tama Dinie)