SURABAYA (Suarapubliknews) – Upacara Hari Ulang Tahun (HUT) ke 74 Republik Indonesia diperingati di Balai Kota Surabaya dengan penuh khidmat. Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini bertindak sebagai inspektur upacara.
Selain melakukan upacara, pada kesempatan itu juga dilakukan penandatanganan nota kesepahaman atau MoU antara Pemerintah Kota Surabaya dengan PT Paragon dalam menyediakan beasiswa pendidikan. Bahkan, saat itu Wali Kota Risma juga menyerahkan izin pemakaian rumah bagi para veteran.
Ada pula pemberian aset dari BPN 1 dan BPN 2 Surabaya. Kemudian dilanjutkan dengan pemberian penghargaan kepada jajaran Kejaksaan Tinggi Jawa Timur yang telah berhasil membantu mengembalikan aset YKP kepada Pemkot Surabaya. Serangkaian upacara itu ditutup dengan operate kemerdekaan yang menggambarkan keberagaman Indonesia.
Dalam sambutannya, Wali Kota Risma menyampaikan tema proklamasi kemerdekaan tahun ini yakni “SDM Unggul Indonesia Maju”. Bagi dia, ke depannya, jika ingin menjadi pemenang di segala lini, maka harus mempunyai SDM yang berkualitas.
“Kalau mau menang harus punya SDM berkualitas. Di Surabaya, saya maunya semua talenta digarap. Oh saya tidak bisa Matematika atau fisika. Tapi bukannya dia tidak berhak utuk berhasil, sehingga kami garap semua talenta yang dimiliki anak-anak Surabaya,” kata Wali Kota Risma.
Menurut Wali Kota Risma, barangkali dia ahli dalam bidang menulis atau fotografi, tidak masalah terus dikembangkan. Makanya, ketika Pemkot Surabaya ditawari oleh UNICEF pelatihan fotografi, dia pun menyanggupinya.
“Aku yakin dengan menggarap di semua bidang, maka tidak akan takut lagi ada anak yang tertinggal, karena pasti semua anak punya talenta masing-masing. Sebenarnya itu inti dari pidatoku tadi (waktu jadi inspektur upacara HUT RI),” tegasnya.
Namun begitu, Wali Kota Risma mengakui bahwa seringkali masih ada orang tua yang beranggapan bahwa semuanya diserahkan kepada guru-guru sekolah. Padahal kalau dihitung, anak-anak itu di sekolah hanya sekitar 8 jam, sedangkan 16 jam lainnya mereka ada di luar sekolah.
“Itu artinya, semua pihak harus bersama-sama memberikan perhatian kepada anak-anak ini,” kata dia.
Oleh karena itu, untuk membantu mengisi aktifitas anak-anak selama 16 jam itu, maka Pemkot Surabaya membangun sarana, prasarana dan program untuk menunjang perkembangan mereka.
Diantaranya adalah perpustakaan, perbaikan sekolah beserta sarana dan prasarananya, lapangan olahraga, Rumah Bahasa, Rumah Matematika, Broadband Learning Center (BLC), Co Working Space Koridor, Pahlawan Ekonomi serta Pejuang Muda yang diharapkan dapat menjawab tantangan tersebut.
“Anak-anak bisa dijaga dan diajak ke tempat-tempat seperti itu, sehingga anak-anak Surabaya tidak ada alasan lagi untuk tidak berhasil,” kata Wali Kota Risma.
Oleh karena itu, wali kota perempuan pertama di Kota Surabaya itu mengajak kepada para orang tua dan semuanya untuk bersama-sama mengawasi dan membimbing anak-anak sejak usia dini, supaya mereka dapat terselamatkan dari kenakalan remaja, pergaulan bebas dan narkoba.
Ia juga tidak ingin para orang tua hanya mengandalkan peran guru di sekolah untuk mendidik anak-anak, karena sepertiga waktu mereka justru ada di luar sekolah.
“Ini tantangan yang harus dihadapi bersama agar di sisa waktu mereka dapat memperoleh pembelajaran yang berguna dalam menghadapi tantangan global tersebut,” ujarnya.
Presiden UCLG ASPAC ini juga mengajak warga Surabaya untuk menciptakan lingkungan di setiap jengkal wilayah Surabaya sebagai tempat pembelajaran bagi anak-anak dan pemuda. Tempat pembelajaran ini harus selalu dijaga kualitasnya karena sebagai modal mereka menjawab tantangan dapat bersaing, baik di dalam negeri maupun di luar negeri.
“Selain kerja keras dan disiplin, yang lebih penting adalah penanaman menjaga persatuan dan kesatuan, karena hal ini dapat menjaga stabilitas dan keamanan suatu daerah. Terwujudnya kondisi ini akan memberikan sumbangsih besar dalam membangun kemajuan dan memudahkan mereka berkonsentrasi untuk mengeluarkan kreativitasnya,” pungkasnya. (q cox)