SURABAYA (Suarapubliknews) – Di masa pandemi Covid-19, Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya melalui Dinas Pendidikan (Dispendik) menerapkan tiga metode pembelajaran untuk peserta didik jenjang Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP).
Metode ini tak lepas dari upaya pemkot dalam menjaga dan meningkatkan kualitas pendidikan anak-anak Surabaya.
Pembelajaran yang diterapkan pun beragam varian. Mulai pembelajaran daring, offline melalui penugasan di masing-masing rumah siswa, hingga yang terbaru adalah menggandeng kerjasama dengan stasiun televisi swasta. Akses literasi melalui televisi lokal tersebut, dapat dimanfaatkan pelajar jenjang SD dan SMP secara gratis.
Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini mengatakan, pandemi Covid-19 telah membuat suasana di seluruh dunia berbeda seperti tahun atau hari-hari sebelumnya. Terjadi perubahan dalam kebiasaan hidup, termasuk pula pada proses belajar mengajar di sekolah.
“Karenanya, pemkot membuat inisiatif kerjasama dengan televisi swasta yang ada di Surabaya. Kami membuat program belajar dari rumah bersama Guruku,” kata Wali Kota Risma.
Meski proses belajar mengajar saat ini tak berlangsung di kelas, Wali Kota Risma berharap kepada anak-anak agar tidak ragu, takut atau kurang nyaman dengan kondisi yang berbeda. Sebab, perubahan ini adalah salah satu upaya untuk mencegah virus tersebut.
“Kita harus tetap semangat meskipun belajar melalui televisi. Biasakan yang tidak biasa, kita biasakan dengan cara belajar melalui televisi,” katanya.
Kepala Dinas Pendidikan (Dispendik) Kota Surabaya, Supomo menyatakan, walaupun dalam suasana yang sangat terbatas, kualitas pembelajaran ini diperlukan agar anak-anak semakin pintar. Karenanya Dispendik Surabaya menyiapkan beberapa varian metode pembelajaran agar anak-anak tidak merasa bosan.
“Kerjasama bersama televisi itu adalah varian pilihan dengan harapan semua anak-anak Surabaya bisa belajar dengan mudah,” kata Supomo.
Sebelumnya Dispendik Surabaya juga menyediakan akses literasi belajar bagi siswa jenjang SD dan SMP. Baik itu melalui online maupun offline dengan memberikan materi tugas setiap minggu kepada anak-anak. “Itu semua kita lakukan supaya kualitas pembelajarannya bagus. Mereka anak-anak tidak bosan. Dengan demikian pembelajaran ini berjalan dengan menarik,” katanya.
Sedangkan pada metode pembelajaran baru melalui siaran langsung di televisi swasta, para pelajar dapat langsung bertanya kepada para pengajar melalui sambungan telepon. Para pengajar di program belajar melalui televisi itupun diisi oleh para guru berdasarkan mata pelajarannya.
Pengajar itu berasal dari sekolah negeri maupun swasta di Surabaya. Bahkan, pihaknya juga telah mengatur jadwal mata pelajarannya sedemikian rupa. “Ada guru dari sekolah negeri, ada dari swasta, bergantian jadwalnya. Realisasinya mulai Senin (3/8/2020) kemarin,” jelas dia.
Namun begitu, Supomo menyatakan, jika nantinya pandemi Covid-19 telah hilang dan metode pembelajaran melalui televisi ini masih diminati anak-anak, tidak dimungkinkan akses belajar melalui layanan tersebut akan diteruskan.
“Misal Covid-19 sudah hilang, kalau pembelajaran itu masih diminati kenapa tidak? Karena anak-anak ada yang kesulitan kalau hanya kemudian dengan online, terus karena ada kebosanan sehingga kita cari varian, mudah-mudahan mereka (anak-anak) semangat belajar,” imbuhnya.
Sementara itu, Kepala Bidang Guru dan Tenaga Kependidikan (Kabid GTK), Dispendik Surabaya, Mamik Suparmi menjelaskan, bahwa Pemkot Surabaya menggandeng dua stasiun televisi swasta dalam menyediakan akses literasi belajar. “Antusiasnya luar biasa sekali. Saat interaktif, banyak sekali yang telepon, anak-anak sangat antusias,” kata Mamik sapaan lekatnya.
Bahkan, sebelum mengakhiri pembelajaran di televisi, pengajar selalu memberikan layanan tanya jawab interaktif kepada siswa. Menariknya, para siswa juga dapat mengajukan pertanyaan kepada pengajar pada sesi telepon interaktif tersebut.
Tak hanya itu, sebelum menutup pembelajaran, pengajar juga memberikan penugasan kepada masing-masing siswa agar dikerjakan di rumah dan dikumpulkan minggu depan. Menurut dia, hal itu dilakukan untuk mengetahui apakah indikator pembelajaran hari ini sudah tercapai apa belum.
“Sedangkan siswa secara interaktif menjawab pertanyaan guru melalui telepon interaktif. Ini yang disebut penilaian formatif,” katanya.
Mamik menambahkan, untuk tahapan belajar melalui televisi sendiri, dimulai dari salam pembuka, motivasi dan apersepsi, materi inti, serta tanya jawab atau penilaian formatif. Kemudian, untuk tahapan selanjutnya adalah penutup yang terdiri dari kesimpulan atau rangkuman singkat pembelajaran hari ini. “Selanjutnya adalah penugasan untuk pertemuan berikutnya dan salam penutup,” pungkasnya. (q cox)