SURABAYA (Suarapubliknews) ~ Nuansa Malaysian Peranakan sangat kental terasa jika memasuki Gedung Ferry Teguh Santosa di kampus PCU. Nuansa ini memang merupakan tema utama yang diangkat Malaya Group, sebuah mahakarya dari 79 mahasiswa Hotel Management PCU (Petra Christian University).
Head of Hotel Management PCU Deborah C. Widjaja, S.S., M.S.M., Ph. D mengatakan mmereka mengelola manajemen bisnisnya mulai dari restoran, lounge, hingga hotel yang beroperasi sejak 1 September lalu di kampus PCU. Aksi ini merupakan bagian dari tugas mata kuliah Manajemen Operasional Hotel (MOH).
“Temanya berbeda tiap tahunnya. Dibuka secara umum dengan didampingi dua dosen pendamping, para mahasiswa ini wajib menjalankan sebuah bisnis mulai dari restoran, lounge hingga hotel di kampus PCU selama kurang lebih masa kerja 54 hari dengan modal awal yang diberikan kurang lebih Rp 80 juta,” urainya.
Deborah menambahkan tema kali ini sengaja dipilih untuk memperkenalkan warisan budaya dari perpaduan tradisi yang unik yaitu dari Cina, Melayu, Indonesia, dan beberapa daerah di Asia Tenggara.
Setidaknya ada tiga unit bisnis yang harus dikelola para mahasiswa semester lima itu. Pertama “Nyonya Po”, sesuai namanya yang diambil dari salah satu rakyat peranakan yaitu kisah Hang Li Po yang merupakan putri China yang datang ke Malaysia.
Restoran berkonsep semi casual dining yang ada di Gedung Radius Prawiro lantai 2 ini menghadirkan atmosfer peranakan dari makanan, minuman bahkan nuansa dekorasinya. Sehingga para pengunjung yang datang bisa merasakan kenikmatan masakan ala Nyonya Po serta merasakan vibes Peranakan saat makan.
Felin Alinsia Kosen selaku General Manager merinci bahwa tercatat ada lima appetizer, dua soup, delapan main course, lima dessert dan 14 beverages yang ada di “Nyonya Po” dengan harga mulai Rp18.000 hingga Rp38.000.
“Tetapi menu ini bisa bertambah atau berkurang sesuai dengan menu of the week. Salah satu menu menu andalan kami yaitu ayam percik, nasi lemak, dan Ais Mangga untuk beverages-nya,” katanya.
Sementara itu unit bisnis yang kedua yaitu lounge diberi nama Bao Jia dengan tema Contemporary Kopitiam. Masih sejalan dengan tema Malaya Group, pengunjung bisa merasakan suasana kopitiam yang hangat dan nyaman untuk berkumpul bersama dengan teman, kolega, kerabat maupun bersama keluarga. Lokasinya berada di lantai 1 Laboratorium Service dan Bar Gedung Ferry Teguh Santosa.
Bao Jia (宝家) [pa – o – ci -a] yang berasal dari Bahasa Mandarin yang berarti rumah yang amat bernilai ini menyajikan beragam menu dengan range harga mulai Rp10.000 sampai Rp175.000. “Mulai dari kopi, teh, mocktails hingga cocktails, snack, produk patisserie bakery, serta gelato dengan rasa-rasa yang unik,” tambahnya.
Sementara Malaya Hotel sendiri mencakup lingkup Room Division, Laundry, dan Front Office dengan tema Melayu Comfortness. “Berlokasi di Gedung Ferry Teguh Santosa lantai 1-3, kami membawa tema Melayu ke dalam kamar dengan dekorasi-dekorasi melayu,” kata Felin.
Untuk Room Division tersedia empat tipe kamar mulai dari Johor (Suite Room), Terengganu (Deluxe Twin), Kedah (Deluxe Twin), Selangor (Standard King) dan Perlis (Standard Twin). Dengan harga yang beragam dan mudah dijangkau mulai Rp 180.000 hingga Rp 270.000 saja. Sementara untuk layanan laundry pun melayani cuci kering mulai dari boneka, sepatu, pakaian dan lain-lain dengan range harga mulai Rp2.000 hingga Rp65.000
Felin menambahkan pendapatan dari Malaya Group ini akan dikembalikan ke kampus untuk kepentingan operasional seperti listrik dan lain-lain. Keuntungannya dibagi secara sharing profit pada 18 orang management dan 61 operasional.
“Mendapatkan kepercayaan lalu menjalankan bisnis bersama teman-teman dalam MOH ini merupakan pengalaman yang sangat berharga. Sebagai seorang leader, saya harus berupaya mengatur tak hanya diri saya sendiri tapi teman-teman lainnya agar bisnis ini mampu menghasilkan profit,” tutupnya. (q cok, tama dini)