PeristiwaPolitik

Masa Tenang, Eri Cahyadi Ziarah ke Makam Pendiri NU

91
×

Masa Tenang, Eri Cahyadi Ziarah ke Makam Pendiri NU

Sebarkan artikel ini

SURABAYA (Suarapubliknews) – Memasuki masa tenang setelah tiga bulan kampanye, Calon Wali Kota (Cawali) Surabaya, Eri Cahyadi, melakukan ziarah dan tabur bunga ke pendiri Nahdlatul Ulama (NU) di Kabupaten Jombang.

Ditemani sang istri, Rini Eri Cahyadi, mantan Kepala Badan Perencanaan dan Pembangunan Kota (Bappeko) Surabaya ini sampai ke makam Hadratussyeikh KH Hasyim Asyari di Kompleks Pondok Pesantren (Ponpes) Tebu Ireng sekitar pukul 09.01 WIB. Eri langsung disambut Pengasuh Ponpes Putri Tebu Ireng, KH Fahmi Amrullah Hadzik (Gus Fahmi).

Setelah bercengkrama sebentar, Eri dan Gus Fahmi lantas menuju makam KH Hasyim Asyari.

Eri terlihat khusuk membaca kalimat tahlil dan tayyibah di pusara pendiri NU tersebut. Usai berdoa di makam KH Hasyim Asy’ari, Eri dan istri juga mendoakan KH Wahid Hasyim, KH Abdurrahman Wahid, dan KH Salahuddin Wahid yang juga berada dalam satu kompleks.

Dari Tebu Ireng, Eri bergeser ke makam KH Abdul Wahab Hasbullah di Ponpes Bahrul Ulum, Tambakberas, Jombang. KH Wahab Hasbullah juga termasuk pendiri NU. Di makam Pahlawan Nasional ini, selain berdoa, Eri juga melakukan tabur bunga.

Setelah ziarah di makam KH Wahab Hasbullah, Eri lantas menyempatkan diri ke ziarah ke makam KH M As’ad Umar, pendiri dan pengasuh Ponpes Darul Ulum, Peterongan Jombang. Eri juga berdoa di makam istri KH M As’ad Umar, Nyai Hj Azzah As’ad Umar yang belum lama ini meninggal dunia. KH M As’ad Umar dan Nyai Hj Azzah As’ad Umar adalah orang tua dari KH Zahrul Azhar Asumta As’ad atau yang lebih akrab disapa Gus Hans.

“Saya memang sering melakukan ziarah ke makam para alim ulama. Sejak dulu, saya sering melakukan doa ke makam-makam para alim ulama,” ujar Eri, usai melakukan ziarah.

Menurut dia, banyak teladan yang bisa diambil hikmahnya dari para tokoh pendiri NU ini. Contohnya adalah saat KH Hasyim Asy’ari mengeluarkan fatwa resolusi jihad untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia.

“Dengan ilmu agamanya, dengan jiwa kepemimpinannya, Mbah Hasyim Asy’ari bisa menggerakkan semangat warga Surabaya semangat berjuang saat pertempuran 10 November 1945. Teladan semangat menjaga NRKI ini harus kita gelorakan. Pertempuran 10 November adalah bukti Surabaya tidak bisa lepas dari peran kiai dan santri,” tandasnya. (q cox)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *