BATULICIN (Suarapubliknews) – Sekretaris Daerah Kabupaten Tanah Bumbu (Sekda Tanbu) Dr.H.Ambo Sakka menyampaikan, jika intervensi penanganan stunting diperlukan komitmen bersama mengingat dalam penanganannya berbeda dengan penyakit lainnya.
“Kalau penyakit malaria dikasih obat bisa sembuh, kalau kemiskinan dikasih bantuan kemungkinan bisa terjadi. Namun untuk stunting perlu kerja menyeluruh dan terpadu.,” kata Sekda saat Launching Orang Tua Asuh Anak Stunting di Mahligai Bersujud,Rabu (09/08/2023) Kecamatan Simpang Empat.
Lanjutnya, untuk Kabupaten Tanah Bumbu sendiri saat ini masih dalam angka 16,1 persen ,hingga ditahun 2024 ini diharuskan bisa mencapai angka dibawah 14 persen sesuai intruksi Presiden bagi Kabupaten dan Kota se-Indonesia.
Saat ini, ungkapnya, pemerintah sedang mengupayakan penurunan itu, yakni melalui konsolidasi kepada Dinas terkait seperti Bappeda dan Dinas Kesehatan termasuk Dinas Keluarga Berencana.
“Upaya kita tinggal dua digit lagi ,namun kalau tidak turun sampai 2024 maka Kabupaten kota harus siap menerima sangsi bisa saja dikurangi anggaran DAU nya,” kata Sekda.
Untuk mencapai itu, Bupati melalui Sekda memerintahkan kepada seluruh pejabat wajib menjadi orang tua asuh anak stunting.
“Kemarin sudah disusun jatah pejabat untuk mengasuh anak stunting, seperti Sekda siapkan 4orang.Kepala Dinas 3 orang ,kemudian eselon 3 ,3 orang. Esselon 4 ,2 orang asuhan.,” paparnya.
Menurut Sekda kenapa intervensi stunting ini harus dilakukan , pertama kerena target sesuai instruksi presiden yang harus dicapai. Disamping itu adalah sebuah cara menanam sebuah kebaikan kepada masyarakat.
“Jangan sampai kita malu dengan daerah lain sementara kita punya APBD besar ,dengan demikian jangan sampai angka stunting dan kemiskinan masih tinggi termasuk tingginya pengangguran.,” imbuhnya.
“Melalui kesempatan ini kami mengajak kepada semua pejabat agar memberikan yang terbaik untuk anak anak kita,” pintanya.
Dia menambahkan, ada 800 lebih anak anak yang dikategorikan stunting.distu adalah sebuah pertaruhan tentang masa depan anak
“Bisa dibayangkan ,dengan 800 orang itu,di 10 tahun akan datang , dikuatirkan anak kita tidak bisa bersaing dengan anak normal lainnya yang normal aja belum tentu lolos , seperti masuk IPDN atau Akpol apalagi yang stunting kerena telah terjadi pelemahan daya pikir,” tutupnya. (q cox, Imran)