Jatim RayaPolitik

Pengamat: Jalur independen hanya indah di regulasi

229
×

Pengamat: Jalur independen hanya indah di regulasi

Sebarkan artikel ini

SURABAYA (Suarapubliknews) – Banyaknya bakal calon kepala daerah (Bacakada) dari jalur perseorangan (independen) yang akhirnya gagal memenuhi persyaratan yang diwajibkan, menjadi sorotan pengamat Politik Surokim Abdussalam.

Akademisi yang kini menjabat, Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Budaya (FISIB) Universitas Truno joyo Madura (UTM) ini, menyampaikan jika calon independen hanya jadi utopia.

“Hanya sekadar menjadi hiasan dikertas kebijakan yang sulit direalisasikan. Kian sulit mendorong capaslon mendaftar independen karena sulitnya persyaratan yang hrs dipenuhi. Ditambah lagi Calon alternatif nggak ada yang istimewa dan nggak ada yang percaya diri maju pilkada,” ucapnya kepada media ini. Selasa (14/05/2024)

Sebagai contoh untuk Pilkada di Jatim, kata Surokim, sejauh ini memang berat bisa ikut pilkada level provinsi seperti jatim dengan jumlah pemilih besar, memang berat dan butuh persiapan khusus.

Menurut Peneliti senior Surabaya Survey Center (SSC) ini, butuh supertim yang serius dan calon yang sudah punya reputasi dan popularitas yang kuat. Itu lah yang membuat tidak ada kandidat yang muncul di jatim kali ini.

“Karena tidak ada calon alternatif yang lebih meyakinkan daripads calon dari parpol maka otomatis kepercayaan publik terhadap calon independen juga menurun dan calon dari parpol kian leluasa berkibar,” jelasnya.

Namun demikian, Surokim meyakinkan bahwa pertarungan dengan paslon usulan parpol masih akan tetap menarik kendati tidak seseru atau seheboh jika ada paslon independen.

“Pilgub 2024 jatim menurut saya akan tetap menarik jika PDIP dan PKB mengusung paslon sendiri untuk melawan incumbent. Saya prediksi masih ada lawan paslon usulan dari parpol,’ tambahnya.

Menghadirkan calon independen perseorangan memang cukup berat jika tidak disiapkan dengan serius. Apalagi harus menghadapi verifikasi faktual untuk pembuktian dukungan jelas itu sangat berat.

“Tidak akan mudah bisa mengumpulkan ktp dan ttd sejumlah itu dalam tempo singkat tanpa persiapan serius dgn tim yang serius. Tapi sudahlah, memang kehendak zaman sudah begitu calon independen hanya akan menjadi hiasan demokrasi elektoral an sich,” tandasnya

Padahal, lanjut dia, Calon independen itu penting dan sebenarnya bukan sekadar pelengkap. Ia bagian dari ikhtiar menjaga demokrasi dimana setiap warga negara memiliki kesempatan yang sama dalam hukum dan pemerintahan.

Keberadaan calon independen diharapkan dapat meningkatkan kualitas kontestasi dan pencalonan sehingga masyarakat akan memiliki pilihan alternatif dalam pilkada.

Memang dibutuhkan energi ekstra dalam membangun komunikasi dengan parpol pasca menang pilkada, tetapi hal itu lumrah terjadi untuk memiliki relasi yang baik dengan parlemen.

“Saya pikir itu yang perlu direvisi terkait syarat dukungan bisa dikurangi lagi prosentasenya sehingga bis dijangkau dan dipenuhi oleh para kandidat dalam waktu yang tidak lama,” ujarnya

“Jalur independen terjal dan hanya indah di regulasi. Ya memang kab/kota sebenarnya masih terjangkau tapi kandidatnya yang minimalis dan ga ada yang pede. Takut dengan bayangannya sendiri disamping persyaratan yang memberatkan tadi,” pungkasnya. (q cox)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *