SURABAYA (Suarapubliknews) – Pandemi COVID-19 yang melanda tanah air sejak sekitar 6 bulan lalu, tidak hanya berdampak bagi kesehatan, namun memiliki dampak ekonomi di berbagai sektor. Tidak hanya perusahaan besar, pelaku Usaha Kecil Mikro Menengah (UMKM) termasuk kelompok yang rentan secara ekonomi untuk menjalankan usaha bisnisnya.
Berkurangnya permintaan pasar berdampak pada turunnya pendapatan, menjadi tantangan bagi pelaku UMKM di masa Pandemi COVID-19. Untuk mendukung UMKM bangkit dari tekanan ekonomi akibat Pandemi, Pertamina tetap berkomitmen untuk menjalankan Program Kemitraan (PK) sekaligus sebagai upaya untuk mendukung program Pemerintah, yaitu Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN).
Executive General Manager Pertamina Regional Jatimbalinus, C.D. Sasongko menyampaikan bahwa Pertamina memahami pelaku UMKM berisiko tidak dapat melanjutkan usahanya di saat pandemi COVID-19 yang belum menunjukkan tren penurunan.
“Dengan adanya bantuan akses permodalan ini, UMKM binaan Pertamina juga bisa mendapatkan pendampingan dan bimbingan dalam menyiasati pengelolaan model usaha untuk menjadi lebih tangguh,” ujar Sasongko.
PT Pertamina (Persero) menyalurkan bantuan modal sebesar Rp2.135.000.000 melalui Program Kemitraan, kepada 25 UMKM Binaan yang berada di wilayah Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur.
Selain menyalurkan pinjaman modal dengan jasa administrasi sangat ringan, Pertamina juga memberikan pola pendampingan, pembinaan, pelatihan yang terarah. “Serta pemberian fasilitas promosi dan pengembangan pasar dalam ajang pameran sebagai upaya agar mitra binaan Pertamina dapat tumbuh dan berkembang,” tambahnya
Selain Program Kemitraan yang bersifat umum, Pertamina juga menginisiasi Program Pinky Movement sebagai inovasi dalam pembiayaan dan pembinaan yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan UMKM terutama bagi sektor yang bersentuhan langsung dengan rantai bisnis Pertamina. “Hingga hari ini, Pertamina telah menyalurkan Rp2.985.000.000 untuk 43 Mitra Binaan Program Kemitraan Pinky Movement di Jawa Timur dan Bali,” ujar Sasongko.
Pinky Movement sendiri mempunyai fokus utama yakni UMKM dan pangkalan Elpiji yang dalam menjalankan usahanya masih menggunakan atau menjual Elpiji Subsidi 3 Kg agar lebih mandiri sehingga beralih menggunakan atau menjual produk Elpiji non-subsidi, yaitu Bright Gas 5.5 Kg atau 12 Kg.
“Selain itu, tujuan lain dari program Pinky Movement ini adalah mengedukasi pelaku UMKM dan masyarakat agar penyaluran LPG menjadi tepat sasaran. Program Pinky Movement sendiri sudah memperoleh apresiasi secara nasional, menyabet penghargaan dari International Council for Small Business (ICSB) Indonesia Presidential Award 2020,” tambah Sasongko.
Pada tahun 2019 lalu, Pertamina MOR V telah menyalurkan dana PK sebesar Rp23.3 M. “Sedangkan pada tahun ini hingga Oktober 2020, Pertamina telah menyalurkan bantuan permodalan sebesar lebih dari Rp14M kepada 191 Mitra Binaan untuk pengembangan UMKM. Mitra binaan ini tersebar di 4 Provinsi yang berada di wilayah MOR V, yaitu Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur,” tutup Sasongko.
Pemilik UMKM Toko Lely yang bergerak di penjualan Sembako Nurial Fauziah, menyampaikan bahwa Program Kemitraan dari Pertamina sangat membantu keberlangsungan usahanya. “Apalagi di Pandemi COVID-19 seperti ini, awalnya bingung menjalankan usaha karena modalnya sudah habis. Ketika tahu dari teman bahwa Pertamina memiliki Program Kemitraan mencoba untuk ikut partisipasi dan responnya sangat baik,” ujarnya.
Ia berharap, ini merupakan langkah awal untuk keberlangsungan bisnisnya. Dimana nantinya akan mendapatkan pengalaman yang baik serta akses pelatihan dan pemasaran produknya agar lebih luas dan dikenal oleh masyarakat. (q cox, tama dinie)