BONDOWOSO (Suarapubliknews.net) – Produksi kopi arabika di Kabupaten Bondowoso, Jawa Timur, pada meningkat hingga tiga kali lipat pada 2018 bila dibandingkan 2017. Sedangkan secara Nasional 125 ribu ton
Ketua Asosiasi Petani Kopi Indonesia (APKI) Sumarhum mengatakan tahun lalu produktivitas kopi arabika hanya sekitar 200 kilogram `green bean` atau biji kopi mentah per hektare, namun tahun ini bisa mencapai sekitar 700 kilogram per hectare.
“Tahun ini cuaca sangat mendukung tanaman kopi arabika sehingga mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya, tapi tidak untuk jenis kopi robusta,” katanya ditemui disela audiensi wartawan Jawa Timur dengan Bupati Bondowoso.
Diakui produksi kopi robusta pada tahun in menurun drastis menjadi sekitar 200 kilogram grean bean, sedangkan tahun sebelumnya mampu memroduksi sebanyak 700 kilogram hingga satu ton per hectare.
Sumarhum menyebutkan, harga kopi arabikabervariasi yakni mulai kopi arabika yang berkualitas baik atau spesialti yang kisaran harganya Rp80.000 hingga Rp100.000 per kilogram dan harga kualitas biasa antara Rp30.000 hingga Rp40.000 per kilogram.
“Sedangkanutuk robusta yang spesial kisarannya antara Rp35.000 sampai dengan Rp40.000 per kilogram, sedangkan kopi robusta biasa dijual dengan harga Rp25.000 hingga Rp27.000 per kilogram,” katanya.
Bupati Bondowoso, Amin Said Husni mengatakan tahun 2011 merupakan titik tolak kembangkitan kopi bondowoso disaat memulai sebuah era baru perkopian di bondowoso dengan ditanda tanganinya nota kesepahaman tujuh pihak pada waktu itu
“Yakni Pemerintah kabupaten bondowoso, Bank Indonesia (BI), Puslit Kopi dan Kakao, Bank Jatim, Perhutani, Eksportir dan asosiasi petani kopi di bondosowo. Atas kerjasama tersebut, Pihaknya mengungkapkan, melakukan pengembangan di kawasan kecamatan sumber wringi dengan beberapa desa yang terpilih untuk mengembangkan kopi bondowoso sebagai kopi specialty,” katanya.
Dijelaskan, dari waktu ke waktu perkebunan kopi mulai berkembang semula hanya ratusan hektar dan sekarang menjadi ribuan hektar terbaru mencapai 14 ribu hektar lahan milik perhutani yang dikerjasamakan dengan petani sehingga hasil produksinya mencapai sekitar 3 ribu ton / tahun.
“Karena per tahun pada musim panen hanya sekali dan ditahun 2018 ini, menurut informasi produksinya cukup bagus mencapai 3 ribu ton dibanding dengan tahun-tahun sebelumnya,” jelasnya.
Dari 3 ribu ton ini, sepertiga (1/3) di ekspor ke manca negara sedangkan sisanya dipasarkan di dalam negeri (domestik) baik di kawasan bondowoso sekitarnya, maupun di beberapa wilayah di indonesia dan kopi ini sekarang sudah semula hanya di hulu sekarang sampai ke hilir. (q cox, Tama Dinie)