Jatim RayaPemerintahan

Proses Digitalisasi Jadi Faktor Penting Penentu Percepatan Pelayanan Publik Dan Pertumbuhan UMKM

17
×

Proses Digitalisasi Jadi Faktor Penting Penentu Percepatan Pelayanan Publik Dan Pertumbuhan UMKM

Sebarkan artikel ini

PASURUAN (Suarapubliknews) – Sistem digital yang diterapkan Pemprov Jatim berdampak positif pada proses pengambilan  kebijakan yang dilakukan. Digitalisasi yang dilakukannya bersama seluruh jajarannya di Pemprov Jatim dengan membangun sistem pelayanan, sistem pendataan dan sistem pengadaan barang dan jasa menjadi lebih efektif dan efisien.

Hal ini disampaikan Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa saat membuka kegiatan yang mengambil tema ‘Smart City, Creative Government : Membangun Ekosistem Digital Cettar Bagi Pembangunan Jatim’ Seminar Nasional dan Rakerwil Asosiasi Media Siber Indoenesia (AMSI) Jawa Timur 2021 di Royal Senyiur Hotel Pasuruan.

“Dengan sistem digital yang kita bangun, investasi Jatim  tahun 2020 tercatat tumbuh positif 33,8 persen  di tengah pandemi Covid-19. Realisasi investasi tahun 2020 justru bangkit dibandingkan  tahun 2016-2019,” katanya.

Selanjutnya Untuk memberikan pelayanan dan inovasi yang lebih cepat , Gubernur Khofifah  membuat program Jatim Online Single Submission (JOSS). Program inovasi tersebut bertujuan untuk mempermudah sistem perizinan dan realisasi yang dituangkan melalui Peraturan Gubernur (Pergub) Nomor 60 Tahun 2020.

“JOSS ini adalah sebuah sistem elektronik terintegrasi yang dibangun DPMPTSP (Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu) Jatim yang tujuannya untuk mempermudah perizinan di bawah kewenangan Pemprov Jatim. Selain itu juga ada program mempercepat perwujudan Satu Data Indonesia atau SATA, yang saat ini sudah  ada sebanyak 34 perangkat daerah atau 64 persen dari seluruh perangkat daerah yang memenuhi penyelenggaraan SATA Jatim 2021,” jelas Khofifah.

Jika adanya sistem digital dengan ditambah adanya kolaborasi dan suasana Jatim yang kondusif, maka keniscayaannya akan menjadi sebuah kolaborasi yang baik dalam mendatangkan investor menanamkan investasinya di Jawa Timur dengan harapan percepatan terwujudnya kesejahteraan masyarakat bisa dicapai. “Kita semua menjadi garantor yang menjadikan investor tertarik berinvetasi di Jatim. Mari kita jaga Jatim kondusif dan produktif,” ujarnya.

Dalam paparannya, dibuktikan, bahwa dengan adanya pemanfaatan digitalisasi investasi di Jawa Timur pada 2020, terbukti dengan tumbuhnya ekonomi sebesar 33,8 %. Dimana angka tersebut lebih tinggi jika dibandingkan dengan pertumbuhan nasional yang berkisar diangka 2,1 %. “Disamping itu realisasi investasi Jatim tahun 2020 yaitu Rp. 78,3 Trilliun, adalah yang tertinggi selama lima tahun terakhir,” imbuh Khofifah.

Jawa Timur menjadi provinsi penyangga pada sektor logistik bagi 16 provinsi yang ada di Indonesia bagian timur. Khofifah menjelaskan hampir  80 % bahan logistik di beberapa provinsi tersebut disupplai  dari Jawa Timur.

“Logistik kita itu mensupplay di 16 provinsi di Indonesia bagian timur di luar  Sulawesi Selatan . Untuk itu, jangan sampai Jawa Timur ini ‘batuk’. Karena, jika batuk maka dropletnya itu bisa sampai ke Ibu kota DKI – Jakarta. Jawa Timur merupakan kekuatan ekonomi terbesar kedua di Indonesia setelah DKI Jakarta  . Jatim sebuah kekuatan yang luar biasa. Menjaga kohesifitas dan spirit serta keindonesiaan di Jatim  menjadi sangat penting,” tandasnya.

Oleh karena itu, adanya era digitalisasi di sektor ekonomi dan pemerintahan menjadi sebuah hal yang sangat penting. Utamanya yang mengarah kepada sektor percepatan perizinan dan sektor  pelayanan maupun kebijakan.

Sementara dikesempatan yang sama, Ketua AMSI pusat Wenseslaus Manggut pun mengapresiasi transparansi data dan juga sistem digitalisasi yang diterapkan Pemprov Jatim. Wens, sapaan akrabnya menyampaikan, bahwa problem data, cara mendapatkannya, serta cara pengemasannya saat ini dibutuhkan media siber untuk dapat lebih mempermudah memberikan informasi kepada masyarakat.

“Kami juga melatih bagaimana mencerna data, dan kemudahan untuk dikonsumsi oleh masyarakat. Kami juga melatih untuk berbagai daerah, agar data tersebut dapat dikemas dan bisa dikonsumsi publik. Dan kita mengetahui publik butuh data seperti apa,” katanya. (q cox, tama dinie)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *