SURABAYA (Suarapubliknews.net) – Calon Wakil Gubernur Puti Guntur Soekarno dibuat terkagum dengan batik gedog saat berkunjung ke Tuban yang mendapat sebutan wilayah Bumi Wali tersebut.
Ia semakin mendapati beragamnya kekayaan di Jawa Timur. “Setiap daerah memiliki kekayaan sendiri. Di Tuban, salah satunya, batik gedog,” kata Puti Guntur Soekarno, Sabtu (24/3/2018), di Surabaya.
Kandidat nomor 2 itu mengunjungi Tuban, Rabu 21 Maret lalu. Selain batik, pasangan Calon Gubernur Saifullah Yusuf (Gus Ipul) itu juga terkesan dengan hidupnya wisata religi di Bumi Ronggolawe.
Tentang batik gedog, Puti mengunjungi pengrajin di Desa Kedungrejo, Kerek, Tuban. Ciri khas batik gedog terletak bahan utama yang menggunakan tenun.
Tenun berasal dari kapas yang ditanam di ladang-ladang sekitar sentra kerajinan.
Puti juga melihat alat tenun tradisional, yang dipakai memintal kapas. “Karena saat menenun, mengeluarkan suara “dog, dog”, sehingga dikenal batik gedog,” jelas Nani Hariningsih, pemilik gerai batik.
Seperti kakeknya, Bung Karno, Puti Guntur sangat menghargai kekayaan dari bumi Indonesia. Terlebih, yang kekayaan itu warisan leluhur, seperti batik.
“Batik gedog layak diangkat ke level nasional, bahkan go internasional,” kata Puti Guntur.
Saat melihat batik gedog, Puti sempat mengontak desainer terkemuka, Edward Hutabarat. “Bang Edo (Edward Hutabarat) itu sahabat saya. Saya diajari berbagai corak dan sejarah batik Indonesia. Ia memang ahli di bidang batik tenun dan tekstail,” cerita Puti.
Di Tuban, Puti Guntur berbelanja sejumlah kain baik. Salah satunya, bercorak Lok Can. “Motifnya terlihat kuno dan antik,” kata Puti.
Ciri khas Lok Can, dibatik di atas kain sutra berwarna biru. Dikenal dengan bahasa Kanton “Lok Can”. Sementara ornamennya, makhluk supranatural khas Tiongkok. Seperti, burung Hong maupun naga (liong).
Puti Guntur ingin mengenakan motif batik itu di forum internasional. Ia sering diundang ke luar negeri. Seperti menjadi dosen tamu di Kokushikan University, Tokyo, Jepang. Puti diminta memberi materi ajaran Bung Karno dan Pancasila.
Tidak banyak yang menekuni batik tenun. Diperlukan pelatihan pada kaum perempuan, supaya mengembangkan kerajinan itu.
“Yang mengerjakan kebanyakan kaum perempuan,” kata dia. Proses produksi batik tenun menuntut kesabaran dan ketelitian. Karena pengerjaannya manual. Terdapat banyak jarum. Terlebih lagi, saat benangnya putus di tengah proses produksi.
Maka harus dilakukan penyambungan, dengan teliti, di mana jarum benang putus. “Yang bisa melakukan ini perempuan. Makanya, pemberdayaan perempuan ini sangat penting,” ujar Puti.
Selain batik tenun, pelestarian batik tulis juga harus dilakukan. Pengerjaannya juga manual-tradisional, yakni menggunakan canting. “Sekarang, di era digital ini, pengenalan produk-produk lokal, seperti batik tenun dan batik tulis bisa dilakukan, misal lewat media sosial,” kata Puti.
Tahun 2009, batik Indonesia diakui resmi oleh PBB melalui Organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan (UNESCO). Batik dimasukkan ke dalam Daftar Representatif sebagai Budaya Tak-benda Warisan Manusia (Representative List of the Intangible Cultural Heritage of Humanity).
“Maka, sekarang tinggal mengenalkan ke manca negara. Bahwa di Indonesia ini terdapat corak batik tenun dan tulis. Di tiap daerah selalu tidak sama, karena punya ciri khas sendiri,” kata Puti.
Bersama pasangannya Calon Gubernur Saifullah Yusuf (Gus Ipul), Puti Guntur berketetapan hati untuk memperkuat kerajinan batik di Jawa Timur.
“Keberpihakan ini bisa ditempuh dengan berbagai cara, seperti kebijakan anggaran, akses modal, akses pasar, proteksi dan sebagainya,” kata Puti. (q cox)