BisnisNasional

RUPS Tahunan Perdana Pasca IPO, Surge Mantapkan Posisi Jadi Ekosistem Digital Terdepan di Indonesia

15
×

RUPS Tahunan Perdana Pasca IPO, Surge Mantapkan Posisi Jadi Ekosistem Digital Terdepan di Indonesia

Sebarkan artikel ini

JAKARTA (Suarapubliknews) – PT. Solusi Sinergi Digital Tbk. (IDX: WIFI) Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) pertama sejak melantai di Bursa Efek Indonesia di akhir tahun 2020 lalu. Surge mengumumkan pertumbuhan positif dimana perseroan membukukan Operating Profit sebesar Rp13,8 miliar atau bertumbuh 20,1% menjadi dari periode yang sama di tahun sebelumnya (YoY).

CEO Surge, Hermansjah Haryono menyampaikan apresiasinya atas kepercayaan investor, shareholder dan masyarakat hingga Surge dapat mencapai target di tahun 2020. Tahun 2020 merupakan tahun yang penuh tantangan bagi kesehatan dan perekonomian, tetapi perseroan dapat melaluinya dengan baik, bahkan tahun tersebut dapat diakhiri dengan go-public.

Keyakinan Surge bisa go public sangatlah beralasan selain karena peluang bisnisnya sangat menguntungkan publik, SDM Surge pun terdiri dari orang-orang yang berpengalaman di bidang IT dan telekomunikasi.

“Kami berhasil melaluinya dengan mencatatkan pertumbuhan positif lewat berbagai inisiatif, seperti misalnya pengembangan sejumlah aplikasi digital dan pengembangan jaringan Fiber Optic (FO). Di tahun ini, kami optimis mencatatkan pertumbuhan bisnis positif dibandingkan tahun lalu, terutama dengan adanya beberapa kerja sama dengan berbagai partner baru untuk meningkatkan digitalisasi di bidang layanan kesehatan, retail, dan lainnya,” katanya.

Selain agenda pengesahan Laporan Tahunan Perseroan tahun buku 2020, Surge juga melaporkan telah menggunakan Rp. 65.400.967.975 atau sebesar 78.82% dari dana hasil penawaran umum perdana saham (IPO) yang berjumlah sebesar Rp82.975.846.000 setelah dikurangi biaya-biaya umum. Dana ini digunakan sebagai modal kerja perseroan, termasuk namun tidak terbatas untuk biaya pembayaran sewa space iklan, perlengkapan penunjang usaha periklanan, dan overhead cost.

“Tantangan Indonesia di tahun ini masih seputar pada turunnya daya beli masyarakat. Disisi lain kami juga melihat peluang di bidang periklanan mengarah positif karena para pelaku usaha sudah memulai kembali aktif untuk memasarkan produk/layanan mereka di ranah digital. Pencapaian tersebut tentunya tidak terlepas dari kontribusi tiga lini bisnis utama Surge, yakni periklanan digital, pengembangan aplikasi, dan infrastruktur jaringan. Dengan pemulihan ekonomi yang secara gencar terus digalakkan, kami optimis tahun ini akan lebih baik,” tambah Hermansjah.

 

Selain pemaparan kinerja, RUPST menetapkan bahwa seluruh laba bersih tahun buku 2020 ditetapkan sebagai cadangan wajib. Perseroan tidak melakukan pembagian dividen untuk tahun buku 2020 demi mewujudkan strategi pengembangan bisnis tahun 2021. Dimana, pada awal tahun 2021 Surge terus jawab kebutuhan dan menciptakan peluang lebih besar bagi para pelaku usaha dengan hadirkan solusi digital untuk kebutuhan harian (daily needs), layanan media dan hiburan (media and entertainment), dan infrastruktur konektivitas (connectivity).

Melihat prospek ke depan dimana perkembangan internet dan transformasi digital bergerak semakin cepat, Surge menyatakan optimis. Pihanya optimis dengan perkembangan internet di Indonesia, yang yang salah satunya dengan dimulainya era 5G. Untuk mendukung proses fiberisasi para operator telekomunikasi yang ingin memanfaatkan 5G, perseroan akan fokus pada pembangunan jaringan fiber optic yang berkualitas dan berkapasitas besar di sepanjang jalur rel kereta milik PT Kereta Api Indonesia di Pulau Jawa.

Perseroan juga akan terus menghadirkan produk berbasis teknologi sebagai kesatuan ekosistem, dimana kolaborasi produk yang akan terjadi dalam ekosistem tersebut akan dapat membantu masyarakat dalam pemenuhan kebutuhan konsumsi sehari-hari, media dan hiburan, dan tentunya kebutuhan akan konektivitas internet masyarakat.

“Untuk itu, Surge siap berkolaborasi demi misi transformasi digital, bersama Pemerintah, Internet Service Provider, tenant data center, startup, perusahaan telekomunikasi dan internet lainnya ” tutup Hermansjah. (q cox, tama dinie)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *