PemerintahanPeristiwaPolitik

SDN Alun-Alun Contong, Saksi Sejarah Ayahanda Bung Karno Mengajar di Surabaya

36
×

SDN Alun-Alun Contong, Saksi Sejarah Ayahanda Bung Karno Mengajar di Surabaya

Sebarkan artikel ini

SURABAYA (Suarapubliknews) – Sekolah Dasar Negeri (SDN) Alun-Alun Contong, yang terletak di belakang Kantor Gubernur Jawa Timur, menjadi saksi sejarah bahwa ayahanda Presiden pertama RI Ir. Soekarno, yakni Soekemi Sosrodihardjo pernah mengajar sebagai guru sekolah dasar pribumi pada 1901.

SDN Alun-Alun Contong tepatnya terletak di Jalan Sulung Sekolahan No. 1. Soekemi yang semula menjadi guru sekolah dasar pribumi di Singaraja, Bali, menerima surat pindah tugas ke Surabaya dari pemerintah kolonial Belanda dan mengajar di sekolah itu.

Ia bersama istrinya, Ida Ayu Nyoman Rai, tinggal di rumah kecil Pandean Gang IV No. 40. Jaraknya sekitar 2 kilometer dengan SDN Alun-Alun Contong.

Pada 6 Juni 1901, di rumah itu, Ida Ayu Nyoman Rai melahirkan bayi laki-laki ketika fajar matahari merekah. Jabang bayi itu diberi nama Koesno, lalu berganti nama Soekarno. Di kemudian hari, Soekarno menjadi Proklamator Kemerdekaan Indonesia, juga terkenal dengan sebutan “Putra Sang Fajar”.

Beberapa waktu lalu, Ketua DPRD Kota Surabaya, Adi Sutarwijono, berkunjung ke SDN Alun-Alun Contong. Disambut Plt. Kepala Sekolah Eddy Santoso, serta para guru. “Selamat datang di sekolah kami,” kata Eddy Santoso pada Adi, bersama pengawas sekolah Tri Wahyuningsih dan para guru.

Adi ditemani Wakil Ketua Komisi A DPRD Kota Surabaya, Budi Leksono. Lantas, Eddy serta para guru menceritakan hal ikhwal sekolah itu, yang menjadi bagian penting dari rekonstruksi sejarah dan napak tilas Bung Karno dengan Kota Pahlawan ini.

“Pak Soekemi, ayahanda Bapak Soekarno, sempat mengajar di sekolah ini tahun 1901. Kemudian berpindah tugas mengajar ke daerah lain,” ujar Eddy.

Menurut Dian Nur’ani, guru kelas 4, SDN Alun-Alun Contong dulunya di jaman pemerintahan Belanda bernama Inslandzhe School Soeloeng yaitu sekolah khusus pribumi di Sulung. Diresmikan 20 Desember 1900 dan dibuka oleh Asisten Residern Kontroler. “Itu menurut catatan arsip Belanda,” kata Dian.

“Kemudian berubah nama menjadi HIS (Hollandsch Islandsche School) No. 1 Pollackstraat (Soeloeng) pada tahun 1914,” terang Dian bersama guru Dwi Asmara.

Dian menjelaskan, dalam buku Roslan Abdulgani yang dilahirkan di Peneleh, juga menyebutkan Soekemi Sosrodihardjo mengajar di sekolah itu, sebelum dan setelah Soekarno lahir.

“Di buku Pak Roeslan juga diceritakan Pak Soekemi pernah mengajar di sekolah kami,” kata Dian.

Roeslan Abdulgani atau akrab dipanggil Cak Roes adalah politisi dan pejuang Surabaya. Almarhum tercatat menjabat menteri luar negeri 1956-1957. Juga menteri penerangan 1963-1964. Keduanya di era Presiden Soekarno memimpin.

Beberapa waktu lalu, Wali Kota Surabaya 2002-2010, Bambang DH menceritakan bahwa Roeslan Abdulgani menegaskan fakta, Bung Karno lahir di Surabaya. “Bukan di Blitar,” kata Bambang DH. Roeslan memang dikenal salah satu sahabat Bung Karno.

Sebagai arek Peneleh, Roeslan Abdulgani juga punya kenangan dengan SDN Alun-Alun Contong. Dia tercatat menjadi siswa di sekolah itu, 1921-1928, sewaktu bernama HIS Soeloeng di jaman Belanda.

Eddy Santoso menunjukkan prasasti di dinding, tertanggal 21 Desember 1997, ditandatangani Roeslan Abdulgani. Di situ dituliskan pengakuan Roeslan, yang pernah belajar di sekolah itu.

Sekarang, SDN Alun-Alun Contong sudah ditetapkan bangunan cagar budaya sesuai SK Walikota No. 188.45/242/436.1.2/2014 tertanggal 28 April tahun 2014.

Sekolah itu merawat dengan baik artefak-artefak sejarah, yang disimpan dan dipajang dalam satu ruang kelas. Seperti foto-foto masa lalu, papan tulis lipat, buku-buku zaman Belanda hingga piala-piala tempo dulu.

Pihak sekolah juga menyulap tembok dengan lukisan-lukisan perjuangan bangsa seperti pertempuran 10 Nopember 1945 yang dihadapi arek-arek Suroboyo dengan gagah berani.

Pada beberapa bangunan kelas, masih diperkuat ornamen kayunya masih asli. “Kami mengembangkan kurikulum lokal sejarah. Agar anak-anak paham dengan sejarah bangsanya. Terutama tokoh-tokoh pahlawan dari Surabaya. Bung Karno kan lahir di Surabaya,” kata Dian.

“Ke depannya, kami ingin ruangan ini sebagai laboratorium sejarah dan bisa sebagai destinasi wisata sejarah. Karena sekolah kami memiliki ciri khas. Sekolah tempat Bapak Soekeni, ayahanda Bapak Soekarno, mengajar di Surabaya,” kata Dian.

“Dan, alumni sekolah kami diantaranya Bapak Roeslan Abdulghani, yang pernah menjabat menteri luar negeri di era Presiden Soekarno,” kata Dwi Asmara.

Terpampang foto ketika Roslan Abdulgani kecil dan angkatannya belajar di sekolah itu. Ada juga foto-foto Presiden Soekarno, foto Bung Karno dengan Pak Soekeni.

Juga foto kunjungan Megawati Soekarnoputri, Presiden RI ke-5, bersama Roeslan Abdulgani ke SDN Alun-Alun Contong.

Adi Sutarwijono terkagum-kagum dengan upaya-upaya para guru dan kepala sekolah SDN Alun-Alun Contong dalam merawat artefak-artefak sejarah.

“Ini cara kreatif untuk memasukkan kurikulum lokal pada pengajaran sejarah bagi para siswa. Dengan tampilan semua ini, para siswa bisa dibantu untuk cepat memahami sejarah,” kata Adi, yang juga Ketua DPC PDI Perjuangan Kota Surabaya.

Foto: Ketua DPRD Kota Surabaya Adi Sutarwijono melihat foto-foto dan arsip sejarah di SDN Alun-Alun Contong. Didampingi Wakil Ketua Komisi A DPRD Surabaya, Budi Leksono. Dipandu Plt. Kepala Sekolah Eddy Santoso dan guru-guru.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *