SURABAYA (Suarapubliknews) – Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) resmi meluncurkan sebuah aplikasi bernama Apps4Swam atau Apps for Solid Waste Management, sebuah aplikasi e-bank sampah untuk meningkatkan produktivitas bank sampah. Bertempat di Gedung Balai Kota Kediri.
Direktur Riset dan Pengabdian kepada Masyarakat (DRPM) ITS Fadlilatul Taufany ST PhD menyampaikan, hadirnya Apps4Swam bertujuan untuk mempermudah interaksi antara bank sampah dengan nasabah yang selama ini dilakukan secara manual. Dalam hal ini, penerapan dilakukan untuk bank sampah di Kota Kediri. “Harapannya, dengan aplikasi ini keuntungan yang diperoleh bank sampah dan masyarakat juga meningkat,” ujarnya.
Koordinator Pengembangan Aplikasi dari Pusat Penelitian Infrastruktur Lingkungan Berkelanjutan ITS Ir Ary Mazharuddin Shiddiqi SKom MCompSc PhD mengatakan, saat ini Apps4Swam sudah dapat diunduh melalui Google Playstore. Aplikasi hasil kolaborasi riset antara ITS, Heriot Watt University, serta Pemerintah Kota Kediri tersebut telah melibatkan 10 bank sampah dan dapat digunakan oleh masyarakat Kota Kediri sebagai nasabah secara umum.
Nasabah yang hendak menabung dapat memilih bank sampah terdekat, kemudian memasukkan data sampah yang akan dijual. Melalui aplikasi, nasabah pun dapat dengan mudah mengetahui harga tukar dari sampah tersebut. Setelah mendapat persetujuan, sampah dapat diserahkan langsung atau dijemput oleh petugas bank sampah.
Selain mempermudah pencatatan administrasi bank sampah, e-bank sampah sangat membantu masyarakat mengetahui dengan mudah jumlah tabungan yang dimiliki dari sampah yang telah ditukar. “Sehingga pengelolaan tabungan pun menjadi lebih praktis dan transparan,” tegasnya.
Dengan keunggulan yang dimilikinya Wali Kota Kediri Abdullah Abu Bakar SE. menyambut baik hasil kolaborasi yang telah dipersiapkan sejak awal tahun 2022 ini. Ia mengungkapkan, aplikasi ini dapat menjadi sarana untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam mengelola sampah mulai dari lingkup rumah tangga. “Sehingga dapat meningkatkan daya saing masyarakat Kediri melalui dukungan teknologi,” tuturnya.
Hingga 2024 mendatang, Ary berharap hasil riset yang didanai oleh Royal Society of Edinburgh ini dapat semakin banyak digunakan oleh masyarakat Kota Kediri, sehingga dapat diterapkan pula di daerah lain nantinya. “Ke depannya aplikasi ini juga akan dikontrol secara langsung oleh pemerintah setempat serta dapat menjangkau di lingkup industri,” pungkasnya. (Q cox, tama dini)