SURABAYA (Suarapubliknews) – Hujan deras yang mengguyur wilayah Kota Surabaya pada tahun ini, ternyata berdampak parah ke wilayah Surabaya Barat utamanya di Kecamatan Sambikerep dan Lakarsantri. Kamis (31/01/2019)
Wilayah yang saat ini terkepung genangan air yang tinggi (sepinggul orang dewasa) diantaranya Jalan Raya Tengger, Lontar, Manukan Lor, Sambikerep, Bungkal, Dukuh Kapasan, Tandes dan Citraland.
Salahsatu pemukim di kawasan Citraland, Vinsensius Awey yang juga anggota Komisi C DPRD Surabaya, mengatakan jika kejadian ini lebih parah dari tahun sebelumnya, karena saat ini banyak cluster perumahan di kawasan Citraland yang terendam banjir.
“Sistem drainase kota surabaya perlu dievaluasi total. Habisin anggaran tiap tahun untuk pengendalian banjiir Rp 500 Miliar, namun tidak ada perubahan signifikan, tapi yang ada justru semakin parah, Effort kerja dinas juga perlu di evaluasi kembali,” ucapnya kepada media ini. Kamis (31/01/2019)
Menurut Awey, dengan tidak mau mengakui jika kejadian ini adalah “Banjir” dan selalu mengatakan hanya “Genangan Air”, maka sampai kapanpun pengendalian banjir di Kota Surabaya tidak dapat terwujud.
“Karena yang ada dalam mindset Pemkot Surabaya adalah bagaimana mengatasi genangan air dan bukan mengatasi banjir. maka kinerja dinas PU juga patut dievaluasi kembali,” tandasnya.
Awey menerangkan, jika biasanya kawasan Citraland tidak pernah ada genangan air setinggi saat ini. Pelataran parkir gereja katolik Yakobus Citraland berada dalam posisi lebih tinggi dari jalan aja bisa tenggelam.
“Dan bisa dibayangkan kalau jalan jalan di pemungkiman citraland yang lebih rendah elevasinya dari pelataran parkir gereja katolik yakobus, seperti apa kondisinya saat ini,” terangnya.
Politisi Partai Nasdem ini berpendapat jika pembangunan sistem drainase selama ini hanya berorientasi kepada pemerataan, sehingga dengan anggaran yang ada dibagi keseluruh area/kawasan.
“Maka banyak ditemukan pembangunan drainase yang tidak tuntas, bahkan belum terintegrasi antara satu saluran ke saluran lain dari sisi elevasi dan volume penampungannya. Antara saluran primer, sekunder dan tertier (pemungkiman) tidak menjadi satu kesatuan yang integrated,” tuturnya.
Oleh karenanya Awey dengan tegas mengatakan jika pemerataan hanya untuk menunjukkan jika Pemkot ada di semua kawasan untuk membantu warga, namun tidak menyelesaikan persoalan.
“Idealnya Pemkot melakukan pengendalian banjir berdasarkan peta titik lokasi banjir yang ada di Surabaya. Pembangunan drainase berdasarkan skala prioritas kawasan dan dilakukan sampai tuntas, karena saat ini pembangunan sistem drainase ada dimana mana namun juga tidak selesai dimana mana,” pungkasnya. (q cox)
Berikut rekaman video kiriman nitizen di Surabaya Barat: