PemerintahanPeristiwa

Tak Bisa Mengais Rejeki di Jelang Lebaran, Pedagang WTC: Ini Tidak Adil

18
×

Tak Bisa Mengais Rejeki di Jelang Lebaran, Pedagang WTC: Ini Tidak Adil

Sebarkan artikel ini

SURABAYA (Suarapubliknews) – Salah satu pedagang World Trade Center atau yang biasa disebut dengan WTC Surabaya, mengatakan jika pemerintah Kota Surabaya tidak berlaku adil dalam menjalankan kebijakannya.

Pasalnya, tempat berjualan yang menjadi lokasinya mengais rejeki telah ditutup pada hari kedua pemberlakuan PSBB, padahal jelang lebaran adalah momen yang ditunggu tunggu. Sementara di lokasi lain yang memiliki aktifitas yang sama masih bisa berjalan.

“Payah…Nggak adil, sampai hari ini di tempat lain masih bisa buka,” keluh pedagang yang meminta agar namanya tidak di mediakan. Sabtu (16/05/2020)

Menurut dia, harusnya Pemkot Surabaya berlaku adil sesuai perwali no 16 2020 dan ponsel (HP) masuk kategori yang boleh dibuka. “Korbannya banyak. Hp bukan lagi alat komunikasi, tapi juga sebagai tehnologi informasi, jadi sangat dibutuhkan masyarakat, termasuk wartawan,” ujarnya.

Menanggapi fenomena ini, Lutfiyah Ketua Komisi B DPRD Surabaya mangatakan jika ada perlakuan berbeda terkait kebijakan dan akan menjadi preseden buruk di masyarakat. “Pilih kasih itu malah nggak bagus. Ada apa? Sampek ada yang nggak beres iso tak umbreng-umbreng,” kata politisi perempuan parta Gerindra ini.

Sebelumnya, Lutfiyah mengatakan bahwa tindakan penutupan World Trade Center (WTC) Surabaya saat penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) adalah kebijakan yang kurang tepat.

Menurut Lutifiyah, sesuai Perwali no 16 pasal 14 (sebelumnya tertulis Perwali no 14) sudah jelas tertulis bahwa yang masih diperbolehkan beraktifitas adalah kegiatan pemenuhan kebutuhan pokok yang meliputi bahan pangan/makanan/minuman, energi, komunikasi dan teknologi informasi serta keuangan, perbankan, dan sistem pembayaran dll.

“Artinya pemenuhan kebutuhan teknologi informasi itu bisa diartikan kebutuhan gadget yang menjadi barang dagangan di WTC, karena lokasi itu merupakan pusat perbelanjaan telepon seluler (ponsel), smartphone, laptop, kamera, maupun gadget lainnya di Kota Surabaya,” ucap Lutifiyah. Jumat (15/05/2020)

Politisi perempuan Partai Gerindra ini berpandangan bahwa imbauan pemerintah terkait Work From Home (WFH) selama pandemi covid-19 ini hanya bisa dilakukan jika kebutuhan gadget telah terpenuhi.

“Semua kegiatan harus dilakukan di rumah alias WFH. Sekolah, rapat, seminar hingga pesan makanan dari rumah, lantas mengapa penjualan alat komunikasi n informasi untuk menunjang semua itu ditutup,” katanya.

Apalagi, kata Lutfiyah, lokasi perdagangan di WTC di Jl. Boulevard Surabaya kondisinya sangat bersih sehingga sangat mudah untuk diarahkan melakukan protokol kesehatan. “Yang terbukti positif corona juga nggak ada. Tolonglah perekonomian boleh melemah sementara karena bencana, tapi jangan dimatikan,” tandasnya.

Oleh karenanya, Lutfiyah meminta kepada Pemkot Surabaya untuk mempertimbangkan pembukaan kembali aktifitas perdagangan di WTC. “Biarkan masyarakat menjalankan perekonomiannya dengan syarat mematuhi protokol covid-19. Saya kira bsa diatur koq,” pintanya.

Dia menyakini bahwa kerjasama yang baik antara pelaku usaha/masyarakat dan pemerintah juga aparat sangat dibutuhkan agar penerapan aturan di lapangan tidak salah karena justru akan berbalik menjadi boomerang bagi pemerintah.

“Jika perekonomian ditutup akan sangat banyak masyarakat yang terdampak sehingga pemerintah kota akan kuwalahan karena harus memberikan insentif kepada mereka sesuai perwali pasal 23,” pungkasnya. (q cox)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *