Jatim RayaPemerintahanPeristiwa

Tanpa Fasilitas ATM, Wisatawan Pantai Klayar Pacitan Pilih Irit Belanja

88
×

Tanpa Fasilitas ATM, Wisatawan Pantai Klayar Pacitan Pilih Irit Belanja

Sebarkan artikel ini

PACITAN (Suarapubliknews) – Keindahan alam Pantai Klayar Kabupaten Pacitan yang masih terjaga, tidak kalah hebatnya dengan destinasi lain di Indonesia, termasuk jika dibandingkan dengan Bali dan Lombok.

Akses jalan yang mulus menjadi sarana yang mengesankan bagi wisatawan karena sepanjang jalan disuguhi panorama alam berupa tebing dan pegunungan yang indah.

Namun sayangnya, di destinasi wisata yang jaraknya cukup jauh dari Kota Pacitan ini tidak terlihat fasilitas mesin Anjungan Tunai Mandiri (ATM), sehingga wisatawan harus menyiapkan dana tunai sebelum mengarah ke lokasi wisata tersebut.

Alhasil, tak sedikit wisatawan yang akhirnya memilih untuk menahan keinginannya jika berniat akan berbelanja oleh-oleh, karena keterbatasan jumlah uang tunai di saku/dompetnya.

Kondisi ini tentu berdampak langsung terhadap keberadaan pedagang dan UMKM setempat karena hanya sedikit pengunjung yang bisa melakukan transaksi jual beli dengan tunai.

“Saya tidak tau kalau disini tidak ada ATM, sementara uang cash disaku hanya cukup untuk beli camilan dan rokok. Andai saja ada atau pedagang bisa terima no tunai, mungkin saya bisa agak leluasa berbelanja,” ucap Agung wisatawan asal Jepara kepada media ini, saat berada di salah satu stan batu akik Pantai Klayar. Minggu (21/02/2021)

Agung mengatakan, destinasi wisata di Kabupaten Pacitan sangat banyak dan bagus. Harusnya diberikan fasilitas perbankan ATM atau mesin non tunai, agar UMKM setempat bisa lebih berkembang.

“Kalau jenis kuliner sepertinya tidak ada masalah, tetapi yang masuk kategori oleh-oleh seperti kaos, topi dan kerajinan lokal lainya belum bisa optimal, hanya karena keterbatasan uang tunai disaku,” jelasnya Agung.

Kondisi ini diamini salah satu pedagang kerajinan batu akik namun tidak bersedia disebut namanya, yang mengatakan jika selama ini hasil penjualannya tidak bisa banyak, apalagi di situasi pandemi saat ini.

“Pengunjung berkurang, itupun hanya jalan-jalan, makan dan minum. Hasil kerajinan kami hanya menjadi pajangan yang elok untuk ditonton saja. Karena sepi pembeli,” terangnya saat ditemui media ini. (q cox)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *