BisnisNasionalPemerintahan

Teliti Soal Stunting, Tim Matching Fund Kedaireka Universitas Negeri Gorontalo Libatkan 5 Perguruan Tinggi 

29
×

Teliti Soal Stunting, Tim Matching Fund Kedaireka Universitas Negeri Gorontalo Libatkan 5 Perguruan Tinggi 

Sebarkan artikel ini

SURABAYA (Suarapubliknews) – Provinsi Gorontalo merupakan daerah yang memiliki angka stunting di peringkat ke 10 dari 31 provinsi se Indonesia. Dan Kabupaten Puhowatu yang menjadi perhatian khusus dalam menangani penurunan stunting.

Prof. DR. Margaretha Solang ketua Tim Peneliti Matching Fund Kedaireka Universitas Negeri Gorontalo telah melibatkan 5 Perguruan tinggi lain (Universitas Ichsan, Universitas Muhammadyah Gorontalo, IAIN, Poltekkes, Universitas Gorontalo), dengan Mitra kegiatan BKKBN. Tim tersebut akan menciptakan desa edudigital pangan lokal menuju masyarakat bebas stunting dan mandiri ekonomi di provinsi Gorontalo

Margaretha Solang menyatakan, bahwa tingginya prevalensi stunting di Kabupaten Pohuwato (34℅) (data SSGI). Stunting terjadi karena kurang gizi kronis, sehingga perlu dilakukan uji biokimia (Fe, zinc, kalsium ion) pada balita stunting.

“Salah satu penanganan yang dilakukan dengan pemanfaatan pangan lokal kerang dan jagung lokal Gorontalo. Untuk mengetahui efek pangan tersebut maka dilakukan kembali uji biokimia pada balita,” kata Margaretha Solang, saat berada di Surabaya.

Selain intervensi, masih Margaretha Solang, pangan lokal pada balita stunting, dalam program ini juga dilakukan pelatihan dan pendampingan pada kader, ibu balita, dan pkk dalam pengolahan pangan lokal yang menghasilkan produk bakso kerang dan susu fermentasi jagung lokal gorontalo. Pihaknya juga menyediakan website edukasi stunting di 9 desa lokus stunting.

Dosen dan peneliti Universitas Negri Gorontalo itu juga melakukan intervensi spesifik pada balita stunting melalui pemberian pangan lokal, melatih dan mendampingi masyarakat dalam pengolahan produk diversifikasi pangan lokal serta melatih operator desa dalam pengelolahan web desa edu digital.

“Tim akan menyasar pada balita stunting, ibu balita, kader kesehatan, ibu PKK, dan operator desa” katanya.

Martha berharap, dengan waktu yang singkat ini tim bisa menyimpulkan penanganan stunting. Meski begitu pihaknya juga memantau secara berkelanjutan.

“Kegiatan ini diksanakan dari Sept – Des 2022, di 9 desa lokasi stunting ( Huta Moputi, Karya Indah, Omayuwa, Kalimas, Bumi Bahari, Persatuan, Huyula, Telaga, Sarimurni) Kabupaten Pohuwato Provinsi Gorontalo” jelasnya.

Martha mengungkapkan, desa edudigital telah menyediakan website yang dapat digunakan oleh perangkat pemerintahan untuk edukasi stunting, pemasaran produk olahan dan lain- lain.

Selain itu masyarakat juga mendapatkan info status biokimia balita stunting yg mengalami perbaikan sesudah intervensi pangan lokal.

“Masyarakat mendapatkan pengetahuan dan ketrampilan dalam melakukan diversifikasi olahan pangan lokal (nuget kerang, susu fermentasi, bakso kerang),” tuturnya.

Doktor lulusan Unair Surabaya ini mengatakan, Bupati dan pemerintah ditingkat desa antusias adanya program tersebut. Mereka ingin secepatnya persoalan stunting segera berakhir.

“Pemerintah daerah dan masyarakat merespon dengan baik dan menjadikan sebagai salah satu upaya percepatan penurunan stunting” kata Wanita berdarah Jawa Manado yang ternyata mengenyam sekolah di SMPN 4 Surabaya dan meneruskan sekolah di SMAN 6 Surabaya ini. (q cox, Dji)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *