SURABAYA (Suarapubliknews) – Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa mengundang secara khusus puluhan tokoh adat dari suku Osing, Madura, Tengger, Mataraman serta Samin dalam gelaran Upacara Peringatan HUT ke-77 Provinsi Jawa Timur di Gedung Negara Grahadi, Kota Surabaya.
Lewat kehadiran para tokoh adat tersebut, Ia ingin mempererat persatuan dan kesatuan masyarakat Jawa Timur yang notabene memiliki beragam suku dan juga budaya. Tidak hanya itu, beragam kesenian pun turut ditampikan diantaranya Dongkrek Madiun, Muang Sangkal Sumenep, Reog Ponorogo serta Gandrung Banyuwangi.
“Pertemuan diantara suku-suku ini diharapkan mampu semakin menguatkan jalinan persatuan dan kesatuan di Bumi Majapahit. Ini menjadi modal untuk kebangkitan Jawa Timur dan menata diri usai dihantam pandemi Covid-19 selama dua tahun terakhir,” katanya.
Gubernur Khofifah menuturkan, sebelum diundang dalam upcara peringatan HUT Jatim ke-77, seluruh tokoh adat tersebut dipertemukan dalam gelaran Dialog Budaya Jawa Timur Tahun 2022 yang digelar di gedung Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BPSDM) Jatim.
Dialog yang mengangkat tema “Penguatan Adat untuk Pemajuan Kebudayaan Jawa Timur” tersebut sengaja digelar untuk membangun karakter saling mengenal dan menghargai diantara suku-suku yang mendiami Provinsi Jawa Timur.
“Jadi bukan hanya menyadari kalau kita ini beragam, tapi juga mengenali dan menghormati perbedaan yang ada. Dialog juga diharapkan bisa mendorong terciptanya iklim kehidupan gotong-royong yang harmonis antar pelaku adat di Jawa Timur,” tuturnya.
Gubernur Khofifah menegaskan rasa optimistis akan kebangkitan Jatim salah satunya didorong oleh rasa persatuan dan kesatuan yang kokoh di seluruh wilayah Jawa Timur. Terbukti, Jawa Timur bisa melewati situasi sulit selama Pandemi Covid-19 dengan sangat baik berkat kuatnya karakter gotong royong dan kebersamaan di tengah-tengah masyarakat.
Maka dari itu, untuk mengawal kebangkitan Jatim, konsolidasi lintas suku, lintas daerah, lintas agama, lintas elemen dan organisasi masyarakat, dan lintas instansi sangat diperlukan. Dengan begitu, Jawa Timur dapat pulih lebih cepat, bangkit lebih kuat.
Ia menyampaikan, untuk semakin memperkenalkan keberagaman suku yang ada di Jawa Timur, Pemprov Jatim akan memproduksi film dokumenter yang mengangkat keunikan budaya, adat istiadat, kebiasaan, kuliner dan lain sebagainya. Harapannya, tentu saja eksistensi suku-suku tersebut, termasuk nilai adat istiadat serta kebudayaan dapat terus terjaga dan lestari.
“Kebudayaan yang dimiliki Jawa Timur ini sangat luar biasa. Jika dikelola, dikemas dengan baik, dan semakin luas diperkenalkan, akan menjadi tujuan destinasi wisata yang tidak kalah epik, selain wisata alam dan kuliner. Efeknya ? tentu saja kesejahteraan masyarakat suku tersebut dapat terus meningkat seiring semakin banyaknya wisatawan yang datang,” pungkasnya. (Q cox, tama dini)