Peristiwa

URBAN PULSE: Jembatan Budaya antara Singapura dan Indonesia

444
×

URBAN PULSE: Jembatan Budaya antara Singapura dan Indonesia

Sebarkan artikel ini

SURABAYA (Suarapubliknews) ~ Kedutaan Besar Singapura di Jakarta, bekerja sama dengan Singapore Tourism Board dan ISA Art and Design, menghadirkan pameran seni kontemporer bertajuk “URBAN PULSE: Spectrum of Contemporary Art in Singapore” di Orasis Art Space Surabaya. Pameran ini diselenggarakan hingga 9 November 2024 dan diresmikan oleh Duta Besar Republik Singapura untuk Indonesia, Yang Mulia Kwok Fook Seng.

Duta Besar Kwok Fook Seng mengatakan “URBAN PULSE” menawarkan perspektif baru tentang kancah seni kontemporer Singapura yang semarak melalui karya-karya dari berbagai seniman kontemporer Singapura. Pameran ini mengeksplorasi persimpangan antara identitas pribadi dan lanskap perkotaan yang berkembang, mengajak pengunjung untuk merenungkan bagaimana lanskap yang berubah memengaruhi kehidupan sehari-hari, nilai-nilai sosial, dan pengalaman kolektif penduduk Singapura.

“Melalui eksplorasi berbagai medium, pameran ini mengkaji bagaimana lanskap yang berubah memengaruhi kehidupan sehari-hari, nilai-nilai sosial, dan pengalaman kolektif penduduk Singapura. Mengambil inspirasi dari prinsip-prinsip fenomenologis yang dicetuskan oleh Maurice Merleau-Ponty tentang ‘raga yang dihidupi’, karya seni yang ditampilkan pada pameran ini mengundang audiens untuk mempertimbangkan pengalaman hidup metropolitan, di mana garis antara batas pribadi dan kolektif serta tradisi dan moderitas senantiasa bergerak,” katanya.

“URBAN PULSE” menyoroti posisi unik Singapura sebagai salah satu destinasi seni kontemporer terkemuka di Asia Tenggara, sekaligus mendorong dialog artistik lintas negara dan memperdalam apresiasi budaya regional antara kancah seni Indonesia dan Singapura. Pameran ini merupakan wadah bagi bakat artistik dan refleksi tentang bagaimana kehidupan kota membentuk persepsi, pengalaman, dan identitas manusia. Seiring dengan ekosistem seni Asia Tenggara yang terus berkembang, pameran ini juga menawarkan gambaran sekilas tentang masa depan seni kontemporer di kawasan ini.

“Dunia seni Singapura yang berwarna merefleksikan warisan multikultural dan perspektif Singapura yang beragam. Kami sangat senang dapat membawa beberapa contoh karya seni terbaru Singapura ke Indonesia yang memberikan gambaran mengenai tema kontemporer dan metodologi kreatif yang diadopsi seniman-seniman kami. Pameran ini merupakan bukti nyata dari komitmen kami untuk memperdalam hubungan budaya dengan Indonesia, dan kami berharap dapat menciptakan dialog yang lebih intens mengenai bagaimana kedua negara dapat saling belajar dan memperkaya satu sama lain. Melalui pertukaran budaya, kami yakin bahwa kedekatan antara masyarakat Singapura dan Indonesia akan semakin kuat,” ujarnya.

Pameran ini juga berfungsi sebagai jembatan menuju Singapore Art Week (SAW) 2025, yang akan berlangsung dari 17 hingga 26 Januari 2025. SAW, yang memasuki edisinya yang ke-13, akan menjadi musim seni visual terlama di Asia Tenggara, dengan lebih dari 100 acara tersebar di seluruh Singapura. Pameran “URBAN PULSE” diharapkan dapat menginspirasi lebih banyak pengunjung Indonesia untuk menjelajahi lanskap kreatif Singapura dan berbagai kesempatan yang ditawarkan kota tersebut.

Area Director, Singapore Tourism Board (STB), Surabaya, Lim Si Ting mengatakan STB dengan senang hati mendukung URBAN PULSE: Spectrum of Contemporary Art in Singapore, yang berfungsi sebagai jembatan antara visi artistik Indonesia dan Singapura. Pameran ini sekaligus menjadi pendahuluan untuk Singapore Art Week (SAW) 2025, di mana para penggemar seni dari Indonesia dapat membenamkan diri dalam rangkaian acara dan pengalaman seni yang unik dan beragam di Singapura. “Kami berharap pameran ini akan menginspirasi lebih banyak pengunjung Indonesia untuk menjelajahi lanskap kreatif Singapura serta berbagai kesempatan yang kota kami tawarkan,” ujarnya.

Pameran “URBAN PULSE: Spectrum of Contemporary Art in Singapore” di Orasis Art Space Surabaya merupakan kesempatan bagi masyarakat Indonesia untuk merasakan keunikan dan dinamika seni kontemporer Singapura, sekaligus menjadi jembatan menuju pertukaran budaya dan apresiasi seni regional yang lebih kuat. (q cox, tama dini)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *