LAMONGAN (Suarapubliknews) – Wakil Gubernur Jawa Timur Emil Elestianto Dardak mengajak kepada para pemuda Jatim untuk melakukan bela negara melalui cara yang berbeda. Salah satunya lewat penerapan gerakan Swadesi.
Gerakan Swadesi sendiri, adalah gerakan yang diinisiasi oleh Mahatma Gandhi saat ingin menjadikan India Independen. Dimana masyarakat diajak untuk senantiasa menggunakan produk-produk buatan dalam negeri tanpa bergantung pada impor dari negara lain.
Gerakan ini harus diawali dari pergeseran pola pikir. Mengingat tren terhadap konsumsi produk luar negeri, maka dirinya mengajak kepada para pemuda di Jatim untuk meninggalkan gaya hidup konsumtif dan mulai menjadi produktif.
“Realita ekonomi tidak bisa dihilangkan dari bela negara. Bela negara tidak perlu dalam bentuk fisik dan peperangan. Sekarang semuanya bisa dilakukan dengan berpikir di luar kotak atau think outside the box,” katanya saat menghadiri Pendidikan Bela Negara 2021 yang diselenggarakan Kwarcab Pramuka Lamongan.
Swadesi merupakan upaya yang dapat diterapkan oleh para pemuda Indonesia sebagai usaha membela negara dari ancaman Neokolonialisme. “Sekarang ada yang namanya Neokolonialisme. Menguasai suatu negara tidak harus lewat senjata atau militer. Tetapi membuat negara itu bergantung kepada negara lain, baik secara kultural atau ekonomi,” tutur Emil.
Untuk itu, lewat gerakan Swadesi, diharapkan para pemuda Jatim dapat secara maksimal menggunakan kreativitas mereka dalam menciptakan hal-hal baru dan berwirausaha. Indonesia, sebutnya, harus mulai menjadi produsen dan meninggalkan gaya hidup konsumerisme.
“Contoh paling sederhana adalah, saat kita melihat barang bagus, kita akan langsung ingin beli. Kita harus mengubah mental tersebut menjadi ‘ingin membuat’,'” sebut mantan Bupati Trenggalek ini.
Bela negara bukan hanya berhubungan dengan masalah peperangan, tetapi juga kedaulatan. Yang mana kedaulatan memiliki bermacam-macam bentuk. Salah satunya kedaulatan budaya. “Banyak sekali merk lokal yang menggunakan model dari negara lain. Ini sebenarnya, tidak apa jika mau melakukan penetrasi ke pasar luar. Tetapi kalau market-nya Indonesia dan pakai model dari luar, itu menunjukkan bahwa kita mulai kehilangan kedaulatan budaya,” ujar Emil.
Di acara tersebut, Emil juga berkesempatan memberikan motivasi dengan mengajak para pemuda untuk memulai menanamkan semangat Swadesi dari hal-hal kecil. Diantaranya, menjadikan pembahasan soal berkarya sebagai bagian dari obrolan sehari-hari. Selain itu, menjadikan diri mereka lebih kreatif dan inovatif di media sosial, digital IT ataupun internet.
“Ini bisa dimulai dari kegiatan sehari-hari, seperti obrolan dan postingan media sosial yang berisi ajakan untuk berkreasi. Kita harus terus berupaya memanfaatkan internet untuk mencari ilmu dan motivasi,” pungkas Emil. (q cox, tama dinie)