SURABAYA, (Suarapubliknews) – Kondisi geopolitik global memberikan dampak pada pemulihan ekonomi Jawa Timur. Meski demikian, inflasi Jatim pada triwulan I-2022 masih terpantau stabil dalam kisaran target inflasi sebesar 3,04% (year on year).
Kepala BI Jatim sekaligus Wakil Ketua TPID Jatim Budi Hanoto mengatakan kedepan, TPID perlu mewaspadai dampak konflik Ukraina Rusia yang diperkirakan akan mulai dirasakan dalam anatomi inflasi Jawa Timur.
Kenaikan harga komoditas pangan dan energi global diduga akan menjadi sumber tekanan cost-push inflation Jawa Timur melalui transmisi kenaikan harga BBM, gandum, kedelai, hingga pupuk pertanian.
“Tekanan tersebut semakin meningkat seiring dengan pola inflasi musiman yang berasal dari peningkatan permintaan menjelang Idul Fitri. Oleh karena itu diperlukan langkah konkrit dalam meredakan tekanan inflasi tersebut,” katanya.
Hal ini disampaikan dalam Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) High Level Meeting (HLM) dan Rapat Koordinasi Wilayah TPID Provinsi dan Kabupaten/Kota se-Jawa Timur dengan tema “Sinergi Antar Daerah dalam Mendukung Stabilitas Harga dan Ketersediaan Pasokan Menjelang Hari Besar Keagamaan Nasional”.
Wakil Gubernur Jawa Timur Emil E. Dardak, menyampaikan inflasi Jatim menunjukkan tren yang meningkat, tetapi masih terkendali dalam sasaran inflasi nasional 3+/- 1%. Oleh karena itu, Ia mendorong anggota TPID khususnya OPD untuk memperkuat dan mengoptimalkan strategi pengendalian inflasi melalui sinergi dan inovasi pada pilar 4K TPID, yaitu Keterjangkauan Harga, Ketersediaan Pasokan, Kelancaran Distribusi, dan Komunikasi Efektif.
“Kita harus mengendalikan laju inflasi di masa tren pemulihan permintaan, kenaikan harga komoditas global, kenaikan harga-harga komoditas yang diatur oleh pemerintah, dan pengaruh cuaca,” ungkapnya.
Kelancaran produksi akan menciptakan nilai tambah yang tinggi. Ungkapnys, ini dapat tercapai dengan optimalisasi hulu-hilir komoditas potensial. “Nilai tambah yang tinggi melalui peningkatan produktivitas komoditas potensial, penguatan supply management, serta aktivasi jalur perdagangan,” lanjut Wagub Emil
Wagub Emil juga menekankan, tantangan struktural berupa masih tingginya disparitas harga antar Kabupaten/kota dan tingginya harga pangan di beberapa daerah pusat turut menjadi perhatian.
“Disparitas harga antar Kab/Kota di Jawa Timur masih relatif tinggi khususnya untuk komoditas-komoditas penyumbang inflasi utama terutama pada periode mendekati HBKN Ramadhan dan Idul Fitri,” sebutnya.
Karena itu, sinergi antar daerah dalam mendukung stabilitas harga dan ketersediaan pasikan menjelang hari besar keagamaan nasional menjadi!hal yang perlu disoroti. “Diperlukan sinergi dan koordinasi intens dari seluruh pihak terkait yang berkontribusi dalam mengoptimalkan peta hulu-hilir komoditas di Jawa Timur,” katanya.
Rata-rata harga enam komoditas utama (beras, daging ayam ras, daging sapi, telur ayam ras, cabai merah, cabai rawit) pada Maret 2022 terpantau meningkat dibandingkan Februari 2022. Komoditas pendorong inflasi di Jatim diketahui paling dipengaruhi oleh cuaca. Utamanya, mengingat cabai rawit menjadi komoditas kontributor inflasi nomor satu. Produksi cabai rawit diketahui mencapai 155.817 ton per bulan, dengan 13.06 ton konsumsi per bulan dan 142.611 ton surplus/defisit per bulan.
Hal ini didorong juga oleh peningkatan musiman memasukin HBKN Ramadhan dan Idul Fitri. Di mana kue kering berminyak, telur ayam ras, emas perhiasan, dan minyak goreng turut menjadi kontributor inflasi. Juga sebagai informasi, menurut data BPS, Sebagai informasi, inflasi terendah Jawa Timur terdapat di Banyuwangi, dengan hanya berada di angka 2.19%.
“Kue kering, telur ayam ras, emas perhiasan, dan minyak goreng juga menambah tingkat inflasi. Sedangkan, komoditas penekan inflasi di antaranya tomat, kepiting atau rajungan, batu bata, ketela, cumi-cumi, dan beras,” sambung Wagub Emil.
Di akhir, Wagub Emil berharap agar High Level Meeting ini dapat menjadi forum bagi TPID Jatim untuk menemukan solusi bagi permasalahan di seputar lonjakan inflasi. “Semoga meeting ini dapat digunakan sebagai platform unuk menemukan solusi,” tutupnya.
Kegiatan yang dilaksanakan di gedung kantor Bank Indonesia Jawa Timur ini dipimpin oleh Wakil Gubernur Jatim, Emil Dardak dan dihadiri Bupati Magetan, Wakil Bupati Bangkalan, Kepala BI Jatim, Kepala OJK Jatim, Kepala Bulog Jatim, Executive GM Pertamina, dan Pemerintah Provinsi serta Kabupaten/Kota. (Q cox, tama dinie)