SURABAYA (Suarapubliknews) – Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi mengungkapkan sejumlah rencana penataan yang dilakukan di kota lama, kawasan wisata religi Sunan Ampel. Salah satunya adalah rencana pembuatan gapura kawasan Ampel, penataan para pedagang hingga pendirian museum di Langgar (Musala) Gipo.
Hal tersebut disampaikannya usai memimpin kerja bakti massal bersama ribuan pegawai Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya, di sepanjang Jalan Kalimas Timur, Kelurahan Nyamplungan, Kecamatan Pabean Cantian, Minggu (25/2/2024).
“Di sini ada Masjid Serang dan Langgar Gipo. Ini adalah tempat-tempat sejarah Kota Surabaya. Karena itu yang saya minta Langgar Gipo dan Masjid Serang ini juga menjadi salah satu tujuan (pengunjung) ketika datang ke kota lama yang ada di kawasan Ampel,” kata Wali Kota Eri saat berada di Langgar Gipo.
Untuk itu, Wali Kota Eri meminta agar tempat-tempat tersebut diperbaiki dan direvitalisasi. Ia berharap, kawasan Ampel ini bisa menjadi tempat religi yang sekaligus dapat menggerakkan ekonomi masyarakat. “Jadi Langgar Gipo dan Masjid Serang nanti itu menjadi bagian daripada kawasan Ampel,” ujarnya.
Bahkan, Wali Kota Eri juga berencana mendirikan museum di lantai 2 Langgar Gipo. Sebab, musala yang diperkirakan berdiri ratusan tahun di Jalan Kalimas Udik tersebut, memiliki nilai-nilai sejarah yang tinggi bagi Kota Pahlawan.
“Karena itu Langgar Gipo kita perbaiki, sekaligus di lantai 2 kita buatkan museum. Jadi orang yang datang ke Surabaya setelah itu melihat apa sih sejarahnya, siapa yang ada di sini, siapa yang mendirikan nanti ada di museum Langgar Gipo,” tuturnya.
Pun demikian dengan Masjid Serang yang berada Jalan Panggung No 141, Kelurahan Nyamplungan, Kecamatan Pabean Cantian, Kota Surabaya. Nantinya masjid yang kental dengan arsitektur budaya Yaman tersebut, akan dikoneksikan satu dengan yang lainnya.
“Insyaallah saya sudah minta untuk koordinasi dengan PLN yang namanya listrik juga turun ke bawah. Jadi nanti sampai kota lama-nya, ini benar-benar akan terkoneksi satu sama lainnya di kawasan Ampel,” bebernya.
Tak hanya itu, mantan Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Kota (Bappeko) Surabaya ini juga menyatakan tengah berdiskusi dengan Tim Cagar Budaya dan beberapa tokoh masyarakat setempat. Diskusi tersebut terkait dengan rencana pembangunan gapura kawasan wisata religi Ampel sebagai simbol yang memiliki nilai sejarah dan budaya.
“Gapura kawasan Ampel itu saya letakkan nanti di sepanjang KH Mas Mansyur. Mulai dari Jalan Sasak, sampai dengan bundaran yang dari keluar-masuk tol. Jadi kita tata di sana,” ungkap dia.
Selain memperbaiki bangunan-bangunan sejarah, Wali Kota Eri juga tidak melupakan nasib para pedagang dan warga yang ada di kawasan Ampel dan Kalimas Timur. Karenanya, ia akan menata UMKM dan para pedagang yang ada di bantaran sungai. Nantinya, para pedagang akan ditempatkan rapi di sentra kuliner eks Rumah Potong Hewan (RPH) Pegirian yang saat ini dalam proses perbaikan.
“Juga nanti yang di depan (parkir bus wisata religi Ampel) yang tempat jual itu, nanti juga kita bongkar. Jadi dari depan akan kelihatan betul bahwa di sini adalah tempat dari pedagang – pedagang yang ada di sekitar Ampel,” katanya.
Di samping itu, Wali Kota Eri juga concern terhadap kawasan di sepanjang Jalan Kalimas Timur. Sebab, ketika berkeliling di kawasan itu, ia menjumpai banyak truk trailer yang terparkir di pedestrian jalan. Hal itu membuat jalan kurang nyaman dan mengganggu aktivitas warga setempat.
“Saya berharap semua investor di Surabaya silahkan (investasi), tapi ketika punya pabrik ya harus punya tempat parkir, jangan diparkir di jalan. Kasihan warga saya yang tertutup,” tegasnya.
Di akhir, Wali Kota Eri mengucapkan terima kasih kepada semua tokoh masyarakat, RT/RW di kawasan Ampel yang telah bekerja sama dalam memperbaiki lokasi tersebut. Ia berharap, kawasan ini bisa menjadi wisata religi yang sekaligus mampu menggerakkan ekonomi masyarakat.
“Saya matur nuwun (terima kasih) kepada semua tokoh masyarakat yang ada di kawasan Ampel, seluruh RT dan RW yang terus berjibaku dan menggerakkan bersama,” pungkasnya. (Q cox)