Pemerintahan

Penyandang Psikotik Membludak, Begini Kondisi Liponsos Keputih Surabaya

27
×

Penyandang Psikotik Membludak, Begini Kondisi Liponsos Keputih Surabaya

Sebarkan artikel ini

SURABAYA (Suarapubliknews.net) – Ribuan penyandang psikotik yang saat ini berada di UPTS Liponsos Keputih, memang patut menjadi perhatian semua pihak, terutama Pemkot Surabaya, Pemprov Jatim dan Pusat.

Betapa tidak, sebanyak 1549 orang psikotik di UPTS Liponsos Keputih yang berasal dari berbagai daerah ternyata hanya dilayani oleh 14 orang pendamping, Padahal idealnya sejumlah pendamping tersebut hanya menangani sebanayk 140 penderita psikotik saja.

Kondisi itu diakui oleh Kepala UPTD Liponsos Keputih Erni Lutfiyah, Rabu (26/10). Wanita berkerudung ini mengatakan, saat ini total tenaga di Liponsos hanya ada sebanyak 57 orang. Antara lain, 5 juru masak, 22 tenaga keamanan, 8 petugas kebersihan, 6 petugas administrasi. Dari jumlah 55 orang itu adalah tenaga outsorsing, dan dua orang sisanya adalah PNS termasuk dirinya dan petugas TU.

“Dari jumlah 55 orang itu, terinci sebanyak 14 orang adalah tenaga pendamping. Dan sisanya adalah tenaga kebersihan dan tenaga dapur,” kata Erni.

Ia mengaku jumlah pendamping itu masih sangat jauh dari ideal. Lumrahnya satu orang pendamping itu hanya bisa menangani sepuluh penderita psikotik. Sedangkan di Keputih ini satu orang pendamping rata rata menagangi seratus penderita psikotik.

Dikatakan Erni tugas pendamping itu mulai dari merawat, mengurus saat makan, buang air, dan juga saat berobat. Tentu hal tersebut bukan tugas yang mudah. Akan lebih ringan jika ada tenaga yang lebih banyak. Terlebih jika  ada penderita psikotik yang kambuh dan mengamuk tentu yang ditangani lebih berat.

Tidak hanya itu, dari sebanyak 55 orang itu, tidak ada yang memiliki keahlian di bidang kesehatan. Semuanya adalah tenaga outsorcing yang diambil dari keilmuan acak. “Semua memang nggak ada yang lulusan medis,” kata Erni.

Kalau urusan penanganan kesehatan, disampaikan Erni Liponsos meemiliki protap sendiri. Yaitu dibawa ke RS Menur milik pemerintah provinsi. Akan tetapi layanannya pun minimal. Jatah perawatan di RS Menur hanya dua kali seminggu. Dan setiap jatah kunjungan berobat ke RS Menur hanya diberi jatah sebanyak sepuluh orang. Sehingga praktis seminggu hanya ada 20 orang penderita psikotik yang dibawa berobat.

“Ya memang jatahnya jumlah itu, maka ya bergantian. Kita prioritaskan bagi yang sudah mau sembuh sehingga bisa dikembalikan ke keluarganya. Tapi juga gantian untuk pengobatan,” kata Erni.

Lebih lanjut, Erni mengatakan ke depan pihaknya akan bekerja sama dengan RS Suwandi untuk rutin datang ke Liponsos dan melakukanpengecekan kesehatan. Layanan datang on the spot itu akan dilakukan mulai akhir pekan ini.

Sementara Kepala Dinas Sosial Surabaya, Supomo menambahkan, pemkot selama ini sudah berusaha memberikan pelayanan yang terbaik kepada para penghuni liponsos. Untuk itu, dia juga berharap publik dapat melihat pelayanan ini secara lengkap. Pasalnya, menurut Supomo, masyarakat beberapa kali melihat hanya dari satu sudut pandang.

Mantan Camat Kenjeran itu lantas mencontohkan, saat diberi makanan, penderita gangguan jiwa membuang makanan ke sampah. Namun, penderita tersebut mengambil lagi makanan itu. “Kalau yang diketahui hanya sebagian maka hal itu bisa ditangkap berbeda kesannya,” urainya. (q cox, I)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *