Pemerintahan

Antisipasi Genangan, Pemkot Surabaya Optimalkan 76 Rumah Pompa dan Normalisasi Saluran

119
×

Antisipasi Genangan, Pemkot Surabaya Optimalkan 76 Rumah Pompa dan Normalisasi Saluran

Sebarkan artikel ini

SURABAYA (Suarapubliknews) – Memasuki datangnya musim penghujan, Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya telah menyiapkan berbagai langkah antisipasi untuk mencegah terjadinya genangan. Langkah itu dilakukan salah satunya dengan mengoptimalkan rumah pompa hingga melakukan normalisasi dan pembersihan saluran.

Kepala Dinas Sumber Daya Air dan Bina Marga (DSDABM) Kota Surabaya, Syamsul Hariadi mengatakan bahwa ujung tombak penanganan genangan terletak pada optimalisasi rumah pompa yang tersebar di 76 lokasi di seluruh wilayah Kota Pahlawan.

“Ujung tombak kita ada di rumah pompa. Saat ini, kita memiliki 76 rumah pompa yang tersebar di berbagai titik. Setiap rumah pompa memiliki antara 3 hingga 7 unit pompa, dengan kapasitas minimal 3 meter kubik,” kata Syamsul Hariadi, Rabu (23/10/2024).

Selain pompa utama, Syamsul mengungkapkan bahwa setiap rumah pompa juga dilengkapi pompa kecil untuk mengatasi lumpur. Langkah ini diharapkan dapat membantu mencegah genangan air secara lebih efektif. “Jadi itulah mengapa di Surabaya, kalau ada genangan insyaallah tidak sampai menginap,” ujarnya.

Bahkan, Syamsul menjelaskan bahwa sebelum hujan turun, tim DSDABM Surabaya sudah memulai langkah preventif dengan mengosongkan saluran air melalui pompa. “Begitu langit mulai mendung, kami segera mengosongkan saluran-saluran melalui rumah pompa, dan airnya dibuang ke laut. Ketika hujan turun, air akan langsung masuk ke saluran yang sudah kosong,” jelasnya.

Selain pengoperasian rumah pompa, pihaknya juga melakukan pengerukan atau normalisasi saluran, baik primer maupun sekunder selama musim kemarau. Pengerukan dilakukan untuk meningkatkan kapasitas saluran, sehingga air dapat mengalir dengan lancar saat hujan datang. “Jadi kapasitas saluran juga mempengaruhi. Makanya ketika musim kemarau kita lakukan pengerukan-pengerukan saluran,” tuturnya.

Akan tetapi, Syamsul kembali menekankan pentingnya kolaborasi antara pemerintah dan masyarakat. Meski pengerukan saluran tersier di wilayah pemukiman menjadi tanggung jawab warga, namun Pemkot Surabaya tidak menutup mata. “Kami siap membantu warga yang ingin melakukan kerja bakti di wilayahnya. Jika ada lokasi yang sulit, seperti gorong-gorong, kami akan kirimkan personel untuk membantu,” katanya.

Selain itu, DSDABM juga bekerja sama dengan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) untuk menangani perantingan pohon. Langkah ini sebagai antisipasi angin kencang yang sering menyertai saat hujan deras. “Teman-teman DLH juga sudah mulai memangkas pohon-pohon yang berisiko agar aman saat musim hujan,” tambah Syamsul.

Untuk memastikan kesiapan peralatan, Syamsul mengungkapkan bahwa DSDABM juga memiliki divisi operasional khusus. Divisi ini bertugas melakukan pengecekan rumah pompa maupun alat-alat berat secara berkala. “Jika ada kerusakan, langsung kami perbaiki, dan jika ada komponen yang kurang, sparepart segera diorder. Jadi, peralatan kami InsyaAllah sudah siap menghadapi musim hujan,” tegas Syamsul.

Selain itu, Syamsul menyebutkan bahwa DSDABM juga memiliki ribuan Satuan Tugas (Satgas). Satgas ini juga siap mendukung upaya mencegah timbulnya genangan saat musim hujan. “Kami punya 1.700 orang Satgas yang tersebar di 7 wilayah casement area, serta 300 personel yang berjaga di rumah pompa selama 24 jam dengan sistem shift,” tambahnya.

Meski begitu, Syamsul kembali mengajak warga Surabaya untuk turut menjaga kebersihan saluran dengan tidak membuang sampah sembarangan. “Saya yakin warga Surabaya yang memiliki rasa cinta terhadap kota ini tidak akan membuang sampah di saluran,” harapnya.

Sementara itu, Kepala Bidang Drainase DSDABM Kota Surabaya, Windo Gusman Prasetyo menambahkan bahwa pihaknya telah melakukan normalisasi saluran sejak musim kemarau.

“Kami sudah menjadwalkan pengerukan sedimen dan sampah di berbagai lokasi. Sampai September 2024, kami sudah memelihara 87 lokasi saluran dengan alat berat dan 219 lokasi saluran menggunakan Satgas,” kata Windo.

Namun, Windo mengungkapkan bahwa tantangan terbesar normalisasi adalah keberadaan sampah yang menyumbat saluran hingga penyarang rumah pompa. Nah, apabila sampah itu tidak dibersihkan, maka akan menghambat aliran hingga membuat elevasi level air cepat naik. “Oleh karena itu, Satgas di rumah pompa selalu siaga untuk membersihkan sampah-sampah tersebut,” pungkasnya. (q cox)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *