SURABAYA (Suarapubliknews) – Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya bersama Televisi Republik Indonesia (TVRI) Jawa Timur dan Komunitas Begandring Soerabaia kembali memproduksi film dokumenter sejarah. Film dokumenter yang berjudul Soera Ing Baja Gemuruh Revolusi 1945 akan tayang pada Desember 2022 mendatang.
Bahkan, seusai sukses pada debut pertamanya di film Jati Diri Soekarno atau Koesno, Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi kembali didapuk untuk memerankan tokoh Presiden Republik Indonesia (RI) Pertama Ir. Soekarno dalam film Soera Ing Baja.
“Filosofinya sama bagaimana semangat pahlawan di Kota Surabaya ini terus membara. Salah satunya adalah mengingat bagaimana perjuangan pahlawan di Surabaya dengan budaya Arek bisa mempertahankan kemerdekaan. Semangat ini yang saya ambil, karena saya yakin kemerdekaan bisa melawan kemiskinan dan kebodohan,” kata Wali Kota Eri Cahyadi, Selasa (8/11/2022).
Melalui film Soera Ing Baja Gemuruh Revolusi 1945, Wali Kota Eri Cahyadi mengaku ingin memperkenalkan Kota Surabaya di tingkat nasional dan internasional melalui karakter ketegasan dan logat bahasa komunikasi masyarakat yang khas.
“Bahwa Surabaya memiliki pendirian yang keras tetapi memiliki hati yang lembut, bahasanya los gak rewel (tidak banyak bicara). Karena logat orang Surabaya tidak bisa ditirukan oleh orang lain (luar Surabaya). Maka, saya butuh karakter dari orang – orang Surabaya,” ungkap dia.
Sebab, menurutnya, dengan produksi film dokumenter, para generasi milenial harus bisa meluruskan sejarah. Ia mencontohkan, seperti film Koesno yang diproduksi dan telah ditayangkan pada 13 Agustus 2022 lalu, anak – anak di Kota Surabaya akhirnya mengetahui sejarah bahwa Presiden RI Pertama Ir. Soekarno lahir di Kota Surabaya, bukan di Kota Blitar.
“Maka, generasi milenial inilah yang harus meluruskan sejarah,” ujar dia.
Sementar itu, Ketua Komunitas Begandring Soerabaia, Nanang Purwono menjelaskan makna dan filosofi dari judul film Soera Ing Baja Gemuruh Revolusi 1945. Menurutnya, pemilihan judul tersebut sangat tepat karena mampu mengaktualisasikan sifat orang – orang yang tinggal di Kota Surabaya.
“Seperti saat ini Pemkot Surabaya memiliki slogan Suroboyo Wani, ini adalah aktualisasi dari Soera Ing Baja yang secara harfiah adalah bahasa Sansekerta yang artinya Berani Menghadapi Bahaya,” jelas Nanang.
Lewat diaktualisasikan sikap melalui film Soera Ing Baja Gemuruh Revolusi 1945, bisa diketahui bahwa orang – orang Kota Surabaya berani mempertahankan kedaulatan kemerdekaan dan berani menghadapi sekutu bersenjata. Tekad dan semangat itulah yang diterangkan dalam sebuah film yang berjudul Soera Ing Baja Gemuruh Revolusi 1945.
“Bagaimana anak – anak muda mengisi kemerdekaan dan meraih cita – cita terdahulu ketika para pendahulu mempertahankan kemerdekaan. Dan kita mengisi kemerdekaan dengan visualisasi karya masa depan, yang bersumber pada nilai – nilai keberanian anak – anak Surabaya,” pungkasnya. (Q cox)