Jatim Raya

Begini Hebohnya Patrol Sahur di Gumukmas Jember Jelang Lebaran

44
×

Begini Hebohnya Patrol Sahur di Gumukmas Jember Jelang Lebaran

Sebarkan artikel ini

JEMBER (Suarapubliknews) – Tradisi Patrol yakni kegiatan membangunkan warga bersantap sahur pada setiap memasuki bulan Ramadhan, terasa tidak asing lagi bagi umat Islam di Indonesia khususnya yang tinggal di Pedesaan dan hingga kini tradisi tersebut masih tetap lestari.

Jika dahulu terutama anak-anak muda, pada jelang tengah malam mereka memulai berjalan berkeliling sambil memainkan tetabuhan tradisional semisal kentongan, beduk hingga tetabuhan seadanya yang terpenting bisa berbunyi. Hal tersebut dilakukan agar mereka bangun lebih awal sehingga warga akan banyak mempunyai waktu untuk mempersiapkan menu santap sahur.

Seiring perkembangan zaman, kini hal tersebut jarang sekali terlihat, hanya saja Patrol Keliling saat ini lebih banyak dengan menggunakan musik Audio Sound System.

Seperti yang terlihat suasana bulan Ramadhan kali ini, menjelang tengah malam di penghujung bulan, jalanan di Pedesaan di wilayah Jember selatan khususnya wilayah Kecamatan Gumukmas, Kencong, Puger dan Jombang, suasananya tampak seperti sebuah kota yang sedang berpesta.

Betapa tidak, dentuman keras suara musik Audio Sound System di atas kendaraan berjalan mengelilingi Desa-Desa serasa memekakkan telinga,sambil sesekali melalui pengeras suara, mereka berteriak-teriak mengeluarkan kata “Sahur”,berulang – ulang untuk membangunkan warga.

Puluhan kendaraan Truk bermuatan Sound System yang dibentuk mirip sebuah panggung musik berlalu-lalang di jalan-jalan dengan hiasan lampu disco berwarna-warni.

Semakin malam tampak semakin semarak, hiruk-pikuk suara musik dan teriakan panggilan kata Sahur saling bersahutan dan pemandangan tersebut hampir setiap malam terlihat hingga waktu imsak tiba.

Menurut keterangan beberapa warga, fenomena tersebut bagi mereka tidak merasa terganggu dengan aktivitas ini, bahkan kehadirannya merasa tertolong, sehingga saat melakukan santap sahur selalu tepat waktu.

“Gak apa-apa lah,kami tidak merasa terganggu kok, lagian tradisi seperti ini hanya setahun sekali, yang penting niatnya mereka membangunkan warga yang akan santap Sahur dan juga sambil menjaga keamanan lingkungan,” kata Khairul warga Desa Mayangan. (q cox, Thr)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *