Peristiwa

CFF 2025 Sukses Digelar, Cetak Rekor Partisipasi Global

147
×

CFF 2025 Sukses Digelar, Cetak Rekor Partisipasi Global

Sebarkan artikel ini

SURABAYA (Suarapubliknews) ~ Tirai Ciputra Film Festival (CFF) 2025 edisi keempat resmi ditutup pada Minggu malam, 31 Mei 2025, setelah lima hari penuh inspirasi dan perayaan sinema. Diselenggarakan oleh mahasiswa Fakultas Ilmu Komunikasi dan Bisnis Media Universitas Ciputra, CFF tahun ini mengusung tema “BOUNDLESS”, sebuah gagasan tentang kreativitas yang tak dibatasi ruang, genre, teknologi, maupun latar belakang budaya. Tema ini merepresentasikan semangat para filmmaker global untuk terus menembus batas-batas konvensional dalam industri film, baik dari segi narasi, visual, maupun eksplorasi teknologi, termasuk penggunaan kecerdasan buatan (AI).

Festival Director dari 4th CFF 2025, Emma Regina Chandra, mengungkapkan rasa bangga atas kesuksesan festival tahun ini. “CFF bukan hanya sekadar festival film; ini adalah ruang terbuka untuk ekspresi, apresiasi, dan kolaborasi. Kami berharap CFF dapat terus menjadi jembatan bagi para sineas muda untuk menunjukkan karya mereka tanpa rasa takut dan tanpa batasan,” ungkapnya.

Rekor Partisipasi Global CFF 2025 mencatat pencapaian luar biasa dengan 1.636 film dari 128 negara yang berpartisipasi dalam ajang ini. Selain film dari dalam negeri, sineas dari kelima benua di dunia turut unjuk gigi. Beberapa negara yang berpartisipasi di antaranya Iran, India, Cina, Turki, Rusia, Amerika Serikat, Kanada, Brasil, Meksiko, Argentina, Inggris, Prancis, Australia, Mesir, Angola, Afrika Selatan, Kongo, Etiopia, Nigeria, Madagaskar, dan berbagai negara lainnya.

Sejak dibuka pada 27 Mei, CFF 2025 telah menghadirkan serangkaian acara menarik, mulai dari pemutaran film di Universitas Ciputra dan Ciputra World Mall, hingga diskusi panel mendalam mengenai isu-isu krusial dalam perfilman. Salah satu topik yang paling banyak dibicarakan adalah potensi dan tantangan Artificial Intelligence (AI) di kancah film nasional, yang memicu dialog interaktif antara sineas, akademisi, dan publik. Aktris kenamaan Asmara Abigail turut membagikan pengalamannya dalam sesi “From Script To Screen: Navigating Actress Journey,” memberikan inspirasi berharga bagi para calon pembuat film.

Pada malam puncak penganugerahan, sineas Indonesia berhasil mendominasi penghargaan utama. Film “Pencatat Rindu yang Datang di Tengah Malam” karya Wisnu Surya Pratama dinobatkan sebagai Best Fiction Competition, sementara “A Blue Marked Disc” dari Ayyub Basya meraih Best High School Film. Penghargaan Best Documentary diberikan kepada “Black Rain in My Eyes” dari Amir Masoud Soheili (Iran), menunjukkan apresiasi festival terhadap keragaman narasi dan perspektif global.

Dengan komitmen terhadap kebebasan berekspresi, 4th Ciputra Film Festival 2025 telah menghadirkan rangkaian program pemutaran film, diskusi, dan kegiatan interaktif lainnya yang menyatukan sineas lokal dan internasional dalam semangat boundless creativity. CFF 2025 tidak hanya menjadi ajang kompetisi, tetapi juga sebuah perayaan kreativitas dan inovasi, membuktikan diri sebagai pendorong utama bagi lahirnya sineas-sineas berbakat yang siap membawa perfilman Indonesia ke kancah global. (q cox, tam dini)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *