Bisnis

Didik Tanpa Menggurui Dengan Dongeng

16
×

Didik Tanpa Menggurui Dengan Dongeng

Sebarkan artikel ini

SURABAYA (Suarapubliknews) – Mendongeng merupakan salah satu bentuk ‘quality time’ antara orangtua dan anak. Kegiatan ini juga disebut-sebut menyimpan banyak manfaat, salah satunya menumbuhkan kecintaan anak terhadap buku.

Pendongeng dan Pemerhati Anak, Awam Prakoso mengatakan Mendongeng adalah kegiatan kreatif seorang guru untuk menyampaikan pesan. Karena anak-anak belumlah saatnya diberikan nasehat murni. Mereka butuh pembelajaran yang tidak menggurui. Sehingga dalam menyajikan cerita seorang guru perlu kreatif.

“Kreatifitas dalam bercerita perlulah dibangun. Untuk itu, melalui makalah sederhana ini saya akan mengajak guru atau orang tua untuk membangun kreatifitas sehingga mampu mengendalikan anak-anak kala mendengarkan cerita,” katanya pada kegiatan Wokshop Dongeng dan Membaca Nyaring 2020 yang diselenggarakan 1 Juta Anak Cerdas Membaca bersama Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Jatim.

Workshop yang mengambil tema ‘Menjalin hubungan anak melalui literasi dogeng dan membaca nyaring’ juga menghadirkan Praktisi dan Ahli Read Aloud dai Pondok Indah Jakarta, Dwi Reny Rosaria yang dalam kesempatan ini memperlihatkan cara membaca dongeng buku ‘Aku Suka Caramu’.

Membaca Nyaring adalah kegiatan membaca dengan menyuarakan tulisan yang dibacanya dengan ucapan dan intonasi yang tepat agar pendengar dan pembaca dapat menangkap informasi yang disampaikan oleh penulis, baik yang berupa pikiran, perasaan, sikap, ataupun pengalaman penulis.

Pustakawa ahli utama Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Jatim. Drs Sujono MM mengatakan workshop ini bertujuan membentuk karakter dan kepribadian anak dengan pesan moral yang disampaikan melalui dongeng akan mudah diterima dan ditiru oleh anak tanpa kesan digurui.

“Acara ini juga sebagai Pencanangan program Read Me a Book, bagaimana membaca dengan baik yang merupakan kelanjutan program yang dicanangkan oleh Gubernur Jatim sebelumnya pada 2014 yaitu mendongeng sebelum tidur diteruskan melalui Ibu Arumi sebagai Bunda Baca Jatim,” katanya.

Berdasarkan survei Indeks Minat Baca Jatim yang diselanggarakan Universitas Airlangga pada tahun 2016, Indeks minat baca di Jatim sebesar 69,75 %, kemudian 2017 meningkat menjadi 72 %, dan pada 2018 menjadi 74,25 %. Sementara indeks kepuasan masyarakat terhadap Perpustakaan dan Kearsipan Jatim juga meningkat, dimana pada 2016 mencapai 81,43 %, dan pada 2018 menjadi 82,65 % (perpustakaan), dan 80,25% (kearsipan). (q cox, Tama Dinie)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *