SURABAYA (Suarapubliknews) – Sekretaris Daerah Prov. Jawa Timur, Heru Tjahjono secara resmi membuka Seminar Online Penanggulangan Bencana bersama lima Bakorwil Prov. Jatim. Penanggulangan sebuah bencana, dinilai sangat berbeda ketika sebelum dan saat pandemi Covid-19 berlangsung.
“Kesiapan protokol kesehatan (Prokes) dalam menghadapi bencana sangatlah penting Karena kita harus melakukan prepare terhadap masyarakat yang terkena bencana agar tidak menjadi bencana yang kedua yaitu tertular Covid-19,” katanya.
Dirinya mencontohkan, jika dulu penanggulangan bencana dilakukan dengan mengumpulkan masa sesegera mungkin untuk mempercepat evakuasi, maka pada saat pandemi Cobid-19, tidak bisa langsung dilakukan.
Pengumpulan masa di masa pandemi Covid-19 dinilai sangat beresiko munculnya bencana kedua yaitu penularan. “Kalau dulu ada bencana alam, seperti banjir dan tanah longsor, bisa dilakukan penanganan secara langsung, dan tidak perlu persiapan macam-macam. Tapi sekarang tidak bisa,” lanjut Heru.
Maka dari itu, Heru Tjahjono menegaskan bahwa semua relawan, baik yang tergabung dalam BPBD, Dinsos, Dinkes, Kesra, Kampung Tangguh bahkan Pesantren Tangguh di Jatim harus siap dengan alat pelindung seperti masker dan hand sanitizer.
“Maka dari itu saran kami, kepada semua relawan kebencanaan itu minimal sudah dibagikan masker. Jadi begitu ada bencana, semua berkumpul sudah pakai masker. Inilah bedanya penanganan bencana pada saat sebelum Covid-19 dan ketika Covid-19,” tegasnya.
Secara khusus dirinya berpesan kepada daerah-daerah yang masuk kategori rawan bencana untuk mempersiapkan diri. Menuju musim penghujan beberapa bulan ke depan, daerah-daerah tersebut sudah harus memulai persiapan dan melakukan koordinasi pentahelix dengan berbagai elemen. “Daerah-daerah rawan bencana, seyogyanya, sebelum ada bencana, harus dibagi masker dulu, sesuai arahan dari Ibu Gubernur dan Presiden RI,” pungkasnya.
Sementara itu, Kepala Biro Kesejahteraan Sosial Prov. Jatim Hudiono menyampaikan bahwa seminar tersebut digelar salah satu tujuannya yakni mengidentifikasi faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan kebijakan program ketangguhan di desa dan kota.
Tak hanya itu, dirinya berharap agar semua komponen bisa membangun sinergitas pentahelix berbasis komunitas di desa dan kota dalam menghadapi bencana. Selain itu, dirinya berharap agar masing-masing pemerintah daerah segera merekomendasikan usulan kebijakan sebagai solusi strategis dari isu kebencanaan dan program ketangguhan di desa dan kota. (q cox, tama dinie)