BisnisJatim Raya

Life Of Silence, Film Dokumenter karya Mahasiswa UK Petra Sorot Kehidupan Difabel Tuli di Indonesia

22
×

Life Of Silence, Film Dokumenter karya Mahasiswa UK Petra Sorot Kehidupan Difabel Tuli di Indonesia

Sebarkan artikel ini

SURABAYA (Suarapubliknews) – Film Life of Silence (LOS) bergenre Dokumenter Biografi film dokumenter karya mahasiswa semester 5 Program Studi (prodi) Ilmu Komunikasi UK Petra berkisah mengenai tokoh utamanya, Maulana Aditya. Ia merupakan seorang pemuda aktivis tuli asal kota Pasuruan.

Dosen Pengajar Mata Kuliah Film Dokumenter Daniel Budiana, S.Sos., MA.,mengatakan film ini merupakan project Akhir Semester dari mata kuliah Film Dokumenter. Thomas dan kelompok berinisiatif mempublikasikan filmnya kepada khalayak bekerjasama dengan CGV. “Lewat diskusi dan segala masukan diharapkan semakin menyempurnakan produk komunikasi yang dihasilkan oleh Thomas dan kawan-kawan ini,” katanya.

Life of Silence dibuat oleh Thomas Lesmono, Chellent Karunia, Putri Kurnia, Sisilia dan Nicholas Abdiel. Film berdurasi 20-25 menit ini screening di CGV Cinemas BG Junction Surabaya.

Salah satu creator, Putri Kurnia mengatakan potret yang diambil adalah kehidupan sehari-hari Aditya dalam menjalankan aktivitas kesehariannya mulai berbisnis dan bersosialisasi bahkan pergumulannya sebagai kaum difabel di Indonesia.

Kelompok mahasiswa angkatan 2019 ini melakukan serangkaian observasi terlebih dahulu yaitu observasional dan wawancara. “Kami membutuhkan waktu sekitar tiga bulan untuk membuatnya, sejak bulan September. Prosesnya kami menentukan topik film, menetukan konflik dan alur cerita. Baru kemudian kami membuat jadwal syuting lalu syuting baru kami melakukan editing,” katanya.

Jika dicermati, dari film LOS ini ada beberapa pernyataan yang disampaikan dengan Bahasa isyarat oleh tokoh utama. Maka dari itu beberapa peristiwa penting bahkan direkam menggunakan kamera statis agar dapat fokus pada narasumber yang sedang bercerita.

Pada screening film ini juga hadir, Agustinus Dwi Nugroho, akademisi sekaligus pengurus komunitas film Montase, Yogyakarta sebagai penanggap. Sebagai pribadi yang berpengalaman dalam memproduksi film dokumenter dan film fiksi serta rajin mengikuti beberapa festival di dalam maupun luar negri, kehadiran Agustinus Dwi Nugroho memberikan banyak masukan kepada Thomas dan kawan-kawan untuk semakin menyempurnakan karya mereka.

Sementara itu, Thomas yang berperan sebagai sutradara dalam film LOS ini mengungkapkan harapannya dengan adanya film ini maka masyarakat luas akan semakin menghargai keberadaan teman Tuli.

“Tim kami merasa lingkungan sekitar kami belum sadar dan peduli terutama dengan teman-teman tuli. Maka dari itu, kami ingin membuat sesuatu yang bisa menjadi pengingat bagi masyarakat tentang kondisi teman-teman tuli.”, tutupnya. (q cox, tama dinie)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *