SURABAYA (Suarapubliknews) ~ PT Penilai Harga Efek Indonesia (PHEI) bekerjasama dengan PT Bursa Efek Indonesia (BEI) Kantor Perwakilan (KPw) Jawa Timur menggelar Seminar “Indonesia Bond Market Update Q4-2024: Momentum di Depan Mata”. Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan literasi pasar surat utang yang lebih luas ke daerah yang memiliki potensi dalam pengembangan pasar surat utang.
Kepala Kantor Perwakilan BEI Jawa Timur Cita Mellisa menyampaikan apresiasinya kepada PHEI atas penyelenggaraan seminar ini. Jawa Timur memiliki kurang lebih 1,7 juta investor, 85 Galeri Investasi BEI, 50 Anggota Bursa (AB) dengan rincian 39 AB di Surabaya, 10 AB di Malang dan 1 AB di Sidoarjo, serta terdapat 53 Perusahaan Tercatat. “BEI KPw Jatim siap mendukung kegiatan sejenis demi peningkatan literasi pasar modal di Jawa Timur,” katanya.
Bertempat di Auditorium BEI KPw Jawa Timur, seminar ini dihadiri Asosiasi Dana Pensiun Indonesia (ADPI) Komda VI Jatim, Bali dan sekitarnya, beserta anggota ADPI Jatim, Emiten di Jawa Timur, dan Kelompok Studi Pasar Modal (KSPM) Jawa Timur.
Direktur Utama PHEI, M. Kadhafi Mukrom menyatakan, kegiatan ini diharapkan dapat menjadi forum untuk melakukan diskusi terkait pasar surat utang.Melalui seminar ini, PHEI turut berperan aktif dalam memberikan edukasi pasar obligasi kepada publik, dan diharapkan dapat mendukung upaya peningkatan literasi pasar modal dan pasar surat utang khususnya di wilayah Jawa Timur. “Kedepan kegiatan seperti ini juga akan dilakukan di beberapa daerah lain di Indonesia,” katanya.
Dalam seminar ini PHEI menghadirkan narasumber Kepala Divisi Operasional PHEI Ifan M. Ihsan dan Kepala Departemen Riset dan Informasi Pasar PHEI Roby Rushandie.
Dengan materi “A Guide To Navigating The Bond Market”, Ifan memberikan penyegaran pada peserta seminar bahwa berinvestasi di pasar obligasi juga membutuhkan navigasi yang tepat untuk bisa mencapai target investasi yang diharapkan.
Investor perlu memahami alat navigasi yang tepat untuk bisa membaca arah pergerakan pasar. Di pasar obligasi, terdapat beberapa indikator yang dapat dijadikan acuan bagi investor untuk membantu berinvestasi di pasar obligasi, diantaranya kurva imbal hasil, harga acuan, credit spread, rating, Z-Score, dan juga Index.
PHEI berupaya untuk bisa menyediakan dan memperkenalkan indikator dan informasi-informasi tersebut kepada investor maupun emiten melalui sistem informasi yang disediakan, yaitu TheNewBIPS, yang bisa diakses di https://newbips.phei.co.id/.
Dari sisi outlook, sebagaimana disampaikan oleh Roby, momentum pasar obligasi semakin terbuka seiring dengan pemangkasan BI Rate sebesar 25 bps ke level 6,00%, dan pemangkasan Federal Funds Rate oleh The Fed yang lebih besar dari perkiraan yakni sebesar 50 bps ke kisaran 4,75%-5,00%. Pasar dinilai akan mencermati seberapa cepat laju penurunan suku bunga dan apakah bank sentral akan meluncurkan kebijakan Quantitative Easing.
Menurut Roby, besar penurunan suku bunga The Fed akan dipengaruhi oleh seberapa besar potensi terjadinya resesi di AS, sedangkan arah BI Rate kedepan akan dipengaruhi tingkat inflasi, pertumbuhan ekonomi, dan kondisi nilai tukar Rupiah.
“Momentum pasar diperkirakan masih berlanjut seiring dengan masih terdapatnya peluang pemangkasan suku bunga lebih lanjut oleh The Fed dan Bank Indonesia. Adapun beberapa risiko
yang masih berpotensi membayangi pasar yakni risiko geopolitik, volatilitas nilai tukar, dan defisit fiskal,” ujarnya. (q cox, tama dini)