Politik

Senada dengan Risma, Vinsensius Awey: Surabaya Belum Perlu Tol Tengah Kota

60
×

Senada dengan Risma, Vinsensius Awey: Surabaya Belum Perlu Tol Tengah Kota

Sebarkan artikel ini

SURABAYA (Suarapubliknews.net) – Proyek Tol Tengah Kota di Surabaya memang sempat menjadi polemik yang cukup lama antara eksekutif dan legeslatif di Kota Surabaya, karena kala itu Tri Rismaharini sebagai Wali Kota bersikeras menolak proyek dengan anggaran APBN tersebut.

Ada 5 alasan, kenapa Risma (sapaan akrab Tri Rismaharini-red) menolak proyek Tol Tengah Kota. Pertama, menghendaki masyarakat menggunakan jalan tanpa bayar, kedua hanya orang tertentu yang bisa melewati tol.

Kemudian ketiga, dalam teori pembangunan solusi mengatasi macet bukan memperpanjang jalan, namun memberikan sistem transportasi massal. Keempat, apabila jalan tol layang di tengah kota dibangun, nilai property di bawahnya pasti jatuh dan mati. Terakhir yang kelima, menurut Risma, pembangunan itu menimbulkan banjir karena kaki-kaki jalan tolnya akan memotong aliran air.

Namun belakangan, Presiden Joko Widodo juga telah menerbitkan Peraturan Presiden No. 3 Tahun 2016 tentang Percepatan Proyek Strategis Nasional (PPSN) yang didalamnya termasuk proyek pembangunan Tol Tengah Kota di Surabaya.

Menanggapi hal ini, Vinsensius Awey Anggota Komisi C DPRD Surabaya, menganggap bahwa pembangunan Tol tengah kota merupakan alternatif terakhir, apabila pembangunan akses jalan lainnya, seperti Froantage road, Jalur Lingkar Luar Barat, serta Middle East Ring Road tak mampu mengurai kemacetan.

Meski, Tol Tengah Kota yang menghubungkan kawasan Waru, Wonokromo hingga Tanjung Perak masuk dalam urutan 28 dari 225 proyek strategis yang harus dipercepat pembangunannya. Di sisi lain,  Presiden Joko Widodo juga telah menerbitkan Peraturan Presiden No. 3 Tahun 2016 tentang Percepatan Proyek Strategis Nasional (PPSN) tersebut.

“Sebaiknya akses jalan yang saat ini dimaksimalkan dulu, jika kemacetannya luar biasa, langkah terakhirnya Tol tengah Kota,” terangnya

Politisi Partai Nasdem ini mengatakan, pembangunan tol tengah kota, selain mengganggu estetika kota, juga mengakibatkan perekonomian di sekitar kawasan itu tak hidup. “Menurut saya, Surabaya yang ditata sedemikian rupa sudah baik,” tuturnya

Apalagi, menurutnya di kawasan tengah kota nantinya sudah ada rencana pembangunan mass transportation. Jadi, upaya itu justru yang harus dipikirkan, bagaimana memindahkan kebiasaan orang dari kendaraan pribadi ke kendaraan umum. “Jadi, pembangunan fly over atau tol tengah kota langkah terakhir,” tegasnya

Awey mengakui, keberadaan Tol tengah Kota merupakan alternatif untuk mengurai kemacetan, terutama yang ada di persimpangan. Namun, pembangunannya tetap menjadi alternatif terakhir. Sementara, menanggapi adanya Perpres, Vinsensius Awey tak mempermasalahkan, namun pelaksanaannnya tentunya bergantung pada kondisi di daerah.

“Silahkan Perpres, tapi harus melihat kondisi di daerah,” katanya. (q cox, Idr)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *