Jatim Raya

Tangkal Stigma Negatif Pasien Covid-19 Harus Guyub, Ini Cerita Warga Dusun Panasan Magetan

63
×

Tangkal Stigma Negatif Pasien Covid-19 Harus Guyub, Ini Cerita Warga Dusun Panasan Magetan

Sebarkan artikel ini

SURABAYA (suarapubliknews) – Warga Jawa Timur, dan warga Indonesia secara luas diharapkan dapat meneladani solidaritas dan keguyuban warga Dusun Panasan Desa Mojopurno, Kecamatan Ngariboyo, Kabupaten Magetan dalam melawan wabah corona dan dalam menyikapi warga di sekitarnya yang terinfeksi covid-19.

Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa mengatakan pasalnya warga dusun tersebut terbukti kompak dan tidak memberikan stigma negatif pada tetangga mereka yang dinyatakan berstatus positif covid-19. Sebaliknya, warga dusun tersebut justru memberikan suport fisik maupun mental pada warganya yang melakukan isolasi karena covid-19.

“Ini contoh yang sangat baik bagi warga Jawa Timur. Bahwa ada keguyuban dari warga dusun Panasan saat ada satu keluarga di kampung mereka yang terinfeksi covid-19, dan harus diisolasi. Warga di sana memberikan simpati dan empati yang luar biasa sebagai dukungan bagi warga yang terinfeksi agar bisa segera sumbuh,” katanya.

Melalui sambungan teleconference itu, Gubernur Khofifah meminta agar Endang Lestari menceritakan bagaimana pengalamannya dan keluarga dari awal terinfeksi covid-19 hingga akhirnya sembuh dan terkonversi negatif SARS-CoV-2.

“Riwayat perjalanan kami, sebenarnya kami terinfeksi dari almarhum ayah kami yang dinyatakan positif covid-19 setelah dua hari wafat. Beliau diketahui baru saja pulang dari mengikuti kegiatan seminar di Bogor,” terang Endang Lestari.

Begitu mendapatkan konfirmasi bahwa sang ayah yang meninggal dunia pada dua hari sebelumnya terinfeksi covid-19, petugas puskesmas segera mendatangi keluarga mereka dan melakukan rangkaian tes swab.

Yang pertama kali terkonfirmasi positif adalah sang ibu dan langsung dirawat di RSUD dr Soedono Madiun. Sedangkan Endang sendiri juga dinyatakan positif tiga hari setelahnya.

“Saat menjalani perawatan, kami memang semula kaget. Tapi kami juga sudah mengira bahwa kami juga akan tertular karena kami sangat ‘los’ saat berkontak dengan ayah, karena kan kami merawat, jadi kami merasa wajar dan menyiapkan mental jika dinyatakan terpapar,” ceritanya.

Proses menunggu hasil swab memang cukup memakan waktu. Selama menunggu hasil swab mereka diisolasi mandiri di rumah.

“Di saat isolasi mandiri inilah tetangga kami memberikan support yang sangat besar pada kami. Jadi walaupun mereka menjaga jarak, mereka tetap menunjukkkan solidaritas dengan sering menawari apa yang kami butuhkan, misalnya sayuran, lauk pauk, makanan, mereka memberikan ke kami dengan dicantolkan ke pagar. Kami tidak bisa keluar rumah maka mereka yang membelikan,” ucapnya sembari menunjukkan gambar hasil potret sayuran dalam plastik yang dicantolkan di pagar depan rumah.

Tidak hanya itu, Endang juga mengaku mendapatkan support besar dari perawat dan tenaga kesehatan di RSUD dr Soedono Madiun. Yang tak kenal lelah memberikan semangat motivasi bahwa ia pasti bisa sembuh. Hal tersebut akhirnya terwujud setelah Endang menjalani 21 hari masa perawatan sebelum akhirnya dinyatakan sembuh.

“Pesan kami bagi seluruh warga masyarakat, di tengah pandemi covid-19 ini tolong lebih baik ikuti anjuran pemerintah. Tetap tinggal di rumah. Keluar rumah hanya untuk urusan yang sangat penting dan jangan pergi tanpa masker. Itu menjadi imbauan kami,” kata Endang yang mengaku tak memiliki gejala klinis meski dinyatakan positif covid-19 ini. (q cox, tama dinie)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *