Pemerintahan

Puluhan Tahun Tak Berfungsi, Lahan BTKD Pakal Kini Serap 150 Tenaga Kerja MBR

64
×

Puluhan Tahun Tak Berfungsi, Lahan BTKD Pakal Kini Serap 150 Tenaga Kerja MBR

Sebarkan artikel ini

SURABAYA (Suarapubliknews) – Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi resmi mencanangkan Hari Padat Karya pada Jumat (25/3/2022), dengan memanfaatkan lahan tambak Bekas Tanah Kas Daerah (BTKD). Salah satu aset BTKD yang digunakan untuk Padat Karya itu ada di kawasan Gendong, Kecamatan Pakal.

Di Pencanangan Hari Padat Karya ini, Wali Kota Eri Cahyadi mengatakan, aset BTKD yang digunakan untuk tambak Ikan Bandeng itu nantinya akan dikelola oleh masyarakat berpenghasilan rendah (MBR). “Seperti aset yang ada di Tambak Wedi, di lahan seluas 4 hektar itu ditanami sawi, ubi, kemudian budidaya maggot kemudian untuk nila dan patin. Jadi kita manfaatkan itu (lahan) untuk kepentingan umat,” kata Wali Kota Eri Cahyadi.

Lahan tambak seluas 5,5 hektare itu bukan hanya dimanfaatkan untuk budidaya 50.000 Ikan Bandeng, akan tetapi juga digunakan untuk budidaya udang. Setelah itu, bibit ikan dan udang itu dikelola oleh masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) dan hasilnya juga akan dimanfaatkan.

“Berarti apa? Kalau lahan ini dibiarkan idle (diam) tidak dimanfaatkan, kan sayang. Sehingga pemkot sebagai fasilitatornya, mengisi lahan ini dengan Bandeng dan Udang, kemudian hasilnya diambil oleh MBR. Kemudian ke depannya, mereka tidak lagi menggunakan dana APBD dari pemkot tapi dari hasil kerja dari MBR yang memanfaatkan lahan ini,” ujar Wali Kota Eri Cahyadi.

Bukan hanya aset BTKD Pakal saja yang digunakan sebagai Padat Karya, akan tetapi Pemkot Surabaya juga akan memanfaatkan lahan yang ada di taman raya Hutan Pakal dan Wisata Pesisir Romokalisari. Aset yang dimiliki oleh Pemkot Surabaya itu diharapkan dapat mengurangi angka pengangguran dan kemiskinan di Kota Pahlawan.

“Jadi ke depannya Insya Allah nggak onok maneh kemiskinan, nggak onok pengangguran (tidak ada kemiskinan dan pengangguran). Jadi kalau hanya dimanfaatkan untuk kepentingan pemkot saja, nggak selesai ini (kemiskinan dan pengangguran), maka dari itu yang kita sepakati ini adalah Padat Karya,” jelas Wali Kota Eri Cahyadi.

Setelah panen Bandeng, nantinya Pemkot Surabaya akan bagi hasil dengan warga MBR yang mengelola. Caranya, yaitu diambil 20 persen dari hasil panen untuk dibelikan bibit baru. Setelah itu seterusnya, warga yang mengelola itu akan menggunakan uang hasil dari panen untuk membeli bibitnya.

“Setelah hasilnya ada, 20 persen diambil dulu untuk beli bibitnya, sehingga kita nanti juga mengajarkan bagaimana warga MBR ini menjadi entrepreneur dan pemkot yang memfasilitasi. Artinya, lahannya tetap milik pemkot tapi permodalannya dan yang lainnya nanti sudah jadi milik masyarakat,” paparnya.

Saat ini, pemkot sudah bisa menyerap sekitar 150 orang tenaga kerja yang menggarap 5 hektar dari 200 hektar lahan tembak di Gendong, Kecamatan Pakal. Nantinya, bukan hanya dijadikan sebagai tambak Ikan Bandeng dan Udang saja, agar bisa lebih banyak lagi menyerap tenaga kerja, Wali Kota Eri Cahyadi juga ingin nantinya disediakan tempat wisata kuliner di kawasan ini.

Konsepnya, sambung Wali Kota Eri, nantinya pengunjung datang ke lokasi bisa menikmati kuliner seafood sembari berwisata memancing. Ia membayangkan, konsep wisata kuliner ini nantinya ada rumah makan plus tempat pemancingan dengan konstruksi bambu seperti yang ada di Romokalisari.

“Di gawe panggon kuliner kan yo isok (dibuat wisata kuliner kan juga bisa). Lampunya dipasang biar terang kalau malam, kemudian di sisi ini ada kolam ikan, kemudian bisa dibakar ditempat setelah mancing, nah iku (nah itu) cocok. Kita harus terus berinovasi,” ucapnya.

Wali kota yang akrab disapa Cak Eri itu berharap, dicanangkannya Hari Padat Karya ini bisa memakmurkan warga Surabaya khususnya MBR. Oleh karena itu, ia ingin mindset (cara berpikir) warga Surabaya bukan hanya berharap dengan bantuan dari pemerintah, tetapi bagaimana caranya bisa mengubah nasib dengan usaha.

“Nggak duwe kerjoan, sugih nggak sugih (tidak punya pekerjaan, kaya dan miskin) itu bisa kita ubah. Kalau kita tidak usaha dan tidak bisa berinovasi, ya susah,” tuturnya.

Sementara itu,  Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kota Surabaya Antiek Sugiharti mengatakan, lahan tambak BTKD di Kecamatan Pakal itu ada 250 hektare. Dari 250 hektar, yang dimanfaatkan untuk Padat Karya sekitar 200 hektare.

“Sebagai awal, yang dimanfaatkan 5,5 hektare terlebih dahulu. Sedangkan di Tambak Wedi, ada 4 hektare sedangkan yang dimanfaatkan sementara ini 6000 meter persegi,” pungkasya. (q cox)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *