Jatim RayaPemerintahan

Tarawih di Masjid Jami’ Jember, Gubernur Khofifah: Bulan Ramadhan Jadi Perekat Silaturahim dan Penguat Kesalehan Sosial

74
×

Tarawih di Masjid Jami’ Jember, Gubernur Khofifah: Bulan Ramadhan Jadi Perekat Silaturahim dan Penguat Kesalehan Sosial

Sebarkan artikel ini

KAB. JEMBER, (Suarapubliknews) ~ Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa melakukan shalat tarawih di Masjid Jami’ Al Baitul Amien Kabupaten Jember, Sabtu (8/4). Usai lengkap shalat tarawih dan witir, safari ramadhan Gubernur Khofifah dilanjutkan dengan ziarah makam Habib Sholeh Tanggul.

“Dalam setiap rangkaian safari ramadhan, selalu kita rangkai dengan santunan anak yatim yang dilakukan bersama Baznas. Secara keseluruhan, kegiatan ini adalah bentuk untuk memahami dan menjalankan kesalehan sosial,” ungkapnya. 

Usai melakukan ibadah shalat tarawih, Gubernur Khofifah juga berkesempatan berkeliling untuk menikmati indahnya arsitektur Masjid Jami’ Jember yang lekat dengan warna putih dan emas ini. Selain menjadi pusat peribadatan masyarakat muslim di Jember, masjid ini juga merupakan lanskap bersejarah. Tidak hanya karena usianya yang tua, namun juga karena ada kisah partisipasi rakyat di sana. 

Tak ada catatan resmi soal tanggal berdirinya masjid tersebut. Dokumen pemerintah Belanda hanya menyebutkan bangunan masjid itu berdiri di atas tanah eigendom verpoding nomor 981 tertanggal 19 Desember 1894, dengan luas 2.760 meter persegi. Sebuah catatan milik takmir menyebutkan, masjid lama pernah sekali direnovasi pada 1939.

Dikutip dari buku Wakil Rakyat Kabupaten Jember Tempo Doeloe dan Sekarang, Soewarno Soetopamekas saat menjabat Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Gotong Royong Jember 1958-1960, mengambil inisiatif untuk merenovasi masjid tersebut dengan botol. Rakyat menyambut ajakan Soewarno. Mereka membawa botol-botol bekas ke alun-alun untuk dijual. 

Gerakan partisipasi rakyat itu kembali terulang pada masa pemerintahan Bupati Abdul Hadi pada 1973-1978. Saat itu Pemerintah Kabupaten Jember membangun sebuah masjid baru di sisi utara seberang masjid tua, di Jalan Raya Sultan Agung.

Masjid baru ini dirancang Yaying K. Kesser, alumnus perguruan tinggi di California, Amerika Serikat. Berbeda dengan masjid tua, masjid baru ini dibangun dengan bentuk bangunan yang mirip gedung Majelis Permusyawaratan Rakyat dan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia di Jakarta. Bangunan masjid berbentuk kubah dengan satu menara.

Pembangunan masjid baru tentu membutuhkan biaya besar. Rakyat kembali berpartisipasi dengan menyumbangkan 11 ribu ton gabah hasil panen, sehingga terkumpul uang Rp 518 juta. Masjid baru ini kemudian diresmikan pada 3 Mei 1976.

Saat ini, peribadatan digelar di masjid baru. Sementara masjid lama peninggalan masa kolonial Belanda digunakan untuk sekolah dasar yang dikelola Yayasan Al Baitul Amien. “Masjid ini adalah simbol sejarah perjuangan masyarakat. Juga tempat ini adalah pusat bersatunya seluruh umat Islam di Jember untuk melakukan ibadah,” katanya

Masjid Jami’ Baitul Amien memiliki beberapa bangunan dan mampu menampung jamaah hingga ribuan jamaah. Selain itu, masjid ini juga dilengkapi dengan ruang kelas, ruang rapat, ruang tahlil, dan ruang perpustakaan. Setiap harinya, Masjid Jami’ Baitul Amien selalu ramai dikunjungi oleh jamaah yang datang untuk menunaikan ibadah sholat lima waktu dan sholat Jumat.

“Masjid ini juga menjadi pusat kegiatan keagamaan di kota Jember, dengan sering dilaksanakan acara-acara keagamaan seperti pengajian, tausiyah, dan seminar. Keberadaan Masjid Jami’ Baitul Amien menjadi bukti bahwa kegiatan keagamaan masih menjadi prioritas bagi masyarakat Jember. Meskipun sudah berdiri sejak lama, namun pengaruh dan makna yang dibawanya sangat penting bagi masyarakat sekitar. Masjid Jami’ Baitul Amien menjadi sebuah tempat yang menyatukan umat di Kota Jember,” lanjutnya.

Setelah tuntas beribadah sekaligus menikmari arsitektur Masjid Jami Al Baitul Amien, Ketua Umum PP Muslimat NU ini juga menyempatkan diri berziarah ke pusara Habib Sholeh bin Muchsin Al Hamid atau yang lebih dikenal dengan Habib Sholeh Tanggul.

Habib Sholeh bin Muhsin Al-Hamid Tanggul Jember, selalu menasehati banyak orang untuk istiqomah dalam kebaikan, beliau menilai kehidupan duniawi hanyalah sementara, dan mereka biasanya menyiapkan bekal secara bersungguh-sungguh untuk menghadapi kehidupan setelah kematian. 

Diantaranya jangan meninggalkan sholat 5 waktu, berbakti pada orang tua, perbanyak membaca Sholawat Nabi, Dakwah tersebut diuraikan oleh Habib Sholeh melaui bahasa yang akrab digunakan masyarakat sekitar yakni bahasa madura.”Ini adalah pesan-pesan kebaikan dari Beliau untuk bisa diamalkan dikehidupan saat ini,” ucapnya

Bersama Bupati Jember Hendy Siswanto dan jajaran kepala OPD Pemprov Jatim, Khofifah nampak khusyu memanjatkan doa tahlil yang dipimpin oleh Habib Muhdhar cucu Habib Sholeh . Antusiasme masyarakat luas untuk berziarah ke Makam Habib Sholeh  sangat tinggi utamanya di bulan suci ramadhan.

Dituturkan putri bungsu Habib Sholeh Tanggul, yakni Nyi Hubabah Hadijah, pembukaan kembali sumur pengobatan ini adalah untuk memberikan manfaat kepada masyarakat secara umum. “Secara khususnya untuk menghidupkan kembali icon sosok Habib Sholeh Tanggul. Kedepannya air syifa ini akan diperbaiki fasilitasnya agar masyarakat semakin nyaman dan mudah mengambilnya. Serta tetap ini tanpa biaya,” tandasnya. (q cok, tama dini)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *