PemerintahanPeristiwa

Bersama Jerome Polin, Rian Fahradi, dan Elsa Japasal, Wali Kota Eri Ajak 8 ribu Gen Z di Surabaya Berani Wujudkan Mimpi

334
×

Bersama Jerome Polin, Rian Fahradi, dan Elsa Japasal, Wali Kota Eri Ajak 8 ribu Gen Z di Surabaya Berani Wujudkan Mimpi

Sebarkan artikel ini

SURABAYA (Suarapubliknews) – Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi mengajak 8 ribu anak muda di Kota Pahlawan berani untuk meraih mimpi-mimpinya. Hal tersebut diungkapkan oleh Wali Kota Eri Cahyadi ketika menghadiri kegiatan “Gen Z Suroboyo Beraksi dan Menginspirasi” di Graha Universitas Negeri Surabaya (UNESA) Lidah Wetan, Sabtu (8/6/2024).

Wali Kota Eri Cahyadi mengatakan, sebagai generasi penerus bangsa atau Gen Z, harus berani memiliki mimpi dan diwujudkan. “Jangan hanya bertanya mencari pekerjaan apa kemudian meminta kepada pemerintah, itu bukan Gen Z. Jadi kalau ingin menjadi orang yang berhasil, bermimpilah kamu, raih lah mimpi itu dengan usaha, bukan hanya diam saja, setelah gagal lalu hanya menunggu,” kata Wali Kota Eri.

Dalam kegiatan ini, juga hadir Wakil Wali Kota Surabaya Armuji, Kepala Perwakilan UNICEF Pulau Jawa Arie Rukmantara ini, Ketua Tim Penggerak (TP) PKK Rini Indriyani. Tak hanya itu, juga ada tiga bintang tamu yang dihadirkan sebagai narasumber, yakni presiden Gen Z Rian Fahradi, Elsa Japasal, dan konten kreator Jerome Polin.

Menurut Wali Kota Eri, sosok Jerome, Rian, Elsa patut dicontoh dan dijadikan semangat bagi Gen Z di Kota Surabaya untuk bangkit dan berani mewujudkan mimpi-mimpinya. Karena menurutnya, mewujudkan cita-cita tidak hanya datang dari diri sendiri, akan tetapi juga harus ada tempat yang mewadahi kreativitas atau bakat dari anak-anak muda ini.

Karena Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya memiliki beberapa hal yang dapat dijadikan tempat untuk mewujudkan mimpi anak-anak muda. Seperti pelatihan-pelatihan untuk mengasah softskill, Job Fair, hingga musyawarah perencanaan pembangunan (Musrenbang) pemuda di tingkat kelurahan.

“Maka di dalam setiap muskel (musyawarah kelurahan) itu (pemuda) diajak untuk (mewujudkan) apa yang kamu inginkan. Tidak menunggu lagi ingin bekerja di pemerintahan apa, tidak seperti itu. Tapi bagaimana pemerintah hadir memberikan apa yang mereka mau, sehingga menjadi jembatan untuk meraih keberhasilan mereka,” tuturnya.

Ia berharap, dengan adanya program-program yang dimiliki Pemkot Surabaya saat ini, Gen Z sebagai generasi penerus di tahun 2045 bisa memiliki mental dan semangat yang lebih baik lagi. “Saya harap tidak akan ada lagi Gen Z stroberi di Surabaya, dengan maka akan semakin hilang, atau bahkan tidak ada lagi Gen Z stroberi di Surabaya,” harapnya.

Di samping itu, Kepala Perwakilan UNICEF Pulau Jawa Arie Rukmantara mengatakan, agar Gen Z di Surabaya menjadi generasi penerus bangsa yang handal, maka harus ada pola asuh yang baik dari orang tua. Menurutnya pola asuh terhadap anak sangat mempengaruhi tumbuh kembangnya di kemudian hari.

Maka dari itu, Arie mengingatkan, orang tua harus tahu bagaimana melindungi anak-anak di dalam sebuah rumah tangga. “Karena parenting itu bukan nature born skil (bakat sejak lahir), akan tetapi ilmu yang harus dipelajari oleh orang tua. Artinya harus dipelajari, nah seperti ini sudah ada di Kota Surabaya, seperti Puspaga, Sinau Bareng, dan lain sebagainya,” kata Arie.

Di kesempatan ini, Arie juga menyampaikan pesan penting bagi seluruh Gen Z di Kota Surabaya untuk menyongsong Indonesia Maju di 2045. Tiga pesan itu diantaranya adalah, jangan gagap, jangan gugup, dan tertinggal.

“Indonesia siap-siap menjadi negara maju, karena (Gen Z) siap-siap menjadi pemimpin negara maju. Artinya yang dipimpin bukan hanya Indonesia, akan tetapi yang dipimpin adalah dunia. Sebagai negara terbesar ke-4 di dunia secara ekonomi, jangan ragu untuk memimpin dunia,” pesannya.

Yang kedua, jangan sampai kesejahteraan bangsa Indonesia turun di tahun 2045. Maka dari itu, ia berharap Gen Z di Kota Surabaya harus mengantisipasi hal tersebut. Yang ketiga, ia berharap, para Gen Z bisa mempertahankan posisi Indonesia sebagai negara terbesar ke-4 di dunia secara ekonomi.

“Jadi negara terbesar di dunia secara ekonomi yang tidak mencintai perang, menyukai sesama (manusia), dan mencintai sesama, serta toleransi. Karena toleransi dan keberagaman adalah modal dari indonesia,” pungkasnya. (q cox)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *