BisnisJatim Raya

ITS Gagas Roadmap Persiapan Alkes dan Farmasi Pasca Covid-19

21
×

ITS Gagas Roadmap Persiapan Alkes dan Farmasi Pasca Covid-19

Sebarkan artikel ini

SURABAYA (Suarapubliknews) – Ketidaksiapan dunia menghadapi pandemi seperti yang pernah dikatakan Bill Gates pada TED Talk-nya di tahun 2015 tidak dipungkiri lagi membuat semua pihak kewalahan saat ini. Agar tidak terjatuh ke dalam lubang yang sama, maka diperlukan rencana rinci yang dapat mengatur tentang kemandirian alat kesehatan (alkes) dan farmasi saat dan pascapandemi Covid-19.

Hal tersebut dibahas dalam Forum Group Discussion (FGD) yang diselenggarakan secara virtual oleh Pusat Kajian Kebijakan Publik Bisnis dan Industri (PK2PBI) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) bekerja sama dengan Rumah Sakit Terapung Ksatria Airlangga Unair; membahas masalah kemandirian alkes dan farmasi nasional yang dinilai masih memerlukan pembahasan, pengkajian, dan evaluasi yang lebih fokus, khususnya untuk menghadapi dampak pandemi Covid-19.

Dokter Bedah Cardiothoracic aekaligus CEO Paramedika Indonesia Healthcare Corporation, Fathema Djan Rachmat, mengungkapkan, selama ini rumah sakit mengimpor segala yang dibutuhkan dari negara lain, bahkan untuk hal-hal yang sepele.

Padahal, seharusnya setiap rumah sakit atau daerah memiliki setidaknya alat produksi dasar seperti alat pembuatan infus. Indonesia sebenarnya memiliki bahan dasar pembuatan infus, tinggal penyediaan alat pembuatnya yang pada dasarnya sama seperti teknik pembuatan botol plastik yaitu blow, fill, dan fit. “Hal-hal sederhana itu dapat menekan harga biaya kesehatan. Nyatanya, cairan infus NaCl saja kita masih bergantung pada luar (negeri),” katanya.

Selain itu, bagaimana tidak adanya penyebaran informasi mengenai apa-apa saja yang Indonesia punya dan bisa diproduksi sendiri, sehingga dapat dihitung sebagai pemborosan. Indonesia melakukan impor bahkan untuk hal-hal yang sebenarnya punya. “Misalnya, untuk diagnostik serologi semua buatan luar negeri, padahal kita ada. Masalahnya, kita tidak memiliki sistem yang bisa menginformasikan bahwa kita sebenarnya mampu,” ungkap Fathema.

Pada FGD tersebut diundang berbagai pakar dan praktisi alat kesehatan dan farmasi seperti Dr Jimmy dari Onemed, Dr rer nat Aulia M Taufik Nasution dari ITS, Fajar Harry S MSc PhD dari Barata Indonesia, Tim Start-Up Millenial dari IDEALAB, Pamian Siregar Apt selaku Direktur Kimia Farma Sungwun Pharmacopia, Junaidi Khotib selaku Wakil Rektor IV Unair, dan Gino Valentino L sebagai Chairman MMSCE- Universitas Pattimura, Ambon.

Selain itu, terdapat beberapa narasumber yang diundang secara khusus sebagai pembicara dalam forum ini, yaitu Dirjen Binfar dan Alkes Kementerian Kesehatan RI dan Dirjen Ilmate Kementerian Perindustrian RI yang membahas tentang percepatan izin industri alkes dan farmasi, serta Direktur Utama PERTAMEDIKA IHC yang membahas tentang anggaran belanja di rumah sakit.

Belajar dari segala kekurangan yang sudah terjadi, Fathema mengatakan  bahwa Indonesia memerlukan ketahanan kesehatan nasional yang kokoh. Beberapa hal yang harus diperhatikan adalah memastikan ketersediaan, keterjangkauan, mutu, dan kesinambungan agar terciptanya iklim kesehatan yang baik. Selain dari evaluasi penanganan pandemi, pada forum ini juga dibahas potensi pemanfaatan teknologi kecerdasan buatan untuk ‘berdamai’ dengan Covid-19.

Perwakilan Widya Immersive Technology Azman Latifmenyampaikan inovasi perusahaannya dalam membuat Widya Health Watch. Jam tangan ini mampu mendeteksi suhu tubuh, detak jantung, dan oksigen darah. Dengan sistem penyimpanan catatan kesehatan, jam tangan ini mampu memantau kondisi kesehatan secara berlanjut. “Pada jam ini juga terdapat dukungan telekonsultasi dan video call dokter Prosehat serta smart speaker bagi tunawicara,” jelasnya.

Kepala PK2PBI ITS, Dr Ir Arman Hakim Nasution M.Eng mengatakan nantinya hasil penyusunan peta jalan (roadmap) kemandirian alkes dan farmasi nasional yang dibahas dalam forum tersebut akan diserahkan dan disampaikan kepada Presiden RI Joko Widodo pada Hari Kemerdekaan RI, 17 Agustus 2020 mendatang.

“Harapannya, ada tindak lanjut dalam pembangunan dan penyusunan roadmap kemandirian alat kesehatan nasional dan farmasi yang lebih baik dan bermanfaat,” tuturnya penuh harap. (q cox, tama dinie)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *