SURABAYA (Suarapubliknews) – Hingga saat ini, insinyur yang diakui secara formal di Indonesia baru berjumlah sekitar 10.900 orang, padahal jumlah lulusan sarjana teknik dan serumpunnya melebihi 1 juta orang.
Berkontribusi untuk mengatasi ketimpangan profesi insinyur tersebut, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) melalui Program Studi Program Profesi Insinyur (PSPPI) melantik 93 insinyur baru, Sabtu (16/4) sore.
Rektor ITS Prof Dr Ir Mochamad Ashari MEng IPU AEng menyampaikan apresiasinya kepada para lulusan PSPPI ITS atas kerja keras mereka dalam menjalani masa pendidikan selama enam bulan hingga berhasil menyandang gelar insinyur. Guru besar Teknik Elektro ITS ini mengatakan, giat pelantikan profesi insinyur kali ini merupakan kali pertama diadakan secara luring oleh ITS selama masa pandemi.
Pelaksanaan Program Profesi Insinyur (PPI) merupakan amanat dari UU No.11 Tahun 2014 tentang Keinsinyuran, serta diperkuat dalam PP No. 25 Tahun 2019. Sertifikasi insinyur merupakan sebuah kewajiban bagi para profesional yang bekerja di bidangnya. “Di ITS sendiri pelaksanaannya dapat melalui Program Rekognisi Pembelajaran Lampau (RPL),” terangnya.
Acara Pelantikan Insinyur Lulusan Program Studi Program Profesi Insinyur ITS Semester Gasal Tahun Akademik 2021/2022 ini diselenggarakan secara luring dan disiarkan langsung melalui kanal Youtube resmi ITS TV. Bertempat di Hotel Swiss-Bellinn Manyar Surabaya, pelantikan dihadiri oleh jajaran pimpinan ITS, perwakilan Persatuan Insinyur Indonesia (PII) Wilayah Jawa Timur, serta tamu undangan dari perguruan tinggi mitra.
Turut hadir pada kesempatan ini, Ketua PII Wilayah Jawa Timur Prof Dr Ir Mohammad Bisri MS IPU. Penghargaan dan ucapan selamat disampaikannya atas pencapaian 93 insinyur yang baru dilantik. Apresiasi juga disampaikan atas kesuksesan ITS yang berhasil menyelenggarakan PPI di bawah naungan Sekolah Interdisiplin Manajemen dan Teknologi (SIMT) ITS.
Lebih lanjut, Bisri mengungkapkan, saat ini proporsi insinyur yang dihasilkan oleh perguruan tinggi masih jauh dibandingkan kebutuhan akan profesi ini. Bisri mengatakan, terdapat 40 perguruan tinggi yang diberikan mandat untuk melaksanakan PPI.
Namun, dari jumlah tersebut hanya 34 perguruan tinggi yang aktif dalam penyelenggaraannya. “Oleh karena ketimpangan kebutuhan tersebut, pemerintah belum mewajibkan setiap proyek bersyarat insinyur,” jelasnya.
Oleh karena itu, Bisri berujar bahwa PII terus menggenjot perguruan tinggi untuk menghasilkan lebih banyak insinyur di tahun-tahun berikutnya. Terkait hal tersebut, Bisri yakin ke depannya ITS dapat berkontribusi lebih besar terhadap persebaran insinyur di Indonesia. “Bersamaan dengan itu kami terus melakukan sosialiasi serta menambah jumlah perguruan tinggi yang menyelenggarakan PPI,” tandasnya.
Di akhir, Bisri berharap para insinyur yang baru saja dilantik ini segera melakukan pengurusan Kartu Tanda Anggota (KTA) dan Surat Tanda Registrasi Insinyur (STRI). Tujuannya, agar para insinyur baru ini secara formal sah untuk melakukan praktik sebagai insinyur. “Harapannya, dengan anggota lebih banyak PII dapat lebih maju baik secara keprofesian maupun organisasi,” pungkasnya. (Q cox, tama dinie)