SURABAYA (Suarapubliknews) – Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya meresmikan Bengkel Sehat Mandiri (BSM) yang berada di eks SDN Menur Pumpungan, Jalan Menur Pumpungan No 28 Surabaya, Senin (23/9/2024). BSM merupakan pemberdayaan pengembangan wirausaha bagi penyandang disabilitas mental agar mandiri, sehingga bisa memenuhi kebutuhan hidupnya.
Mewakili Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi, Sekretaris Daerah (Sekda) Kota Surabaya, Ikhsan menyampaikan, Pemkot Surabaya menyediakan layanan terapi model baru bagi penyandang disabilitas mental. Biasanya layanan itu berupa pendampingan melalui psikolog dan psikiater, tapi BSM menyediakan layanan pemulihan berupa terapi okupasi.
“Selain rehabilitasi untuk penyandang disabilitas mental, agar mereka sembuh dan produktif, Wali Kota Eri Cahyadi membuat Bengkel Sehat Mandiri. Karena Pak Walikota berkonsentrasi untuk kesejahteraan masyarakat Surabaya,” kata Ikhsan.
Melalui BSM, penyandang disabilitas mental diharapkan bisa mandiri dan produktif, agar tidak bergantung secara ekonomi kepada keluarga. “Setelah terapi, dalam kondisi yang sudah baik mendapatkan pelatihan yang dibantu Disperinaker. Setelah diproduksi, juga dibantu dipasarkan sehingga mereka memperoleh penghasilan,” imbuhnya.
Ikhsan mengaku, BSM merupakan salah satu terobosan dan inovasi dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat di Kota Pahlawan. Ia juga meminta dukungan seluruh pihak dalam menyukseskan program tersebut, untuk membantu mempercepat proses penyembuhan para penyandang disabilitas mental.
“Tadi sudah menyerahkan sejumlah bantuan untuk peserta, dan mereka sudah siap berkarya melalui peralatan tersebut. Kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya untuk swasta dan Baznas atas dukungannya,” ungkapnya.
Jika, saat ini, BSM masih di satu titik maka tidak menutup kemungkinan untuk menyiapkan program serupa di tempat lain. “Sehingga memudahkan dan mendekatkan layanan. Mereka diberikan peralatan dan bisa dibawa pulang, dikerjakan di rumah untuk diproduksi, sudah bisa dijual sendiri atau dibantu dipasarkan pemkot,” jelasnya.
Hasil karya peserta BSM pun tidak kalah menarik, ada batik, sablon, hingga cookies. Ke depan, Pemkot Surabaya akan menyesuaikan model maupun kebutuhan yang diminati pasar. Melalui terapi okupasi tersebut, ia meyakini penyandang disabilitas mental bisa sembuh lebih cepat.
“Menjahit yang awalnya belum fokus, sekarang hasilnya lumayan. Satu sprei bisa dijual hingga Rp80 ribu, murah dan bagus. Tapi secara produksi sudah Alhamdulillah, tadi ada cookies dan enak,” ujar dia.
Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Surabaya, Nanik Sukristina menyampaikan, BSM merupakan layanan inovasi dari Pemkot Surabaya yang mengupayakan kemandirian individu melalui fasilitasi rehabilitasi psikiatri atau psikososial. Tidak hanya berfokus pada penyakit tetapi pada kemampuan yang dimiliki masing-masing penyandang disabilitas mental.
“Rehabilitasi psikososial ini memiliki peranan dalam pemulihan bagi penyandang disabilitas mental, yaitu melalui dukungan pelatihan keterampilan untuk memfasilitasi pemulihan secara fungsional,” kata Nanik.
Sasarannya adalah penyandang disabilitas mental dari keluarga miskin (gamis). Mereka juga memperoleh pengobatan secara berkelanjutan dan dalam kondisi stabil. Harapannya mampu hidup mandiri tanpa tergantung pada orang lain.
“Jumlah sasaran sampai dengan Agustus 2024, ada 249 orang, dengan 121 diantaranya sudah mengikuti asesmen untuk menentukan minat dan bakat. Dari 121 ini, 96 orang sudah mengikuti pelatihan,” ujar dia.
BMS juga menyediakan sejumlah terapi okupasi, seperti memasak, menyablon, membatik, dan menjahit. Selain itu, juga terdapat layanan lainnya, berupa terapi berkelompok, musik, dan relaksasi yang akan dipandu dan didampingi oleh psikolog klinis.
“BSM mendapat dukungan penuh dari Baznas Surabaya dan swasta. Juga didukung dan dibantu oleh Kemensos RI melalui Setra Terpadu Prof Dr Soeharso Surakarta, dalam bentuk pemberian paket peralatan dan perlengkapan memasak, menyablon, membatik, serta menjahit, pada 15 Agustus 2024 kemarin,” pungkasnya. (q cox)