SURABAYA (Suarapubliknews) – Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa mengajak generasi millenial Jatim memperkenalkan lebih luas lagi batik khas Jatim. Ia menyebut, Jatim memiliki banyak sekali motif batik dan warna sesuai dengan identitas dan kekhasan daerah masing-masing.
“Dari ujung barat Jatim sampai ujung timur, semua punya batik khas dengan motif yang khas dan tidak bisa ditemui didaerah lain,” katanya.
Di Jatim, sentra batik bisa ditemui hampir di seluruh kabupaten dan/atau kota. Baik yang berskala besar maupun kecil. Namun demikian, sedikitnya ada 15 daerah yang merupakan penghasil batik yang cukup populer yakni antara lain, Mojokerto, Tuban, Banyuwangi, Tulungagung, Trenggalek, Sidoarjo, Bangkalan, Sampang, Pamekasan, Sumenep, Tulungagung, Malang, Ponorogo, dan Kediri.
Motif batik Jatim, kaya dengan nuansa alam. Selain dipengaruhi oleh kerajaan-kerajaan, motif batik Jatim juga terpengaruh budaya luar seperti Tionghoa dan India. Berbeda dengan motif kebanyakan, batik Jatim mempunyai motif yang lebih kontemporer, bebas, tanpa terikat pakem-pakem motif yang ada sebelumnya
“Di Mojokerto, sentra batik sudah berdiri sejak seabad lalu, tepatnya di Desa Majan dan Sumo. Ini menjadi bukti bahwa pesona batik Jatim sudah tersohor sejak dulu,” imbuhnya.
Maka dari itu, tidak ada alasan untuk tidak memakai batik dan ikut memperkenalkannya lebih luas lagi. Generasi Millenial dan Z menurutnya harus ikut ambil bagian dari perkembangan industri batik di Jatim. Khofifah berharap batik bisa menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat Jatim. Cara ini, juga untuk mendorong industri batik Jatim bisa bangkit akibat badai Covid-19. (q cox, tama dinie)