Jatim RayaPemerintahan

Pastikan Warga Terdampak Gempa Bisa Ibadah Tarawih, Gubernur Khofifah Lakukan Ini

76
×

Pastikan Warga Terdampak Gempa Bisa Ibadah Tarawih, Gubernur Khofifah Lakukan Ini

Sebarkan artikel ini

TULUNGAGUNG (Suarapubliknews) – Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa terus menggelontor bantuan pada warga terdampak gempa berkekuatan 6,1 SR di Kab. Malang, Kab. Lumajang dan Kab. Blitar.

Khusus untuk masjid dan mushola yang mengalami kerusakan ringan maupun berat akibat gempa Ketua Umum PP Muslimat NU itu bergegas mengirim bantuan berupa tikar, terpal, tenda dan sajadah. Bantuan itu ditujukan bagi umat muslim agar nyaman dan khusuk saat menjalankan ibadah sholat tarawih di bulan suci Ramadhan.

“Hari ini kita kembali kirim tenda, terpal, tikar termasuk sajadah nya. Ini merupakan opsi untuk mereka menjalankan ibadah sholat tarawih,” katanya setelah meresmikan gedung SMP Al Hikmah di Desa Bolorejo, Kec. Kauman Kalangbret, Kab. Tulungagung.

Berdasarkan data yang dihimpun BPBD Jatim, total ada sebanyak 77 tempat ibadah di Jawa Timur yang rusak terdampak gempa. Baik yang mengalami rusak ringan, sedang hingga berat.  Untuk itu maksimalisasi penyaluran fasilitas tambahan bagi titik-titik tempat ibadah yang terdampak gempa terus dimaksimalkan.

Seperti saat meninjau lokasi terdampak gempa siang ini di Kecamatan Kesamben Blitar, Gubernur Khofifah menurunkan bantuan sebanyak 50 lembar terpal. Selain itu, guna mengetahui memantau percepatan penanganan pasca gempa, Gubernur Khofifah terus menyisir daerah yang terdampak gempa baik Kabupaten Malang, Kabupaten Lumajang dan Kabupaten Blitar.  “Bagi saya seeing is believing. Maka kita turun melihat langsung memastikan bahwa percepatan penanganan pasca gempa terus dilakukan,”lanjutnya.

Menurut Khofifah, wilayah terdampak yang mengalami kerusakan cukup parah adalah di Kab. Malang dan Kab. Lumajang. Sedangkan wilayah yang mengalami kerusakan lebih ringan terdapat di Kab. Blitar.

Sementara terkait anggaran yang dipergunakan untuk membantu wilayah terdampak, Gubernur Khofifah menjelaskan bahwa Pemprov Jatim memiliki Bantuan Tidak Terduga (BTT) yang dikeluarkan ketika terjadi bencana alam. Dan untuk percepatan penanganan gempa ini, Pemprov Jatim mendapat stimulan dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).

“Yang mengalami kerusakan berat, stimulannya Rp. 50 juta dan itu di luar dari ongkos tenaga kerjanya, kalau yang mengalami kerusakan sedang stimulannya Rp. 24 juta, sedangkan yang ringan stimulannya Rp. 10 juta. Sedangkan untuk fasum, rekonstruksi bangunann akan disupport Kementerian PU-PR,” jelasnya.

Lebih lanjut, Gubernur Khofifah juga menyampaikan soal pentingnya percepatan validasi data bagi warga terdampak gempa. Dirinya mengimbau setiap RT maupun RW agar mendata masing-masing warga yang terdampak gempa. “Menempelkan pengumuman di tiap-tiap RT/RW agar warga mengetahui bahwa rumahnya yang terdampak  sudah tercatat. Apakah mengalami kerusakan ringan, sedang atau berat,” tandasnya.

Adapun, dalam acara peresmian gedung SMP Al Hikmah di Desa Bolorejo, Kec. Kauman Kalangbret, Kab. Tulungagung ditandai dengan penandatanganan prasasti oleh Gubernur Khofifah. Pada kesempatan tersebut, Gubernur Khofifah didampingi Plh. Sekdaprov Jatim Heru Tjahjono, Bupati Tulungagung Maryoto Birowo, Pengasuh Yayasan Al Hikmah, Hadi Mahfud serta jajaran Forkopimda.

Setelah rampung meresmikan SMP Al Hikmah di Desa Bolorejo, Gubernur Khofifah dan rombongan berbuka puasa bersama di Pendopo Tulungagung. Selain itu, Gubernur dan rombongan juga menyempatkan salat tarawih berjamaan di Pendopo Kabupaten Tulungagung. “Alhamdulillah kita melaksanaan ibadah tarawih di Pendopo Kabupaten Tulungagung. Semoga puasa dan ibadah kita hari ini diterima Allah,” ucapnya.

Gubernur Khofifah pun melanjutkan kunjungan kerjanya untuk meresmikan gedung serbaguna, ruang kelas baru dan juga ruang asrama dan perpustakaan di Pondok Pesantren Panggung Tulungagung. Ia menyampaikan tentang pentingnya membangun writing society, schooling society dan reading society. Pasalnya, hal itu penting untuk ditanamkan di kalangan santri.

“Yang menuliskan sejarah perjuangan santri ya santri itu sendiri. Dan saat ini writing society harus dibangun, kalau bisa sejak dini. Begitu juga dengan reading society, terlebih sekarang tidak ada yang namanya susah dan mahal mendapatkan literatur,” lanjutnya.

Misalnya jika tak punya uang untuk beli buku, saat ini ada e-book. Begitu juga jika ingin membaca koran, tak perlu membeli surat kabar tapi cukup akses lewat gadget. Semakin mudahnya akses membaca selayaknya harus menjadikan santri gemar membaca dan harus diciptakan ekosistemnya. (q cox, tam dinie)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *