BisnisPeristiwa

Mahasiswa ITS Ciptakan Pasir Kucing yang Ramah Lingkungan

192
×

Mahasiswa ITS Ciptakan Pasir Kucing yang Ramah Lingkungan

Sebarkan artikel ini

SURABAYA (Suarapubliknews) ~ Banyaknya masyarakat yang memelihara kucing di Indonesia memantik adanya peluang pasar tertentu yang cukup besar, salah satunya adalah penggunaan pasir kucing.

Berangkat dari hal tersebut, tim mahasiswa Departemen Kimia Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) mengembangkan Facocat, yakni pasir kucing ramah lingkungan berbahan dasar fly ash dan arang aktif dari sabut kelapa.

Ketua tim Kalinda Ayu Prasasti mengungkapkan bahwa inovasi ini lahir karena mayoritas bahan dasar pasir kucing bersifat karsinogenik dan tentunya berbahaya bagi kucing. “Oleh karena itu, kami mencoba memanfaatkan sabut kelapa dan abu layang (fly ash) yang lebih ramah lingkungan pada pembuatan pasir untuk kucing ini,” terangnya.

Membahas produk inovasinya lebih rinci, Kalinda menjelaskan, sabut kelapa memiliki kandungan selulosa yang berpotensi diolah menjadi arang aktif. Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, ditemukan bahwa arang aktif mempunyai pori-pori yang terbuka sehingga daya penyerapannya tinggi. “Hal tersebut membuat arang aktif kerap digunakan dalam proses pemurnian,” paparnya.

Lebih lanjut, Kalinda menambahkan, fly ash terbukti dapat menggumpal dengan baik ketika terkena kotoran kucing dan bau urea yang dihasilkan. Hal tersebut didasarkan pada kemampuan fly ash untuk menyerap kelembaban dengan cepat akibat tingkat porositas yang tinggi. “Sehingga Facocat dapat langsung dibuang ke tanah tanpa mencemari lingkungan,” tambah alumnus SMA Negeri 1 Bekasi ini.

Dalam proses pengolahannya, Kalinda mengatakan bahwa pembuatan Facocat tergolong sederhana. Diterangkannya, Facocat dibuat dengan mengaktivasi dua bahan tersebut (fly ash dan arang aktif) dengan bantuan zat pengikat agar sifat penyerapannya muncul. Usai diaktivasi, kedua bahan dicampurkan lalu diberi air, dan selanjutnya dibentuk menjadi pasir menggunakan mesin granulator hingga siap pakai.

Di balik cara pembuatannya yang sederhana, menurut Kalinda, Facocat menjadi pelopor pasir kucing ramah lingkungan pertama di Indonesia. Produk ini memiliki berbagai keunggulan, yakni tidak berbau, mudah menggumpal, dapat langsung dibuang ke tanah, bebas debu, food grade, dan tanpa pewangi. “Keunggulan ini mendulang respons positif dari para pembeli,” ungkap mahasiswi angkatan 2020 ini.

Respons positif tersebut berhasil Kalinda dan tim dapatkan berkat strategi pemasaran yang telah digencarkan. Kalinda menuturkan, timnya mengupayakan perluasan pemasaran dengan memanfaatkan media sosial Instagram. “Tak hanya menjual Facocat, kami juga mengedukasi pengikut kami tentang manfaat dan pentingnya pasir kucing yang baik,” tuturnya.

Melalui inovasi ini, tim yang dibimbing oleh Guru Besar Kimia ITS Prof Hamzah Fanshuri SSi MSi PhD tersebut juga telah berhasil menjadi salah satu pemenang ajang Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (Pimnas) ke-36 tahun 2023 lalu pada kategori Poster untuk Program Kreativitas Mahasiswa-Kewirausahaan (PKM-K). “Harapannya, Facocat dapat segera dikomersilkan secara massal dan membawa kebermanfaatan baik bagi hewan peliharaan maupun lingkungan,” pungkasnya

Mahasiswa ITS Ciptakan Pasir Kucing yang Ramah Lingkungan
SURABAYA (Suarapubliknews) – Banyaknya masyarakat yang memelihara kucing di Indonesia memantik adanya peluang pasar tertentu yang cukup besar, salah satunya adalah penggunaan pasir kucing.

Berangkat dari hal tersebut, tim mahasiswa Departemen Kimia Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) mengembangkan Facocat, yakni pasir kucing ramah lingkungan berbahan dasar fly ash dan arang aktif dari sabut kelapa.

Ketua tim Kalinda Ayu Prasasti mengungkapkan bahwa inovasi ini lahir karena mayoritas bahan dasar pasir kucing bersifat karsinogenik dan tentunya berbahaya bagi kucing. “Oleh karena itu, kami mencoba memanfaatkan sabut kelapa dan abu layang (fly ash) yang lebih ramah lingkungan pada pembuatan pasir untuk kucing ini,” terangnya.

Membahas produk inovasinya lebih rinci, Kalinda menjelaskan, sabut kelapa memiliki kandungan selulosa yang berpotensi diolah menjadi arang aktif. Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, ditemukan bahwa arang aktif mempunyai pori-pori yang terbuka sehingga daya penyerapannya tinggi. “Hal tersebut membuat arang aktif kerap digunakan dalam proses pemurnian,” paparnya.

Lebih lanjut, Kalinda menambahkan, fly ash terbukti dapat menggumpal dengan baik ketika terkena kotoran kucing dan bau urea yang dihasilkan. Hal tersebut didasarkan pada kemampuan fly ash untuk menyerap kelembaban dengan cepat akibat tingkat porositas yang tinggi. “Sehingga Facocat dapat langsung dibuang ke tanah tanpa mencemari lingkungan,” tambah alumnus SMA Negeri 1 Bekasi ini.

Dalam proses pengolahannya, Kalinda mengatakan bahwa pembuatan Facocat tergolong sederhana. Diterangkannya, Facocat dibuat dengan mengaktivasi dua bahan tersebut (fly ash dan arang aktif) dengan bantuan zat pengikat agar sifat penyerapannya muncul. Usai diaktivasi, kedua bahan dicampurkan lalu diberi air, dan selanjutnya dibentuk menjadi pasir menggunakan mesin granulator hingga siap pakai.

Di balik cara pembuatannya yang sederhana, menurut Kalinda, Facocat menjadi pelopor pasir kucing ramah lingkungan pertama di Indonesia. Produk ini memiliki berbagai keunggulan, yakni tidak berbau, mudah menggumpal, dapat langsung dibuang ke tanah, bebas debu, food grade, dan tanpa pewangi. “Keunggulan ini mendulang respons positif dari para pembeli,” ungkap mahasiswi angkatan 2020 ini.

Respons positif tersebut berhasil Kalinda dan tim dapatkan berkat strategi pemasaran yang telah digencarkan. Kalinda menuturkan, timnya mengupayakan perluasan pemasaran dengan memanfaatkan media sosial Instagram. “Tak hanya menjual Facocat, kami juga mengedukasi pengikut kami tentang manfaat dan pentingnya pasir kucing yang baik,” tuturnya.

Melalui inovasi ini, tim yang dibimbing oleh Guru Besar Kimia ITS Prof Hamzah Fanshuri SSi MSi PhD tersebut juga telah berhasil menjadi salah satu pemenang ajang Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (Pimnas) ke-36 tahun 2023 lalu pada kategori Poster untuk Program Kreativitas Mahasiswa-Kewirausahaan (PKM-K). “Harapannya, Facocat dapat segera dikomersilkan secara massal dan membawa kebermanfaatan baik bagi hewan peliharaan maupun lingkungan,” pungkasnya. (q cox, tama dini)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *