Pemerintahan

Dongkrak Ekonomi Warga Perkampungan, Pemkot Surabaya Kembangkan Potensi Kampung Wisata Kue

26
×

Dongkrak Ekonomi Warga Perkampungan, Pemkot Surabaya Kembangkan Potensi Kampung Wisata Kue

Sebarkan artikel ini

SURABAYA (Suarapubliknews) – Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya tengah memaksimalkan potensi wisata yang ada di setiap wilayah perkampungan. Itu dilakukan untuk mendongkrak perekonomian warga, terutama pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). Salah satu skema yang tengah digarap pemkot berada di Kampung Wisata Kue di Jalan Rungkut Lor Gang II, Kelurahan Kalirungkut, Kecamatan Rungkut Kota Surabaya.

Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi meresmikan Kampung Wisata Kue Rungkut pada Selasa, 8 Februari 2022 lalu. Peresmian itu menjadi tonggak awal dimulainya pengembangan destinasi Kampung Wisata Kue Rungkut.

“Insya Allah Kampung Kue ini menjadi tempat kulakan kue. Karena kampung kue ini tak hanya melayani Surabaya, tapi juga wilayah-wilayah penunjang, seperti Gresik, Sidoarjo, sudah banyak mengambil di sini,” kata Wali Kota Eri Cahyadi dalam peresmian itu.

Tak hanya sekadar ceremony peresmian, Wali Kota Eri Cahyadi juga menginginkan agar Kampung Wisata Kue dilakukan penataan. Ini supaya kampung tersebut semakin ciamik dan memantik wisatawan agar berbondong-bondong datang. Penataan pun dilakukan mulai dari paving, Penerangan Jalan Umum (PJU), gapura hingga saluran.

“Saya minta gapura diganti yang bagus, ada logonya kue. Kemudian paving juga dicopot beberapa dan diganti agar ada variasi warna. Jadi, kalau ada wisatawan yang datang jalannya nyaman,” jelasnya.

Dalam kurun waktu satu bulan, Wali Kota Eri Cahyadi ingin penataan di Kampung Wisata Kue rampung. Oleh sebab itu, dia menggerakkan sejumlah Perangkat Daerah (PD) di lingkup pemkot. Mulai dari Dinas Sumber Daya Air dan Bina Marga (DSDABM), Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman Serta Pertanahan (DPRKPP) hingga Dinas Perhubungan (Dishub) Kota Surabaya. “Saya ingin menunjukkan bahwa ini adalah tempat yang representatif,” katanya.

Ke depan, Wali Kota Eri Cahyadi juga memiliki harapan besar terhadap pengembangan Kampung Wisata Kue tersebut. Bagaimana ke depan kampung ini dapat membuka peluang kerja dan menjadi devisa bagi warga sekitarnya. Misalnya, ketika nanti sudah berkembang, warga di sana tak lagi memproduksi sendiri, melainkan mempekerjakan warga sekitar. “Jadi ibu-ibu yang biasa membuat kue ini nanti hanya sebatas mengurusi manajerial. Itu yang ingin saya kembangkan,” katanya.

Apabila sebelumnya kampung ini hanya melayani pesanan mulai pukul 03.00 – 06.00 WIB, maka Wali Kota Eri Cahyadi menginginkan agar Kampung Wisata Kue dibuka saat malam. Menurutnya, konsep wisata malam seperti Tunjungan Romansa dapat diaplikasikan ke kampung itu.

“Jadi seperti Tunjungan Romansa, setiap malam ada kursi, ada mejanya. Kemudian ada suguhan penampilan musik. Itu yang saya harapkan di Kampung Kue ini,” ujarnya.

Bahkan, untuk meningkatkan outcome pendapatan pelaku UMKM Kampung Kue, Wali Kota Eri Cahyadi juga meminta camat dan lurah setempat, agar menjalin mitra dengan warga di sana. Misalnya, camat dan lurah menggunakan makanan produk Kampung Kue untuk konsumsi ketika ada rapat atau kegiatan. “Jadi tugasnya camat, lurah atau Kepala PD, jika ada kegiatan ambilnya di Kampung Kue,” tegasnya.

Skema pengembangan kampung wisata tak hanya digarap pemkot di Kampung Kue. Saat ini, pemkot tengah menyiapkan sejumlah skema untuk mengembangkan kawasan perkampungan yang lain. Wali Kota Eri Cahyadi menginginkan agar setiap kampung dapat menjadi objek destinasi wisata yang mampu mendongkrak perekonomian warga. “Surabaya dapat menjadi besar dan Kota Metropolitan tak lepas dari keberadaan sejarah kampung. Jadi kita tidak boleh melupakan sejarah kampung. Maka tugas kita adalah bagaimana setiap kampung itu memiliki ciri khas tersendiri,” ujarnya.

Menariknya, skema penataan di kampung dilakukan pemkot secara gotong-royong. Artinya, proses penataan ini melibatkan beberapa PD dan stakeholder terkait. “Pada saat launching Kampung Kue kemarin yang berperan Dinas Kesehatan. Kenapa Dinkes? karena mereka mendampingi terkait izin Pangan Industri Rumah Tangga (PIRT),” kata Kepala Dinas Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah dan Perdagangan (Dinkopumgdag) Kota Surabaya, Fauzie Mustaqiem Yos.

Selain pendampingan PIRT, sebelumnya Dinkes juga memberikan pelatihan kepada pengelola dan penjamah makanan. Pelatihan ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman akan pentingnya hygiene sanitasi makanan. Tak lupa, strategi pemasaran melalui aplikasi E-Peken, juga tengah dimaksimalkan pemkot. Ini supaya produk warga Kampung Kue dapat merambah ke pangsa pasar yang lebih luas. “Jadi, kita sama-sama intervensi dari semua dinas,” jelas Yos.

Nah, ketika pemasaran produk UMKM melalui e-Peken sudah berjalan, Wali Kota Eri Cahyadi menginginkan agar terkait distribusi kirim pesanan juga melibatkan warga atau pemuda sekitar. Menurut Yos, upaya ini diharapkan agar seluruh warga di sana bergerak ekonominya.

“Yang diinginkan Pak Wali Kota itu ongkos kirimnya nanti jangan dikasihkan orang lain, bisa dikasihkan warga di sekitar atau misalnya Karang Taruna. Artinya, di situ jadi satu komunitas yang seattle,” ujarnya.

Selain Kampung Kue, skema pengembangan destinasi wisata juga tengah dimaksimalkan pemkot pada sektor lain. Salah satunya dengan memaksimalkan manfaat keberadaan bangunan-bangunan monumental di Surabaya. Misalnya, ketika ada kegiatan di Jembatan Suroboyo, maka UMKM di Kecamatan Bulak dan Kenjeran dilibatkan. “Sama juga ketika ada acara di Jembatan Sawunggaling, maka kita melibatkan UMKM Kecamatan Wonokromo,” ungkap dia.

Camat Rungkut Kota Surabaya, H Habib menyampaikan, sejak tahun 2009, pelaku UMKM di Kampung Kue sudah melayani pedagang eceran yang tak hanya berasal dari Kota Surabaya. Sebanyak 71 UMKM di Kampung Kue bekerja mulai pukul 03.00 hingga 06.00 WIB dengan omzet rata-rata per hari Rp 300 ribu – Rp 1 juta. “Dari 71 UMKM di Kampung Kue ini, sekitar 40 persen yang sudah memiliki NIB (Nomor Induk Berusaha),” kata Habib.

Setidaknya, ada lebih dari sekitar 70 jenis variasi kue yang diproduksi di Kampung Wisata Kue. Menurut Habib, seluruh kue yang diproduksi sudah melalui control quality oleh Dinkes Surabaya dan memenuhi standar kelayakan makanan.

“Control quality sudah dilakukan Dinas Kesehatan, baik terkait penjamahan, terkait halal dan kebersihan sudah layak dan memenuhi standar kelayakan makanan yang layak dimakan,” katanya.

Choirul Mahpuduah adalah Ketua Kelompok Kampung Wisata Kue Rungkut Surabaya. Perempuan kelahiran Kediri ini merupakan sosok penggerak ekonomi ibu rumah tangga di Rungkut Lor. Gerakan itu diawali pemberdayaan ibu rumah tangga dengan menjahit kemudian merambah ke makanan.

“Tahun 2005 awal saya mengajak menjahit, tetapi kemudian sebentar saja berjalan. Nah, masih di tahun 2005 kemudian mulai ke produksi makanan. Lalu tahun 2009 kita mulai memperkenalkan diri ke stakeholder, terkait kampung kue,” kata Choirul.

Diawali dari satu hingga dua UMKM, lambat laun, jumlah ibu-ibu yang turut memproduksi kue semakin bertambah. Bahkan, kini ada sebanyak 71 pelaku UMKM di Kampung Wisata Kue yang menggerakan ekonominya di sektor tersebut. “Kalau sampai sekarang lebih dari 70 item kue variannya. Per UMKM itu bisa ada satu, dua hingga tiga varian kue,” ujarnya.

Sekarang ini, kata Choirul, jika ada anggota baru, maka produksi kuenya harus berbeda. Sebab, Kampung Kue ini ke depan akan lebih fokus pada produk spesialisasi. Artinya, setiap pelaku UMKM di Kampung Wisata Kue memiliki produk khas tersendiri.

“Misalnya, ada rumah produksi lemper, rumah brownies dan rumah pastel. Jadi kita arahnya nanti spesialisasi,” ungkapnya.

Choirul mengakui, perekonomian warga di Kampung Kue kian meningkat dibanding dengan sebelumnya. Indikator itu ditandai dengan banyaknya warga yang terlibat. Bahkan, indikator keberhasilan lain ditandai dengan jenjang pendidikan anak-anak pelaku UMKM di sana.

“Jadi, warga bisa menyekolahkan anaknya, beli motor, bahkan bisa beli rumah di desa. Kemudian kue yang diproduksi sekarang tidak hanya kue tradisional, tapi juga kue-kue kering yang dijual di pesawat hingga pusat oleh-oleh Surabaya,” jelasnya.

Menurutnya, dengan diresmikannya Kampung Wisata Kue, maka strategi wirausaha juga harus lebih berkembang dan dimodernisasi. Hal itu seiring pula dengan keinginan Wali Kota Eri Cahyadi yang berharap warga di perkampungan, harus memiliki tekad dan keinginan untuk maju. “Kita harus punya strategi yang baru, itu yang diinginkan Pak Wali Kota. Kalau dulu ibu-ibu bekerja sendiri, maka ke depan bisa menghair tenaga kerja. Jadi ibu-ibunya mungkin menjadi managerial,” kata dia.

Choirul mengaku bersyukur, Wali Kota Eri Cahyadi dapat meresmikan langsung Kampung Kue. Bagi dia, keinginan itu telah menjadi cita-cita yang telah lama digagas oleh warga Rungkut Lor Gang II. Pihaknya berharap, wali kota melalui PD terkait dapat terus memberikan bimbingan dan pendampingan kepada warga Kampung Kue.

“Pak Wali Kota kesayangan warga Rungkut Lor dan Warga Surabaya pada umumnya, kami berharap jangan bosan-bosan memberi arahan kepada ibu-ibu warga Kampung Kue. Semoga selama satu bulan ini, progres pengembangan Kampung Kue benar-benar terwujud,” pungkasnya. (q cox)

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *