Peristiwa

Fenomena Tanah Berasap Sidotopo Lumrah Terjadi

11
×

Fenomena Tanah Berasap Sidotopo Lumrah Terjadi

Sebarkan artikel ini

SURABAYA (Suarapubliknews) – Fenomena tanah berasap di kawasan Dipo Sidotopo sempat menggegerkan warga sekitar akhir pekan lalu. Oleh karena itu, Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Surabaya bersama tim dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) telah melakukan survei untuk mengetahui penyebab dari fenomena tersebut

Dosen Departemen Teknik Geofisika Dr Ir Amien Widodo MSi mengatakan asap tersebut keluar dari tanah hingga menyebabkan kayu dan koran yang coba dimasukkan langsung terbakar. Dari hasil kunjungan di lapangan, ditemukan beberapa fakta menarik.

“Tanah berasap tersebut memiliki karakteristik yang berbeda dengan tanah yang ada di sekitarnya. Tanah berasap memiliki ukuran pasir, sedangkan tanah sekitarnya memiliki ukuran lempung dari endapan aluvial. Dari segi warnanya juga berbeda, tanah berasap memiliki warna yang lebih hitam dan mengkilap,” katanya.

Tim Pusat Penelitian Mitigasi Kebencanaan dan Perubahan Iklim (MKPI) ITS yang dipimpin oleh Dr Ir Amien Widodo MSi terdiri dari Dr Ira Anjasmara, Juan Rohman ST MT, dan Wien Lestari ST MT.

Fenomena tersebut tidak hanya sekali terjadi di Jawa Timur. Sebelumnya di kawasan Kutisari, Surabaya dan Sampang, Madura juga pernah mengalami kejadian serupa. Memang secara alami daerah di Jawa Timur ini adalah cekungan minyak dan gas bumi.

Namun setelah diamati, kemungkinan tanah berasap di daerah Dipo Sidotopo tersebut tidak berasal dari gas alam. Amien meyakini hal tersebut, lantaran asap yang keluar dinilai masih normal. “Asapnya tidak besar, jadi kemungkinan bukan dari gas alam,” ujarnya.

Ada beberapa kemungkinan faktor penyebab fenomena tersebut. Kemungkinan pertama yaitu keberadaan sisa batubara yang dibuang di area Dipo Sidotopo.

“Batu bara ini berasal dari bahan bakar kereta api zaman dahulu yang tersisa dan menumpuk sehingga keluar asap,” tutur dosen yang aktif meneliti masalah bencana ini.

Tak hanya itu, kemarau yang panjang juga bisa menjadi faktor berikutnya. Kemarau panjang ini semakin membuat tumpukan batubara membara dan mengeluarkan asap. Faktor lainya yaitu adanya sampah dari beberapa tahun lalu yang sengaja dibuang ke area tersebut.

“Sampah-sampah ini kemudian memicu terbentuknya biomassa. Biomassa inilah yang mungkin menyebabkan tanah tersebut berasap,” ujarnya.

Sampai saat ini sampel tanah dari Dipo Sidotopo masih diteliti bersama dengan melibatkan beberapa dosen Departemen Teknik Geomatika dan juga DLH Kota Surabaya. Beliau berharap, survei ini dapat membantu memberi informasi kepada masyarakat sekitar, sehingga masyarakat tidak perlu khawatir lagi saat fenomena ini terulang kembali.

“Jangan terlalu panik, ini adalah fenomena yang sering dan lumrah terjadi,” pungkasnya. (q cox, Tama Dinie)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *