Jatim RayaPemerintahanPeristiwa

Festival Mangrove di Pancer Cengkrong Trenggalek, Gubernur Khofifah Dorong Hilirisasi dari Pengembangan Ekosistem Mangrove

22
×

Festival Mangrove di Pancer Cengkrong Trenggalek, Gubernur Khofifah Dorong Hilirisasi dari Pengembangan Ekosistem Mangrove

Sebarkan artikel ini

KAB. TRENGGALEK, (Suarapubliknews) ~ Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa kembali menyelenggarakan Festival Mangrove ke-4 di Hutan Mangrove Pancer Cengkrong Kab. Trenggalek, Sabtu (27/5).

Gelaran di kawasan pesisir ini sengaja dihelat secara merata di Jatim guna mendorong perbaikan ekosistem mangrove, memaksimalkan hilirisasi mangrove dan meningkatkan perekonomian masyarakat Jawa Timur. 

“Kita akan memaksimalkan hilirisasi mangrove ketika ekosistem mangrove sudah bisa terbentuk. Dengan pengembangan dari hulu ke hilir kita harap ekonomi masyarakat bisa terangkat dengan tetap memberikan daya dukung alam dan lingkungan ,” ungkapnya.

Ia kemudian menyampaikan, ada dua hal penting yang perlu dilakukan sebelum hilirisasi ekosistem mangrove dilakukan. Pertama, habitat yang terbentuk dari ekosistem mangrove harus dipastikan terlebih dahulu. 

Setelah dipastikan, baru bisa dilakukan tabur ikan, kepiting, udang dan pelepasliaran beberapa jenis burung. Kedua, yang harus dilakukan adalah memastikan proses hilirisasi dalam bidang ekonominya sudah berjalan dengan baik. 

“Kalau hilirisasinya sudah jalan, baru kita bisa melakukan Festival Mangrove. Ini adalah SOP yang  selalu kita lakukan dalam Festival Mangrove, selanjutnya kita akan meluaskan ide-ide baru pengembangan ekodistem mangrove, ” katanya. 

Sebelumnya, telah diselenggarakan pula Festival Mangrove ke-I di Kabupaten Pasuruan, Festival Mangrove ke-II di Kabupaten Sampang, dan Festival Mangrove ke-III di Kabupaten Sidoarjo. 

Berdasarkan laporan Kepala Dinas Perhutanan Prov Jatim Jumadi, kontribusi elemen strategis, private sector dan komunitas-komunitas telah bertambah 100% dari pelaksanaan festival mangrove sebelumnya.

“Alhamdulillah, ini berarti kesadaran untuk merawat ekosistem dan daya dukung alam dalam mendukung upaya pengurangan emisi gas dan Net Zero Emisson 2060 semakin meningkat,” tukasnya

Di Festival Mangrove kali ini, menanam mangrove dengan jenis Pidada atau Sonneratia, Khofifah juga turut melakukan susur sungai untuk melalukan cek vegetasi kawasan mangrove serta melakukan pelepasliaran 23.000 ekor udang dan 527 ekor ikan bandeng. 

Juga turut dilakukan pelepasliaran beberapa jenis burung diantaranya Burung pleci 200 ekor, prenjak 4 ekor, tekukur 50 ekor, dari BKSDA Jatim dan Perkutut 58 ekor Pleci 58 ekor, Peking manyar 120 ekor, Peking Kaji 58 ekor dari Dinas ESDM Prov Jatim. 

Untuk diketahui, total luasan hutan mangrove Pancer Cengkrong yang tertera pasa Peraturan Desa (Perdes) ialah 37,2 hektar. Sedangkan total luaaan seluruh hutan mangrove adalah lebih dari 170,8 hektar. Dengan luasan tersebut.  Hutan Mangrove Pancer Cengkrong ini memiliki total 40 jenis mangrove dengan 17 jenis mangrove yang tumbuh dominan. 

Selain itu, pada festival kali ini Gubernur Khofifah juga mengajak seluruh tamu undangan yang hadir untuk mengunjungi booth-booth yang secara khusus menyajikan produk-produk hilirisasi mangrove yang sudah terbentuk. Dari ekosistem yang sudah terbangun itu, tentu ini akan menjadi eduwisata. 

“Ekologi terbangun, eduwisata terbangun dan tentu kita berharap ini akan menjadi bagian dari kontribusi Jatim untuk oksigen Indonesia dan Dunia. Maka di setiap proses menanam mangrove saya selalu sampaikan. Ayo sedekah oksigen, ayo sedekah oksigen dengan menanam mangrove,” imbuhnya.

Hal tersebut penting, sebab telah banyak penelitian yang mengungkapkan bahwa mangrove mampu menyerap CO2 lebih besar daripada tanaman yang ada di darat. Sebagai informasi, sejak tahun 2020-2022 tercatat telah dilaksanakan penanaman mangrove di pesisir Jawa Timur oleh para pihak seluas 1.820,83 Ha atau sejumlah 6.133.384 batang bibit mangrove.

Untuk di tahun 2023, sampai dengan saat ini telah dilakukan penanaman mangrove di Jawa Timur oleh para pihak seluas 48,55 Ha atau sejumlah 217.460 batang bibit mangrove.  Provinsi Jawa Timur juga memiliki kawasan mangrove eksisting seluas 27.221 Ha, dan merupakan terluas di antara Provinsi lainnya di Pulau Jawa dan Bali, dengan kondisi kerapatan mangrove lebat 47, 26% mangrove sedang 46, 07% dan mangrove jarang 6,66%, sementara potensi mangrove Jawa Timur seluas 51.557 Ha.

Sementara itu, Bupati Trenggalek Muhamad Nur Arfifin menyampaikan bahwa dalam setiap kunjungan Ibu Gubernur disini, beliau selalu concern pada lingkungan hidup tetapi tidak hanya lingkungan hidup tapi juga pada fungsi ekonominya. “Disini didisplay beberapa produk hilirisasi termasuk potensi blue economy yang tanpa harus mengekstrasi apapun, yakni hanya melalui potensi wisata,” tandasnya

Hadir dalam kesempatan ini, Anggota Dewan Energi Nasional RI Satya Widya Yudha, Ketua Komisi B DPRD Prov Jatim Alyadi Mustofa, Wakil Bupati Tulungagung Gatut Sunu Wibowo, Danlanal Malang, Forkopimda Trenggalek, jajaran Kepala OPD Pemprov Jatim, Kepala Perwakilan SKK Migas Wilayah Jabanusa Nurwahidi, Kepala Biro Umum Setjen DEN RI Totoh Abdul Fatah, Ka. Divre Perhutani Jawa Timur Amas Wijaya, Pakar Kebijakan Sosial dan Politik Suko Widodo, Wakil Sekjen IKA Unair, Direktur Lembaga Pendidikan dan Sertifikasi Profesi UNESA, Direktur Yayasan Gajah Sumatera, dan para pengurus Ekowisata Mangrove Cengkrong. (q cok, tama dini)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *